51

37K 1.4K 69
                                    

            Seorang bartender menahan lengan Raga yang ingin meneruskan menelan minuman keras lagi entah untuk berapa kalinya. Suasana bar siang itu tidak terlalu ramai karena memang jarang orang akan mabuk disiang hari seperti ini.

"Sudah pak bos..anda sudah terlalu mabuk" ucap sang bartender  

"Huh...ini bukan urusan loe. Gue punya uang, loe pelayan sialan sediakan saja minuman buat gue" ucap Raga menepis tangan bartender yang menahannya

Mendengus kesal melihat Raga, pelayan itu membiarkan Raga minum sampai puas ditempatnya.

        Hari sudah menunjukan pukul empat sore tak terasa sudah tiga jam lebih Raga berada ditempat ini. Mungkin karena terlalu banyak minum, Raga tertidur dimeja karena mabuk berat.

        Sang bartender hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah laku Raga sedari tadi. Pria dihadapannya terus menyebut nama Johana. Sebenarnya dia sudah terbiasa dengan keadaan seperti ini. Orang yang ketempat ini dan minum sampai mabuk dipastikan sedang menghadapi masalah. Entahkah itu masalah percintaan, masalah keluarga ataukah masalah keuangan. Mengambil handphone Raga, yang untungnya tidak memakai password sehingga si bartender lebih gampang untuk menolong Raga. Bartender itu langsung mencari nama Johana di kontak karena hanya nama Johana yang dia tau.

"Halo..selamat sore, benar ini Ibu Johana" ucap si bartender

"....."

"Saya bukan Bapak Raga" jawab Bartender melirik ke lelaki yang tertidur

      Setelah menjelaskan maksudnya menelpon Johana serta menyebutkan tempat dimana Raga berada, si bartender mengakhiri panggilannya.

         Tak lama sekitar setengah jam kemudian Johana sudah tiba di tempat Raga berada. Wajahnya kelihatan panik, bukankah tadi siang Raga pamit pulang karena sakit kepala dan ingin istirahat. Kenapa sekarang lelaki itu mabuk-mabukan  seperti ini. Dengan dibantu beberapa orang, akhirnya Raga bisa masuk kedalam taksi.

      Sesampainya ditempat Raga, dengan bantuan anak buah Raga dikantor. Mereka berhasil membawa Raga ke kamarnya. Raga tinggal dirumah yang merangkap sebagai kantornya. Rumah itu memiliki dua lantai dengan lantai satu yang digunakan sebagai kantor dan lantai duanya sebagai rumah Raga. Raga mempekerjakan tiga orang ditempatnya. Awalnya mereka bertiga terkejut dengan keadaan Raga sesampainya bos mereka dikantor. Pulang-pulang dari New York, bosnya tiba-tiba sampai dalam keadaan mabuk berat. Padahal setau mereka pekerjaan mereka di New York sukses.

             Setelah Raga terbaring, Johana tampak memandangi wajah Raga yang sedang tertidur, Johana mengelus rambut Raga dengan sayang.

"Kamu ada masalah apa,kak?"

"Kamu harusnya cari aku kalau ada masalah, bukan lari ke minuman keras"

"Aku ngerasa gak guna dimata kamu. Selama ini kamu selalu jaga aku dan ibu. Kamu juga buat aku bisa tersenyum kembali"

"Kamu bilang aku kalau ada masalah harus cerita. Tapi kamu sendiri malah memendamnya"

"Awas aja..nanti kalau kamu sudah sadar" ucap Jo akhirnya karena dari tadi berbicara sendiri. Namun tiba-tiba mata Raga terbuka mungkin karena mendengar suara Johana

         Baru akan berdiri meninggalkan Raga untuk mengambil air putih. Tapi Raga sudah menahan tangan mungil Johana. Dia menarik tangan Johana dengan kuat hingga Johana terbanting ke kasur dan Raga dengan cepat langsung memutar tubuhnya membuat posisi Johana berada dibawahnya.
Mata Johana tampak takut melihat Raga dalam keadaan seperti ini. Johana menahan tangannya didada Raga berusaha mendorong Raga agar laki-laki itu bisa minggir dari atas tubuhnya. Raga dengan satu tangannya langsung menarik kedua tangan Johana keatas dan menahannya. Dengan tangan kanannya Raga mengelus lembut wajah Johana, sedang Johana memejamkan matanya karena ketakutan. Jo tidak pernah melihat Raga yang seperti ini.

"Kamu tau sayang..aku udah nunggu lama untuk kita bisa diposisi seperti ini" ucap Raga

Raga mencium leher Johana "Kamu harum seperti biasanya. Aku mencintai kamu, Johana"

Johana terkejut dengan pernyataan Raga disaat seperti ini "Tapi kenapa kamu malah tega bersama dengan laki-laki lain? Kamu kan tau, Aku yang ada disamping kamu selama tiga tahun ini " ucap Raga tiba-tiba emosi

       Jo sudah gemetar karena perlakuan Raga. Dia segera berteriak minta tolong berharap karyawan Raga dibawah menolongnya tapi baru mengucapkan kata "Tol.." bibirnya sudah dibungkam oleh bibir Raga. Raga mencium bibir Johana kasar, dia bahkan menggigit bibir Johana supaya Johana memberikan akses padanya untuk dapat memasukkan lidah. Tangan Raga sudah turun membuka dengan paksa kemeja Johana sampai semua kancing kemeja kerja Jo lepas. Tangan kanannya segera meremas gundukan yang masih tertutupi bra putih tersebut dari luar. Air mata Johana terus menetes, dirinya gemetaran ketakutan karena perlakuan Raga. Raga segera melepaskan ciumannya karena merasa kehabisan napas. Bibirnya turun ke leher Johana menyesapnya dan meninggalkan tanda kepemilikan. Raga turun menciumi kedua gundukan kembar milik Johana. Menarik dengan paksa bra tersebut keatas tanpa melepasnya. Raga menghisap kedua puncaknya bergantian. Raga juga mengusap inti Jo dengan tangannya yang bebas. Saat itulah isak tangis yang keluar dari mulut Johana semakin kuat. Seketika Raga tersadar, mendongak ke atas dan mendapatkan keadaan Johana dalam keadaan kacau balau.

       Raga terkejut, dia segera melepaskan tangannya yang menahan kedua tangan Johana. Lalu melompat turun dari kasur. Dia berdiri memandangi Johana dengan nanar. Johana menangis sambil menutupi dadanya dengan kedua tangannya.

Raga mengambil selimut diujung kasur untuk menyelimuti tubuh Johana. Saat Raga mendekati Johana, Jo segera terduduk dan mundur hingga bersandar ke kepala ranjang.

"Jangan kak..aku mohon" ucap Johana dengan gemetar dan mata yang memancarkan ketakutan.

"Pakailah selimut ini untuk menutupi tubuhmu" ucap Raga

Raga yang masih mabuk sedikit berjalan sempoyongan ke arah lemari. Dia mengambil kaus untuk bisa digunakan Johana karena tidak mungkin Johana menggunakan kemejanya yang kancingnya sudah rusak semua gara-gara Raga tadi.

"Kamu pakai ini saja" ucap Raga menyodorkan kaus tersebut ke Johana

Raga berbalik badan agar Johana mau memakai pakaian darinya. Dia memilih mengambilkan air minum di dispenser yang berada didepan kamarnya untuk Johana. Saat sudah masuk Raga melihat Jo sudah memakai pakaian darinya. Jo tampak menekuk lututnya dan menangis.

Raga berjalan mendekati Johana "Minum dulu, Jo"

Johana menatap Raga dalam diam dan dengan air mata yang masih mengalir. Sementara tangan Raga masih terulur ke arah Jo untuk menyerahkan air minum tadi. Namun, Johana langsung menepis tangan Raga, hingga gelas yang dipegang Raga jatuh dan pecah hingga berkeping-keping.

"Maaf Jo..maafin aku" ucap Raga dengan mata memerah

Johana langsung melompat berdiri dari ranjang dan berkata pada Raga

"Kamu ternyata gak jauh beda dengan sahabat berengsek kamu. Aku benci kamu. Aku benci kalian berdua. Kenapa aku harus mengenal kalian berdua dihidup aku? Aku benar-benar nyesal kenal kalian. Aku benci kalian..AKU BENCIII.." teriak Johana lalu berlari keluar meninggalkan Raga yang terpaku ditempatnya.

         Raga terduduk dilantai, dia sangat menyesal melakukan hal kurang ajar kepada Johana. Raga menyesalkan dirinya yang mabuk. Dia berjanji tak akan menyentuh minuman keras lagi. Raga terus menyalahkan dirinya sendiri. Sekarang Johana sudah membencinya, apa yang harus dia lakukan. Pasti wanita itu tidak akan mau menemuinya lagi.

                          ***********

Haloo..pagi semuanya😊 aku up date lagi😍😘 dibaca ya..dipart depan Raga kita bakal jarang muncul dulu ya. Gantinya Davi mungkin yang akan sering muncul. Davi is back..baby😎😎😍😍😍 hayooo..pada dukung Jo sama siapa??

FRAGILE (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang