Matahari terlihat sudah tenggelam dan digantikan oleh bulan yang sudah menampakan cahayanya. Johana yang tadinya berada dilobi untuk menunggui suaminya memilih pindah tempat ke pos satpam. Jo sudah menghubungi Davi berkali-kali namun tak kunjung diangkat. Jo terlihat sangat cemas. Dia bisa saja pulang sekarang dengan menggunakan taksi online tapi Jo takut saat dia pulang sang suami malah tiba dikantornya. Jo memikirkan segala kemungkinan yang ada kenapa suaminya belum menjemputnya sampai saat ini. Dia memilih berpikir kalau suaminya sedang sibuk sampai lupa memberi kabar padanya dari pada memikirkan suaminya terkena musibah yang membuatnya belum menjemput Jo sampai saat ini. Jo tidak mau terjadi hal yang buruk pada suaminya jadi dia memilih untuk berpikir positif. Bukankah ucapan adalah doa??
Jo sudah menunggu dua jam setengah, dari jam lima sore tadi dan sekarang sudah pukul setengah delapan malam.
"Neng, mending neng pulang aja. Nanti kemaleman neng. Bahaya!! Nanti kalau suami neng datang biar bapak yang kasih tau kalau neng udah pulang" ucap Pak Sukir. Dia tidak tega melihat Jo berdiri sedari tadi jadi Pak Sukir mengajak Jo menunggu dipos satpam saja.
"Umm...saya tunggu setengah jam lagi deh,pak" jawab Jo sambil tersenyum
Setelah hari sudah menunjukkan pukul delapan malam. Jo memilih untuk pulang. Jo menghembuskan nafasnya dan memesan ojek online. Didalam perjalanan pulang Jo berharap kalau semuanya akan baik-baik saja. Sesampainya dirumah Jo melihat rumah dalam keadaan gelap. Berarti Davi juga belum pulang kerumah.
Setelah menghidupkan lampu-lampu, Jo masuk ke kamarnya untuk mandi. Dia benar-benar capek hari ini dan merasa penat. Jo sebenarnya kesal dengan cara Davi yang membuatnya menunggu tanpa memberi kabar tapi disisi lain Jo juga merasa cemas terhadap suaminya. Berhubung hari ini Jo pulang kemalaman jadi dia tidak sempat masak untuk makan malam. Jadi Jo berpikir nanti kalau Davi sudah pulang mereka akan memesan makanan via ojek online saja dan tentu saja meminta penjelasan dari Davi.
Tak terasa sudah pukul sepuluh malam tapi Davi masih belum pulang kerumah dan tanpa kabar. Jo sudah cemas sangat cemas. Dia ketar-ketir dan memutuskan kalau sampai tengah malam suaminya belum ada kabar, dia akan melapor ke polisi. Satu jam kemudian terdengar suara mobil yang tiba digarasi rumahnya. Jo segera berdiri dan berlari untuk membuka pintu. Jo tau yang tiba barusan adalah suaminya. Jo melihat suaminya dalam keaadaan yang sudah acak-acakan. Dasi dan jasnya sudah tersampir di lengan kirinya. Baju kemejanya sudah tergulung sampai ke siku.
"Oh..hai" ucap Davi terkejut melihat Jo didepannya
Sesampainya mereka diruang tengah Davi terduduk di sofa dan menyandarkan tubuhnya disofa sambil menengadahkan kepalanya ke belakang.
"Kamu dari mana aja,mas? Kamu tau aku nunggu kamu tiga jam mas, kamu tau?? Aku kuatir sama kamu,mas. Aku telepon handphone kamu pun gak diangkat-angkat. Aku pikir kamu kenapa-napa" sembur Jo tapi dengan mata berkaca-kaca
"Sudahlah..aku capek. Kamu aja yang bodoh kenapa sampai menunggu tiga jam. Kamu bisa kan naik taksi tanpa harus nungguin aku" jawab Davi emosi
Padahal Jo mengomel seperti itu karena cemas kepada suaminya. Jo pun terkejut melihat reaksi suaminya barusan. Jo terdiam dan berpikir apa suaminya ada masalah pekerjaan makanya jadi emosi seperti ini. Ini adalah pertengkaran serius mereka yang untuk pertama kalinya. Jo masih merenung saat tiba-tiba Davi berdiri dan masuk ke kamar tamu dilantai satu rumah mereka dan membanting pintunya. Jo sampai kaget mendengar suara bantingan pintu itu. Jo menitikan air matanya tanpa suara. Jo berpikir apa yang terjadi pada suaminya. Sambil menghapus air matanya Jo memutuskan untuk tidur mengabaikan perutnya yang lapar karena belum makan malam dan berharap kalau besok pagi Davi akan kembali seperti biasanya.
*******
Setelah melipat mukena setelah shalat subuh Jo memutuskan ke dapur untuk membuat sarapan seperti biasanya. Hari ini Jo melaksanakan shalat subuh sendirian, semenjak Jo menikah biasanya Davi yang menjadi imamnya. Saat turun Jo melirik ke arah pintu kamar tamu tempat Davi tidur tadi malam. Dia melanjutkan langkahnya ke dapur untuk membuat sarapan. Jo akan memasak nasi goreng spesial kesukaan Davi. Saat masih mengolah masakannya terdengar bunyi pintu kamar yang terbuka. Jo melihat Davi naik ke lantai dua menuju kamar mereka. Dua puluh menit kemudian terdengar langkah kaki menuruni tangga. Jo yang sudah siap dengan hidangannya menyambut Davi dengan senyuman hangat melupakan percekcokan mereka tadi malam. Tapi apa yang Jo dapatkan hanya tatapan datar dari sang suami.
"Ayo..makan mas, aku udah masakin nasi goreng kesukaan kamu" ucap Jo riang mengabaikan tatapan Davi yang tidak seperti biasanya.
"Gak usah aku sarapan diluar aja. Oh ya,mulai hari ini aku gak bisa nganterin kamu ke kantor. Besok kamu aku belikan mobil saja dan soal supirnya nanti biar aku yang carikan" ucap Davi dingin
Jo terkejut dengan kata-kata Davi. Jo berpikir ada apa dengan suaminya. Apa dia melakukan kesalahan. Padahal kemarin pagi mereka berdua masih baik-baik saja. Memilih mengabaikan kata-kata Davi, Jo bertanya dengan lembut
"Kamu kenapa,mas? Apa ada masalah?"
"Itu bukan urusan kamu. Yang penting sekarang kamu ada yang bisa mengantar jemput tepat waktu sesuai keinginan kamu. Jadi kamu tidak menyalahkan ku lagi karena menunggu" jawab Davi dingin
"Ya..ampun mas. Kamu marah karena tadi malam? Aku gak maksud marah, mas. Aku berkata seperti itu karena mencemaskan mu. Aku terlalu takut kalau terjadi sesuatu sama kamu,mas. Dan aku merasa lega sekali saat melihat kamu tiba selamat sampai dirumah tadi malam" jelas Jo
"Tapi itu bukan alasan untuk kamu berkata seperti itu terhadap suami kamu. Apa kamu tidak tau cara menghormati suami?" Ucap Davi
"Aku minta maaf kalau gitu,mas" ucap Jo sambil mendekat ke arah Davi berniat mencium pipi suaminya. Namun Davi menghindar dan langsung keluar rumah meninggalkan Jo yang terpaku menatap punggung suaminya.
*********
Ngetik buru-buru guys...ada acara tar malam. Bye...
Jangan lupa voment😁😁😁
KAMU SEDANG MEMBACA
FRAGILE (COMPLETE)
ChickLitJohana Adriana seorang istri yang setia kepada suami. Dia selalu berusaha menjadi yang terbaik untuk suami namun apa yang dia dapat "PENGKHIANATAN". Tapi Johana bukan wanita lemah yang akan menangis meraung-raung mendapati sang suami berselingkuh. B...