43

55.1K 2.2K 137
                                    

          Dua gundukan tanah kuburan dengan ukuran yang berbeda terlihat masih basah. Matahari yang bersinar terik diatas tanah pekuburan itu tidak membuat seorang wanita yang sedang duduk dikursi roda segera beranjak dari tempat itu. Matanya yang meneteskan air mata tampak tertutup kaca mata hitam. Dia sedang menangisi dua orang yang baru saja dimakamkan tersebut karena dua orang itu termasuk orang yang paling berarti didalam hidupnya. 

"Jo, ayo kita pulang. Kamu harus istirahat lagi karena keadaan kamu belum benar-benar pulih" ajak Yuli yang sesekali masih meneteskan air matanya.

        Kedua sahabatnya Yuli dan Tia masih saja setia menemani Jo di pemakaman. Raga pun selalu setia menemani Johana. Jo yang baru saja keguguran dan keadaannya masih lemah, mau tidak mau harus menggunakan kursi roda agar bisa menghadiri pemakaman ayahnya dan anak yang sempat berada diperutnya walau hanya sebentar dan Raga lah yang setia berada dibalik kursi roda Johana. Ibu Johana sendiri memutuskan untuk pulang duluan karena banyak orang yang menunggunya dirumah untuk melayat.

        Tia sendiri masih sesenggukan, dia dapat merasakan beban yang dirasakan sahabatnya pasti sangat tidak mudah. Jo yang dulunya dia tau hidup penuh dengan ketenangan tanpa masalah sekarang harus mendapatkan ujian yang bertubi-tubi. Mulai dari perselingkuhan suaminya, kehilangan anak pertama dan sekarang kehilangan sang ayah.

"Jo, kita balik ya!! Benar kata Yuli kamu harus istirahat. Keadaan kamu belum terlalu baik" Bujuk Raga

         Jo mengangguk mengiyakan tanpa bicara sepatah kata pun karena tidak ingin membuat orang lain khawatir. Cukup sudah dia membuat semua orang mengkhawatirkannya. Jo sebenarnya belum ingin pergi dari tempat ini, bahkan sejujurnya dia ingin sekali ikut tertanam didalam tanah bersama dua orang yang disayanginya tersebut.

          Didalam mobil Jo bagai patung hidup, dia tidak berbicara sepatah katapun. Sepanjang perjalanan wajahnya hanya menatap ke depan dengan tatapan kosong. Tangisannya sudah berhenti sewaktu meninggalkan taman pemakaman. Teman-temannya yang mengerti kalau Jo belum ingin bicara turut diam saja didalam mobil Raga.

        Sesampainya dirumah ternyata sedang terjadi keributan. Mama Davi nekat datang melayat ke rumah Jo dan ibunya Johana tentu saja  tidak sudi menerima kedatangannya.

"PERGI KAMU" teriak ibu Johana histeris

"ANAK KAMU PEMBUNUH. DIA MEMBUNUH CUCU SAYA DAN SUAMI SAYA. SAYA TIDAK SUDI BERHUBUNGAN DENGAN KELUARGA KALIAN LAGI..PERGII..PERGIII...KAMU DARI RUMAH SAYA" Ibu Johana terus berteriak histeris sambil menangis. Tampak tangan sang ibu ditahan oleh tantenya yang berusaha menenangkan Ibunya Jo.

       Sementara Mama Davi menangis sesenggukan karena merasa bersalah atas semua yang dilakukan oleh sang anak. Lalu tiba-tiba cengkraman tangan tantenya Johana dari tangan sang ibu terlepas. Ibunya Johana langsung mendorong Ana hingga terjatuh. Raga langsung berlari ke arah Ana untuk menolongnya.

"Tante.." panggil Raga sambil membantu Ana berdiri

"Raga..hiks..hiks.." tante Ana menangis dia tidak tau harus berkata apa. Jo ikut menangis melihat kejadian barusan. Dia sangat menyayangi mertuanya tapi dia benar-benar tidak ingin berurusan lagi dengan orang-orang yang berhubungan dengan Davi. Hatinya saat ini benar-benar hancur karena Davi. Bagai kaca yang sudah hancur lebur, jadi dia tidak bisa memaafkan dengan mudah. Dia perlu waktu untuk menata hatinya. Berhubungan dengan mama Davi akan mengingatkannya dengan lelaki yang sudah membuat anak dan ayahnya pergi. Sungguh saat ini jika ditanya siapa yang paling dibenci Johana, maka Jo akan menjawab bahwa orang itu adalah Davi.

"Tante sebaiknya pulang dulu. Raga mohon tante!! Tunggu sampai suasana mulai kondusif" ucap Raga.

         Ana tampak menuruti kata-kata Raga. Dia benar-benar merasa bersalah atas kesalahan anaknya. Saat melewati Johana, Ana merasa kalau Johana membuang wajahnya karena tidak ingin menyapanya. Tapi Ana mengerti bahwa kesalahan anaknya memang tidak mudah untuk dimaafkan. Jadi dia hanya melewati Johana tanpa menyapa Jo sambil menangis. Jo sendiri meneteskan air matanya saat mama Davi sudah melewatinya sambil mengucapkan kata maaf tanpa suara.

   

                           **********

         Sementara ditanah kuburan yang tadi didatangi oleh Johana. Sekarang terlihat punggung seorang laki-laki yang bergetar karena tangisannya.

