Part 67

644 36 0
                                    

Liana menyerah, menyerah untuk mencari keberadaan Aldi. Sudah tiga hari Aldi tidak masuk sekolah tanpa keterangan dan sudah tiga hari pula Liana mencari keberadaan lelaki itu dengan mengunjungi tempat-tempat yang mungkin didatangi Aldi, namun semua itu hasilnya sama saja karena Liana tak mendapatkan jejak sedikitpun akan keberadaan Aldi.

Liana sudah bertanya kepada sahabat-sahabat lelaki itu bahkan anggota Galboy lainnya, tapi kata mereka Aldi sudah tak pernah berkumpul dengan mereka. Kemarin Ardi juga mengasih kabar kepada Liana jika Aldi beberapa kali pulang ke rumah dan langsung pergi lagi tanpa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terlontar dari Ardi.

Jujur mendengar kabar itu dari Ardi sudah membuat rasa cemasnya sedikit berkurang, setidaknya lelaki itu sehat dan baik-baik saja meskipun Liana tidak tau kemana perginya lelaki itu selama tiga hari ini, dia saja sampai sekarang masih sulit untuk dihubungi membuat Liana kesal bercampur khawatir kepadanya.

Sebelum bel masuk sekolah, Liana memilih menuju taman belakang sekolahnya yang sepi ini sekedar mendinginkan kepalanya yang terasa panas hanya karena memikirkan keberadaan Aldi.

Dia sangat merindukan Aldi dan dia juga terus-terusan mengkhawatirkan dia tiap waktunya, dan hal itu benar-benar menyiksa Liana.

Liana menarik napasnya pelan dan membuangnya perlahan sampai beberapa kali terus seperti itu. Sejak tiga hari yang lalu Liana tak pernah absen untuk menangis disaat dirinya memikirkan keadaan Aldi disana menyebabkan mata Liana sudah seperti mata panda karena menangis dan juga kurang tidur.

"Boleh duduk?"

Liana mengangguk singkat tanpa menengok ke sumber suara tadi, karena dia tau suara  itu milik siapa.

Orang itu menghela napasnya menatap keadaan Liana yang terlihat semakin buruk saja. "Are you okay?"

"Sama sekali gak, Dave."

Liana menatap David yang masih terus saja menatapnya. "Gimana gue baik kalo gue gak tau dimana keberadaan Aldi, Aldi itu udah kaya orang ditelan bumi."

David tau perasaan Liana, dan dia mencoba menenangkan Liana dengan mengusap pelan bahunya. "Gak mungkin kan Aldi ngilang gitu aja kalo gak ada alasannya?"

"Tapi apa Dave, apa?"

"Mungkin saja dia sedang ada masalah atau yang lainnya?"

Liana berdecak antara kesal dan juga sedih. Jika memang benar seperti yang dikatakan David, tapi kenapa Aldi tak mencoba berbagi kepadanya, kenapa dia justru menghilang seperti ini?

"Gue gak tau jalan pikiran dia. Kalo ada masalah dia bisa cerita ke gue, bukannya ngilang gini."

"Seperti ucapan gue tadi, dia mungkin punya alasan kuat."

"Dan alasan itu buat gue sakit hati." Lirih Liana.

***

Tubuh Liana mematung ditempatnya, tepat saat Liana berdiri diambang pintu kelasnya.

"Na." David yang berjalan dibelakang Liana memanggil Liana karena tiba-tiba saja langkah gadis itu terhenti.

David menatap arah pandang Liana, dan kini dia tau apa alasannya. Sedangkan Liana menatap lelaki yang berdiri tak jauh darinya tanpa berkedip sama sekali, dan sampai kakinya melangkah untuk mencoba mendekati sosok yang diam mematung disana.

Liana bingung, dia harus bahagia atau marah disaat matanya menatap Aldi yang berdiri dihadapannya dalam keadaan baik-baik saja dengan seragam sekolahnya yang sudah dia kenakan.

Liana mendekat, semakin mendekat dengan bendungan air mata yang siap meluruh dikedua pipinya. Aldi nya kembali setelah tiga hari entah kemana, dan Aldi nya ternyata memang baik-baik saja, do'a Liana kini terkabul.

My Youth [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang