26

49.2K 1.9K 26
                                    

Revisi chapter 26 ya.

Isinya sama, tapi ada sedikit yang aku revisi.

Yuk sebelum dibaca, klik VOTE-nya dulu.

Selamat membaca.


***

"Nin!" Dava memanggil Nina dengan sedikit bentakan ketika Dava sudah memakan makanannya juga.

"D..da...va." Nina memanggil Dava dengan suara putus-putus sambil memegang erat lengan Dava.

Melihat apa yang terjadi dengan Nina, Cika langsung mendekati Nina dan mendekap tubuhnya yang sudah melemas dengan nafas yang tak beraturan.

"Nina." Panggil Cika dengan suara paniknya.

Untuk sesaat Dava bengong. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Raut wajahnya sudah terlihat panik, marah.

Perlahan Dava mendekat, dan mendekap tubuh mungil Nina.

"Da...va s...sa...k..it." ucap Nina terbata-bata. Terlihat jelas ia susah untuk bernafas.

Tanpa berfikir-fikir lagi, Dava langsung membopong Nina.

"MINGGIR!" teriak Dava karena semua yang ada di kantin itu mengerubungi untuk melihat apa yang terjadi kepada Nina, dan pastinya menghalangi jalan Dava untuk membawa Nina keluar dari kantin.

Berhasil. Teriakan Dava itu langsung membuat penonton terkejut, takut, panik sehingga mereka dengan cepat memberikan jalan untuk Dava.

Dengan tergesa-gesa Dava berlari membawa Nina menuju UKS, mengabaikan setiap orang yang ia lewati begitu saja.

"Buk cepat buk." Pinta Dava kepada Dokter yang sengaja ditugaskan disekolah.

"Kamu tenang, dia akan baik-baik saja." Ujar Dokter. "Kamu tunggu diluar saja, biar saya bisa menanganinya dengan tenang." Perintah Dokter.

Tanpa protes, Dava dengan pasrah langsung keluar. Bukannya menunggu dengan tenang, Ia malah sibuk mondar-mandir menunggu kabar tentang Nina.

"Dav, Nina kenapa?" Tanya Amel dengan raut wajah paniknya.

Dava tidak menjawab. Ia hanya diam sembari menyandarkan tubuhnya di tembok dekat pintu UKS sambil bergelut dengan pikiran-pikiran tidak karuannya.

"Ini salah gue." Cika kembali menangis. "Kalau aja Nina gak dihukum, dia gak mungkin kecapekan kayak gini."

"Udah Cik." Ucap Amel mencoba menenangkan sambil merangkulnya.

"Gue emang teman yang jahat Mel."

"Gak. Lo gak salah kok."

"Semua ini salah gue." Cika tetap kekeh menyalahkan dirinya. "Seharusnya gue yang dihukum, bukan Nina." Ia sangat menyesal dengan yang telah dilakukan Nina untuknya.

"Keadaan Nina bagaimana?" Kali ini Anggun yang datang dan bertanya kepada ketiga siswanya itu.

"Belum tahu buk." Jawab Amel. Karena Cuma Amel yang memungkinkan untuk berbicara saat ini.

Anggun merasa jawaban yang diberikan Amel tidak sesuai dengan harapannya. Untuk mendapatkan jawaban yang pasti, Anggun langsung masuk kedalam ruangan tempat Nina.

Beberapa menit setelah Anggun masuk, tiba-tiba Anggun sudah keluar. Ia keluar dengan Dokter, suster yang membantu dan juga Nina. Terlihat Nina yang terbaring lemah diatas Brankar dorong dengan tabung oksigen portable yang membantunya untuk bernafas.

My Teacher My Husband (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang