Part 30

978 30 0
                                    

"Ada banyak perasaan yang sulit diungkapan,sehingga kita hanya memilih diam"
______________________________

Acara menyanyi itu sudah selesai yang dimeriahkan oleh penampilan duet yang lainnya setelah Liana dan,Aldi.Waktu juga sudah menunjukan pukul setengah sebelas malam.

Liana sudah berada ditendanya dan merebahkan tubuhnya,matanya terpejam namun tak bisa tertidur.Bela dan Clara sudah dipastikan tertidur dengan pulasnya,karena suara mereka tak lagi terdengar.

Kejadian hari ini benar-benar menguras tenaga dan pikirannya.Liana terus memikirkan bagaimana para lelaki yang menculik Liana,bisa tahu namanya dan juga mengenal Aldi,kenapa mereka ingin menghabisi Liana sekaligus Aldi.

Sejujurnya Liana merasa takut jika hal ini akan menimpa dirinya lagi,apakah keberuntungan untuk bisa lolos dari mereka itu akan datang lagi.Liana juga belum menceritakan hal ini kepada siapapun termasuk sahabatnya,yang mengetahuinya hanya dia,Aldi,dan Tuhan.

"Arggghh,kenapa gue gak bisa tidur kaya gini?".Tanya Liana lirih pada dirinya sendiri.

Liana memilih bangkit dari rerebahannya.Perlahan tangan Liana menurunkan sleting tendanya dan memilih keluar untuk mencari udara segar.

Pandangan Liana mengeliling menangkap masih ada orang yang bisa dihitung tengah duduk-duduk didepan api unggun yang masih menyala.Kemungkinan mereka adalah siswa yang ditugaskan untuk berjaga.

Rata-rata yang berada disana adalah lelaki dan sudah jelas Liana seorang gadis sendirian.Liana tak memperdulikan itu,dirinya langsung mengambil tempat untuk dia duduki yang jelas tak terlalu dekat dengan segerombolan lelaki seangkatannya itu.

Kedua tangan Liana terjulur kedepan dengan menampakan telapak tangannya yang putih tak jauh dari api unggun namun masih bisa dirasakan hangat ditelapak tangannya.

Liana memejamkan matanya merasakan rasa hangat yang menjalar ditelapak tangannya,dan angin malam yang menerpa pipi lembut Liana tanpa permisi.

Tangan Liana memang menghangat,namun Liana merasa ada yang janggal karena merasa ada yang menggenggam tangannya menambah kesan hangat.

Dengan perlahan Liana membuka kelopak matanya,dia mengejabkan beberapa kali matanya untuk melihat seseorang yang berada didepannya sebelum matanya membulat sempurna.

Oksigen di sekitar Liana seolah habis,napasnya menjadi tak karuan.

"Belum tidut?".Tanya orang itu dengan melepaskan genggamannya secara perlahan.

Mata Liana tak lepas mengamati orang itu dengan bingung.Arah pandang Liana menuju lelaki itu yang berjalan kearah sampingnya dan akhirnya duduk disamping Liana dengan tatapan yang lurus.

Liana berusaha menetralkan degup jantungnya,sampai orang itu berkata lagi."Gak tidur?".

"Belum Aldi,gue belum bisa tidur soalnya".Jawab Liana dengan mengalihkan pandangan kearah api unggun,sama dengan apa yang dilakukan Aldi.

"Disini dingin".

"Ditenda pengap".

Aldi mengerutkan dahinya mendengar jawaban Liana."Maksudnya?".

"Pengap karena gue gak bisa ngilangin kejadian yang terjadi malam ini".

"Yang mana?".

Liana menghembuskan napasnya kasar dan menoleh kearah Aldi.

"PEN-CU-LI-KAN".Jawab Liana penuh penekangan.

"Ohh".

"Gak salah kalo gue benci sama lo dulu,lo nya gitu".Umpat Liana namun masih bisa didengar Aldi dengan jelas.

My Youth [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang