Part 84

873 35 4
                                    

Matahari terus bersembunyi dibalik awan hitam pekat yang menghiasi langit saat ini. Angin terus berhembus, menerpa semua yang dilaluinya membuat rasa dingin mulai menggerogoti kulit yang diterpanya.

Dua insan itu masih terdiam tanpa ada yang mau berucap kembali setelah suara tercekat Liana terdengar. Suara yang membuat hati Aldi juga merasakan sesak yang teramat.

Dengan sekuat tenaga, Liana mencoba menahan tangisannya kembali. Cukup dulu dia menjadi lemah akan hubungannya dengan David yang menemui sebuah luka, dan sekarang Liana tidak ingin menjadi lemah seperti itu.

"Maafin aku!"

Liana tidak habis pikir, kenapa semua lelaki hanya bisa mengatakan kata maaf setelah membuat lubangan luka di hati perempuan. Kata maaf yang sebenarnya tidak dapat merubah keadaan, kata yang tidak bisa merenggut rasa sakit yang pernah dirasakan. Memang kata orang, memaafkan itu akan sedikit mengurangi beban luka yang dirasa, namun bagi Liana itu sama saja karena bekas luka itu tidak akan sembuh dengan cepat, tidak seperti cepatnya mengatakan kata 'maaf'.

"Andai kata maaf bisa buat aku lupa akan rasa sakit yang kamu berikan ini, Al. Aku akan dengan mudah memaafkan kamu." Liana berucap lirih dengan menundukkan kepalanya.

Liana sama sekali tidak bergerak, bahkan dia hanya diam dengan tangan yang mengepal kuat saat Aldi menarik tubuhnya kedalam pelukan lelaki itu. Pelukan yang bahkan sudah sangat lama tidak dirasakan oleh Liana.

Aldi dan Liana membiarkan suara angin memecahkan kesunyian yang terjadi diantara mereka. Tangan kekar Aldi juga semakin mengerat dikedua pinggang Liana. Dia membawa wajah Liana untuk semakin terbenam di dadanya.

Tidak hanya Liana, Aldi juga merasakan rasa sakit yang sama. Dia terlalu mencintai Liana, tapi dia juga yang menjadi sumber kesedihan dari gadis ini. Jika kebohongan yang dibuat Aldi tidak sampai sejauh ini, mungkin saja Aldi dengan senang hati mengatakan yang sebenarnya. Namun ternyata Aldi sudah bertindak terlalu jauh, tindakan yang akan merubah segalanya, segala mimpi dan cerita cintanya.

Dipihak lain, Liana masih enggan membalas pelukan ini, meskipun didalam sana memberontak agar Liana mau membalas pelukan Aldi. "Apa susahnya jelasin ke aku, Al. Atau karena aku memang udah gak berarti lagi buat kamu?" Tanya Liana.

Aldi membisu, dia hanya semakin mengeratkan pelukannya dengan perasaan hancur lebur. Ternyata Aldi memang sudah terlalu menyakiti gadisnya, gadis yang dijanjikan akan dibahagiakannya dan juga dilindunginya. Seperti yang Aldi tahu, manusia memang boleh berencana, namun pada akhirnya Tuhan lah yang akan menentukan semuanya.

"Apa aku udah menyakiti kamu sedalam itu, Na?"

Tangan Liana terangkat secara refleks, dan dia mengepalkan tangannya untuk memukul dada bidang Aldi. "Apa perlu aku jawab?"

Aldi menahan napasnya untuk beberapa saat. Merasakan dengan pasti sebuah luka yang semakin mendalam dia rasakan.

Perlahan, kepalan tangan itu hanya mampu memukul dada Aldi dengan pelan seolah semua tenaga yang dimiliki Liana hilang entah kemana. Bersamaan dengan itu, pelukan mereka mengendur setelah berulang kali Liana berusaha melepaskan pelukan yang terasa hangat tapi juga menyakitkan dalam waktu bersamaan. "Hati aku itu gak sekuat baja, Al. Yang bisa kamu hantam gitu aja berulang kali. Aku lelah, hati aku udah gak bisa bertahan kalo keadaan seperti ini terus." Ungkap Liana dengan suara kecil namun mampu menyentuh kedalam hatinya sendiri maupun hati Aldi.

Liana memberanikan diri menatap mata Aldi menggunakan matanya yang sudah berkaca-kaca. Mata yang sudah siap menjatuhkan setiap tetes air mata bersamaan dengan luka yang dirasakannya. "Hati itu cuma ada satu, Al. Gak ada manusia yang punya hati dua, tapi kenapa kamu menaruh dua hati dihidup kamu?" Tanyanya dengan menunjuk tepat dimana jantung Aldi berada.

My Youth [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang