Kedua tangan Liana disibukan dengan buku-buku pelajarannya untuk mencari beberapa buku mata pelajaran hari ini. Ini memanglah kebiasaan Liana yang memasukan buku kedalam tasnya disaat akan berangkat sekolah, tidak seperti kebanyakan murid lainnya yang mungkin membereskan buku disaat malamnya.
Liana melirik jam tangan dipergelangan tangan kirinya, yang ternyata sudah menunjukan pukul setengah tujuh. Liana berdecak kesal sudah siang seperti ini tapi tinggal satu buah buku yang belum ditemukannya.
Sekarang dirinya merutuki dirinya sendiri yang semalam tidak belajar, justru ketiduran sehabis Isya. Jika semalam belajar, buku-buku untuk hari ini sudah pasti tergeletak manis dimeja belajarnya.
"Liana udah siang, kenapa gak turun-turun?"
Helaan napas Liana terdengar ketika mendengar teriakan mamahnya dari lantai bawah. "Sebentar lagi, mah!"
Tak ada sahutan lagi dari mamahnya, membuat Liana dengan cepat mencari keberadaan buku bersampul merah yang sejak tadi dicarinya.
"Mana sih buku gue?" Liana bergumam dengan mencoba mencari di tumbukan buku-buku yang ada dimeja belajarnya.
Gerakan Liana terhenti ketika dirinya merasakan menginjak sesuatu dibawah meja belajarnya. Tubuh Liana berjongkok untuk melihat apa yang dia injak.
Mata Liana terpaku kepada buku bersampul warna merah yang tergeletak dibawah meja belajarnya. Buku tersebut terbuka tepat dihalaman belakang.
Tangan Liana terulur untuk meraih buku tersebut. Diusapnya lembar terakhir itu dengan mulut yang bergerak membaca tulisan yang ada disana "Aldian Zikry Kilvicim."
Liana menghela napasnya melihat tulisan tersebut yang dihiasi banyak bentuk hati menggunakan tinta merah dari yang berukuran besar sampai ukuran kecilpun ada yang terlihat memutari tulisan tersebut.
Itu bukan tulisannya, melainkan Aldi lah yang menulis tulisan itu dengan hiasan gambar hati tersebut. Liana ingat Aldi membuat ini sekitar empat bulan yang lalu.
"Kan, udah siang gini tapi masih sempet-sempetnya bengong gitu."
Liana tersentak kaget mendengar suara mamahnya. Ditatapnya ambang pintu kamarnya yang ternyata disana sudah ada mamahnya yang berdiri dengan melipat kedua tangannya didepan dada.
Liana tersenyum kecil. Dengan cepat dia berdiri dan memasukan buku tersebut kedalam tasnya.
"Apa Aldi gak jemput kamu? Dari tadi mamah tungguin gak dateng-dateng." Airin bertanya sambil berjalan beriringan dengan Liana untuk menuruni anak tangga.
"Aldi gak bisa jemput hari ini, mah?"
Airin menatap anak satu-satunya ini ketika mendengar suara Liana yang terdengar melirih. "Kenapa?"
"Aldi gak ngasih tau, aku juga gak nanya-nanya."
Airin merangkul putrinya dengan kedua tangannya. "Gak papa kalo gitu. Itu berarti kalian saling percaya satu sama lain."
"Kamu tau kan, kalo hubungan yang kokoh itu karena tiangnya adalah kepercayaan. Kamu sama dia udah satu tahun loh, jadi pasti udah hapal tabiat satu sama lain."
Liana mengangguk saja dengan senyum yang terlihat dipaksakan.
***
Liana menengok ke kanan dan kirinya ketika melihat banyak keriuhan yang terjadi disekitarnya. Liana tidak tau sebenarnya apa yang tengah terjadi sampai banyak siswa siswi yang heboh ditempatnya dengan menatap kebelakang Liana.
Baru saja Liana akan melihat kearah belakangnya, tapi tiba-tiba ada siswi yang menghampirinya dengan memanggil namanya.
"Ada apa?" Tanya Liana langsung.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Youth [SELESAI]
Teen Fiction[ BELUM PERNAH REVISI ] SMA Garuda menjadi saksi bisu kisah antara Liana Clairin Nathas dan Aldian Zikry Kivilcim. Mereka memiliki kepribadian yang bertolak belakang hingga menimbulkan perdebatan dan kebencian,namun di tengah-tengah perdebatan itu m...