Setelah menyerbu kantin, Nina, Amel dan Cika kembali kedalam kelas. Ketika mereka memasuki kelas, ia melihat Didit ketua kelasnya sedang dipalaki oleh 3 laki-laki yang Nina sendiri tidak kenal.
"Gue gak ada duit." Kata Didit ketika ketiga lelaki itu meraba kantongnya.
"Woi, jangan braninya keroyokan lo." Teriak Nina mendekat.
"Jangan ikut campur lo." Bentak salah seorang dari ketikanya.
"Kalau brani sini lawab gue." Tantang Nina.
"Nin udah, gak usah." Sahut Cika menarik-narik baju Nina.
"Cihh, cewek sok berani lo." Meremehkan "di pukul sekali udah nangis-nangis lo." Ledeknya.
"Mending gue cewek pemberani yang cengeng, dari pada lo sampah sekolah." Cibir Nina dengan senyum miringnya.
Mendengar perkataan Nina, laki-laki yang beradu mulut dengannya itu mengepalkan tangannya. Ia tidak terima dengan cibiran Nina. Ia mengarahkan tinjungan kewajah nina. Namun bukan Nina namanya jika tidak bisa menghindar. Meskipun ia jarang keluar rumah dan selalu main sendiri, namun kelima ART yang selalu merawatnya itu selalu mengajarkannya bela diri dari kecil. Nina sangat pandai membela diri, nahkan dulu ia dipindahkan dari sekolahnya karena ia berantem dengan anak laki-laki yang sok berkuasa disekolahnya kerana ia merupakan anak dari kepala sekolah disana. Nina memukulnya sampai-sampai ia masuk rumah sakit dan patah tulang tangan karena dipelintir oleh Nina. Bisa saja Nina dilaporkan ke polisi, namun karena Juna dan pengaruh oerang tuanya, ia tidak sampai dipenjarakan.
Bukannya melerai, teman-temannya yang sedang sibuk menonton perkelahian mereka malah semakin sorak mendukung.
"Hajar Nin, jajar." Teriak salah seorang teman kelasnya yang pernah menjadi korban pemalakan ketiga siswa itu.
"Apa-apaan ini?" teriak Reyhan ketika melihat siswanya sedang brantem. "Hentikan!" lanjutnya.
Mendengar teriakan sang guru, Nina langsung menghentikan pukulannya.
"Kalian berempat, ikut saya keruang guru." Bentaknya.
Namun karena masih dilanda emosi berat, Nina masih sempat ingin menghajar ketua geng tukang palak itu.
"Anindia." Bentak Reyhan ketika melihat Nina.
Nina berjalan keluar kelas mengikuti Reyhan. Namun ketika ia melangkah keluar, terlihat Dava dengan ngos-ngosannya lelah berlari menatapnya penuh Tanya dan khawatir.
"Nin." Panggil Dava menggenggam pergelangan tangan Nina.
"Gue gak papa." Balas Nina menepuk-nepuk tangan Dava yang sedang memegangnya.
Dava melepaskan tangan Nina, dan menatap sendu punggung Nina yang semakin menjauh dari pandangannya.
**
"coba kalian jelaskan apa masalah yang terjadi?" tuntut Reyhan ketika mereka sudah di ruang sidang sekolah.
"Mereka duluan pak." Ujar Nina sambil menunjuk ketika siswa yang berdiri disampingnya.
"Bohong pak,dia duluan." Balas Andi (ketua geng).
"Heh jangan pitnah lo." Bentak Nina "Lo semua yang duluan malakin Didit." Ucapnya Sarkastis.
"Anindia!" bentak Reyhan.
"Mereka yang salah pak." Ketus Nina pada Reyhan.
"Tapi lo duluan yang ngatain kami sampah sekolah." Sahut Andi.
"Emang bener!" bentak Nina penuh emosi.
Mendengar penuturan Andi, Reyhan sedikit menyunggingkan senyumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Teacher My Husband (Revisi)
Romance# 5 in Romance - 12 Mei 2018 (Private 76 sampai End) Aku mencintainya sangat mencintainya namun lelaki itu adalah guruku sendiri ~ Nina Entah mengapa, perlahan aku mulai mencintainya. Aku mencintai Istriku yang juga adalah muridku sendiri ~ Reyhan