"Maafin saya, yah..maaf.."

"Maafkan saya yang melanggar janji untuk membahagiakan dan menjaga Johana. Maafkan saya yang membuat ayah kehilangan cucu pertama ayah dan membuat ayah pergi dari dunia ini. Saya berjanji saya akan menebusnya yah. Saya berjanji..." ucap Davi sambil menangis

         Pindah ke gundukan tanah disebelah makam ayah Johana. Davi tampak mengelus-elus nisan tersebut. Dia akhirnya mengerti arti mimpinya tentang seorang gadis kecil.

"Maafkan papa sayang...papa janji papa akan menebus semua kesalahan papa. Walau papa tau, papa tidak pantas dimaafkan"

" Papa sayang kamu. Maafkan papa...karena papa, kamu tidak sempat bertemu dengan mama" Davi tambah menangis saat mengucapkan kata-kata tersebut.

      Donna sendiri sudah memutuskan untuk melepaskan Davi. Davi pun setuju tapi dengan syarat Davi akan tetap membantu keuangan Donna karena keadaan Donna yang baru melahirkan tidak memungkinnya untuk bekerja. Donna mau tidak mau menerima pertolongan Davi karena keadaannya dengan syarat, jika nanti saat dia sudah bekerja, semua bantuan Davi akan dikembalikannya.

       Donna pun sudah tahu mengenai perihal keguguran Johana, dan dia merasa sangat bersalah. Dia ingin sekali bertemu dengan Johana dan bersujud memohon maaf atas semua kesalahannya. Saat ini semua penyesalan yang terjadi tidak berguna lagi. Semuanya sudah sangat terlambat. Donna mau tak mau akan hidup dengan rasa bersalah yang mungkin bisa membunuhnya, karena dia yakin Johana tidak mungkin akan memaafkannya.

      Saat Davi sudah sampai dirumah, tampak sang mama dengan wajah sembab sedang menunggunya diruang tengah sambil memegang amplop coklat. Sang mama tampak berdiri lalu berjalan ke arah Davi ketika melihat Davi hanya berdiri terdiam ditempatnya.

"Tanda tangani ini secepatnya. Dasar anak setan kamu" ucap Ana sambil melempar kasar amplop coklat tersebut ke wajah Davi.

         Davi diam saja lalu memungut amplop yang terjatuh tersebut dan segera membukanya. Dibacanya surat tersebut yang ternyata surat gugatan perceraian dari Johana. Davi rasanya tertusuk pisau yang sangat tajam dijantungnya saat melihat surat gugatan tersebut. Dia kehilangan semuanya..semuanya!!! Anaknya, istrinya dan mamanya.

"Lepaskan Johana..biarkan dia bahagia" ucap Ana lagi

"Makan tuh cinta kamu ke perempuan jalang itu. Dan dengar Davi..mama tidak akan pernah sudi menerima Donna sebagai menantu mama. Seumur hidup!!! Ingat itu Davi. Cepat tanda tangani surat ini...mama sendiri yang akan mengantarkan surat cerai ini ke Johana"

         Davi hanya terdiam. Davi lalu tampak berjalan ke arah meja kecil disudut lalu membuka lacinya. Dia mengambil pena didalam laci untuk segera menandatangani surat cerai tersebut. Matanya menitikan air mata saat menancapkan ujung penanya dikertas yang dianggap akan mengakhiri kehidupannya. Berbalik badan, Davi memasukkan kertas-kertas tersebut lalu memberikannya kepada sang mama. Mama Davi mengambil dengan kasar amplop itu dari tangan Davi.

"Ma..Davi minta maaf"

"Kamu tidak pantas dimaafkan. Mama membenci kamu. Kalau papa kamu masih hidup. Mama yakin..almarhum papamu akan menghajar kamu habis-habisan"

"Jangan temui mama lagi. Hidup saja kamu dengan istri tersayang mu itu. Katakan kepadanya..jangan sampai dia bertemu mama, karena kalau sampai dia muncul dihadapan mama. Mama akan menghajarnya habis-habisan" lalu Mama Davi melangkah keluar membawa amplop yang berisi surat perceraian antara Davi dan Johana.

         Davi melangkah ke arah kamar Johana, dia berbaring dikamar Johana lalu menghirup wangi Johana yang masih tercium dikamar itu. Dia memejamkan matanya, lalu kembali air mata itu menetes. Awalnya hanya setitik lalu menjadi deras dan terdengar sesenggukan hingga Davi nyaris tersedak karena air ludahnya sendiri. Davi hancur-sehancurnya. Begitupun Donna  yang saat ini memandang anaknya yang terlihat menyedihkan didalam incubator.

   

                     ********

Hai..genks!!! Sori jarang update ☹☹ Lagi dapat musibah. Doakan semoga semuanya baik-baik aja yah. Jadi aku bisa update tiap hari lagi🤗🤗 Ini aja aku maling-maling buat part ini. Makanya updatenya kemaleman.jangan lupa vomentnya ya😍😍😍 sekali lagi maaf dan mohon pengertiannya ya, genks😘😘 oh ya...makasihhhhh ya..cerita ini ranknya tembus 100 besar. Ya..ampun..unbelievable😲😲😲😍😍😍😘😘😘😘

FRAGILE (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang