16

21.2K 906 7
                                    

         Malam ini meja makan dirumah Johana terlihat lebih penuh dengan berbagai macam makanan. Ada ayam goreng, dendeng balado, cap cai, ikan pepes, sambal hati kentang, juga lalapan beserta sambal terasi. Demi Tuhan tambahan yang akan makan malam dirumah ini cuma satu orang tapi ibu memasak seperti yang datang sepuluh orang. Tadi pagi sewaktu sarapan Johana sudah memberitahukan ibunya kalau Davi akan makan malam dirumah malam ini. Sang ibu yang awalnya tidak menghiraukan Jo langsung berubah antusias waktu diberitahu soal Davi.

       Maka seperti inilah yang terjadi sedari tadi sang ibu heboh sendiri. Jo disuruh dandan secantik mungkin. Malah ayah disuruh pake batik. Seperti mau menyambut seorang pejabat saja. Kenapa gak sekalian pakai arak-arakan sekalian keluh Jo. Ayah yang pada dasarnya malas berdebat menuruti kata ibu. Jo berpikir. Apa-apaan cuma makan sambal terasi saja mesti pakai dress dan full make up. Tapi Jo tidak bisa membantah sang ibu. Dia memilih menurutinya dari pada nanti didiamkan lagi.

         Tamu yang ditunggu-tunggu keluarga itu pun tiba. Davi melongo melihat keluarga didepannya. Sementara Jo malu sekali dengan Davi. Laki-laki itu hanya memakai kaos biru dongker dengan celana jeans. Sementara keluarganya memakai pakaian resmi.

"Malam pak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Malam pak..bu.." sapa Davi sambil menyalami Ayah dan Ibu Johana.

Ibu yang juga terkejut melihat penampilan Davi yang santai menyahuti "Oh..eh..iya mari masuk nak Davi. Mari..mari.." ajak ibu ke Davi.

       Johana yang melihat ibunya mendengus samar. Sedang sang ayah hanya geleng-geleng kepala. Mereka menuju ruang makan dengan Jo berjalan dibelakang bersama ayahnya dan Davi yang berada didepannya dengan posisi ditarik oleh ibunya.

       Jo dan Davi duduk berdampingan di meja makan itu. Sang ayah duduk dikepala meja seperti biasanya dan ibunya sendiri duduk didepan Davi. Ibunya menyuruh Jo untuk melayani Davi. Katanya belajar menjadi istri yang baik. Jo benar-benar malu tampak dari wajahnya yang merona.

       Davi tampak bisa langsung akrab dengan kedua orang tua Johana. Davi menjawab dengan baik semua pertanyaan-pertanyaan interogasi dari kedua orang tua Johana. Sang ibu selalu memuji Johana. Mempromosikan Jo ke Davi seakan Jo adalah produk unggulan. Anti bocor dan anti karat dan tidak lengket seperti orang-orang yang mempromosikan panci. Setelah selesai makan malam sang ayah yang mengerti Jo sudah jenuh melihat ibunya menarik sang istri. Mengajaknya untuk membereskan sisa makan malam mereka tadi. Jo bersyukur sekali karena ayahnya mengerti. Dan Jo pun segera mengajak Davi duduk diteras depan.

"Maaf..saya jadi tidak enak sama kamu" ujar Jo setelah mereka sudah duduk bersama di teras.

Tiba-tiba Davi terkekeh-kekeh "Keluarga kamu menyenangkan" ucap Davi

Jo mengerutkan keningnya merasa tersinggung

"No..bukan itu maksud saya. Keluarga kamu benar-benar menyenangkan dalam arti sebenarnya. Hangat" senyum itu redup. Dimatanya terlihat kerinduan entah untuk siapa.

"Ayah saya meninggal lima tahun lalu. Dan saya jarang sekali makan malam seperti ini dengan mama saya. Saya merindukan suasana dimeja makan yang ramai seperti tadi" jelas Davi

Jo terdiam mendengarkan penjelasan Davi. Dia jadi merasa tidak enak karena sempat merasa tersinggung.

"Omong-omong kamu cantik banget malam ini. Dan sepertinya saya salah kostum ya?" Tanya Davi sambil tersenyum

Jo mengibaskan tangannya pelan "Gak apa ibu saya aja yang berlebihan"

Davi terkekeh-kekeh kembali "Tapi saya pasti membuat ibu kamu kecewa karena memakai pakaian seperti ini. Saya jadi gak enak. Padahal saya sudah dijamu dengan istimewa dirumah ini. Saya juga suka masakan ibu kamu. Enak-enak..dan saya kekenyangan sekarang" ucap Davi

"Gak apa beneran deh" kata Jo

    Jo rasanya ingin tertawa kalau mengingat makan malam tadi. Ibunya memang menyuruh Jo melayani Davi. Tapi lauk-pauk yang ada dimeja makan semuanya terus ditambahkan ke piring Davi oleh ibunya. Davi yang merasa tidak enak terus saja memakan makanannya. Sampai akhirnya dia menyerah dan meminta tolong ke Johana untuk menghentikan ibunya menambahkan makanan ke piring Davi.

     Setelahnya mereka ngobrol santai tentang masa kecil, tentang masa kuliah, tentang keluarga masing-masing dan tentang pekerjaan. Kecuali tentang masa lalu Davi dengan mantan kekasihnya. Mereka semakin merasa nyaman satu sama lain. Kadang terselip tawa kecil diantara obrolan mereka berdua.

"Ingat janji kamu ya tentang mau mentraktir saya makan malam hari sabtu nanti" Davi mengingatkan Jo tentang perjanjian mereka

"Oke..kamu atau saya yang menentukan tempat?" Tanya Jo

"Hmm..tapi gimana nanti aja kita omongin lagi kalau sudah dekat harinya" kata Jo memberi saran

Davi tersenyum menganggukan kepalanya menyetujui ucapan Jo. Mereka melanjutkan mengobrol lagi. Selama mengobrol dengan Davi. Jo menyimpulkan sepertinya Davi memang orang baik. Dia bukan play boy seperti yang Jo kira selama ini dan tentu saja bukan gay. Karena Davi bercerita dia tidak sempat untuk mengurus masalah percintaan semenjak ayahnya meninggal dan Davi pernah pacaran semasa SMA dulu dengan seorang gadis harus digaris bawahi dan hurufnya di bold kan bukan laki-laki yang dianggap Jo hanya cinta monyet Davi semata. Dia tidak tahu bahwa cinta monyet Davi itu nantilah yang akan menghancurkan kehidupannya.

   Davi terlihat menaikkan tangan kanannya untuk melihat jam tangannya. Karena Davi merasa hari sudah malam. Davi segera pamit untuk pulang.

"Sepertinya saya harus pulang. Hari sudah malam. Bisa panggilkan ayah dan ibu kamu. Saya mau pamit" ujar Davi sopan

         Sebenarnya Jo agak sedih melepas Davi pulang entahlah...tapi rasanya sekarang dirinya ingin selalu dekat dengan Davi. Senyum Davi yang mempesona dan wangi parfum yang menguar dari tubuh Davi menjadi candu untuk Jo.

         Jo pun segera berdiri memanggil ayah dan ibunya. Sebenarnya Jo heran tumben ibunya tidak merecokinya agar bisa ikut bergabung mengobrol dengan dirinya dan Davi. Wah..ayahnya hebat sekali pikir Jo. Diam-diam walaupun sering terlihat mengalah terhadap sang istri. Ibunya Jo tetaplah lebih menghormati suaminya.

       Setelah berpamitan dengan kedua orang tua Johana. Mobil Davi terlihat membelah jalanan kota Jakarta malam ini yang tidak terlalu macet. Sambil memfokuskan matanya ke depan, Davi berpikir inilah pilihan paling tepat dalam hidupnya. Dia pasti bisa itu yang terus digumamkan dibibirnya bagai mantra yang ampuh untuk Davi agar bisa melanjutkan hidupnya. Bahagia itu pilihan dan Davi memilih untuk bahagia.

                              ***********

 

  Mulai hari ini up datenya malam terus ya. Kalo siang dikantor lagi banyak kerjaan jadi gak sempat mikir😁😁

Monggo dibaca dan votenya donk😙

FRAGILE (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang