Part 10

1.2K 49 0
                                    

"Sekecil apapun perhatian yang diberikan terkadang membuat kita lupa diri bahwa orang tersebut bukan milik kita"
____________________________________

"Aldi".Panggil seorang gadis dari balik pintu.

Suara itu terdengar sangat familiar ditelinga Aldi."kok kaya suaranya Liana sih?".

Dengan segera,Aldi menepis jauh-jauh pemikiran yang barusan melintas dikepalanya.Aldi hanya diam tak ingin menjawab panggilan itu,sampai akhirnya derdengar kenop pintuk digerakan dan terlihatlah siapa yang membuka pintu kamar itu.

"Mata gue masih bener gak sih ini?".Aldi mengusap matanya pelan hanya untuk memastikan bahwa matanya masih berfungsi.

Aldi terus menatap ambang pintu kamarnya,dan memang benar itu adalah Liana dan Aldi tidak berhalusinasi rupannya.

Liana mulai mendekati Aldi tanpa menutup pintu kamar lagi karena itu lebih baik.Disisi lain Aldi tengah berusaha bangun dan bersandar di kepala ranjang.

"Ko lo disini?".Tanya Aldi setengah tak percaya.

Flashback on

"Tam gue minta alamat rumahnya Aldi dong".Pinta Liana tiba-tiba.

"Buat apa?".

"Gue mau kerumahnya".

"Udah akur nih ceritanya?".Tama memasang raut wajah meledek,dan Liana sangat kesal melihat ekspresi menyebalkan itu.

Liana membuang nafasnya kasar,dan harus bersabar menghadapi setan satu ini."Emang gue sama dia pernah ada apa,konflik rumah tangga,perebutan wilayah,perebutan kekuasaan,enggak kan".

"Bukan itu maksud gue,lagian walaupun gue gak sekelas sama lo kemarin setidaknya gue tahu hubungan lo sama Aldi kaya apa?".

"Tama nantang berkelahi sama gue apa gimana sih".Liana mengumpat kesal dalam hati.

"Sabar,anak sabar disayang Tuhan".Liana mengelus-elus dadanya agar tak terpancing untuk memukul lelaki didepannya.

"Emang hubungan apa yang lo maksud Tam.Lo aja tau dari dulu Aldi gak pernah deketin gadis satupun".Lanjut Liana dengan penuh penekanan.

"Nah itu,Lo satu-satunya Na,gadis yang sering ngobrol sama dia meski cuma cekcok".

Liana diam,mencoba memikirkan apa yang barusan diucapkan Tama.Memang benar akhir-akhir ini Liana melihat Aldi berbicara banyak kepada gadis,dan gadis itu Liana sendiri.

"Ayo Liana jangan mikir yang macem-macem,mungkin ini kebetulan".Ucap Liana pelan.

"Udah lah Tam,cepet kasih alamatnya Aldi".Kata Liana semakin geregetan sendiri.

"Ok...ok.Rumahnya di perumahan pelita nomornya 9,dengan cat rumah berwarna putih perpaduan hitam".

"Na maaf gue gak bisa ikut kerumahnya Aldi,gue disuruh pulang cepet nih".Timpa Bela yang sehabis menerima panggilan telephone.

"Gak papa Bel,gue sendiri aja".

"Ya udah tapi jangan lupa sampain salam dari gue yah".Ucap Bela dengan mengejapkan matanya berkali-kali.

"Bagus berarti sahabat gue selamat".Umpat Tama dalam hati.

"Titidije yah,hati-hati dijalan.Nitip Aldi yah,hehehe".Lanjut Bela.

Tama yang melihat kelakuan Bela hanya bergidig ngeri dengan sifat gadis itu.

"Mimpi apa pacar gue dapet sahabat kaya dia,untung pacar gue lebih waras kalo gak stok oksigen gue habis kayanya".Tutur Tama dalam hati.

My Youth [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang