Rasanya sebuah kata-kata tidak mampu menggambarkan perasaan Liana kali ini. Semuanya terasa hancur seketika, bahkan rasanya kehancuran ini lebih besar dari saat Aldi tiba-tiba memutuskan hubungan dengan Liana begitu saja.
Di tempat yang terbilang ramai ini, Liana hanya duduk terdiam bersama dengan lamunan yang setia dengannya, dan juga dengan rasa sakit yang tidak kunjung mau pergi dari hatinya, justru rasa sakit itu semakin dalam dirasakan oleh Liana.
Liana bukanlah gadis kuat yang selalu bisa bersikap seolah semuanya baik-baik saja. Liana sama dengan gadis lainnya yang memiliki perasaan yang rapuh, yang bisa hancur dalam sekejap mata. Kali ini, Liana tidak bisa lagi pura-pura kuat didepan semuanya, hatinya hancur lebur dan tenaga Liana untuk berekting jika dia baik-baik saja pun sudah tak ada.
"Liana."
Liana dapat mendengar beberapa orang memanggil namanya,namun Liana terus saja diam sampai tubuhnya terasa dipeluk oleh beberapa orang.
"Kenapa diam aja, Na?" Itu suara Tiara yang terdengar jelas ditelinga kanan Liana.
"Jangan gini, Na!" Timpa Clara.
Mata Liana terpejam rapat. Dia tahu para sahabatnya ini tengah memberi kekuatan tersendiri untuknya, namun Liana tidak tahu kenapa perasaannya semakin hancur saja. "Gue kehilangan Aldi. Dia benar-benar ninggalin gue." Liana akhirnya berucap dengan suara yang begitu lirih.
"Lo masih punya kita, kita sahabat lo dan akan selalu ada buat lo." Aliya berucap dengan melepaskan pelukannya pada tubuh Tiara yang tengah memeluk Liana.
Liana menghela napasnya untuk mencoba menguatkan hatinya sendiri. Di cafe ini sudah ada sahabat Liana dan juga Aldi, ditambah dengan kehadiran Renald dan juga David yang memang sudah sejak tadi bersama dengan Liana.
Kepala Liana mendongak menatap Renald yang duduk disamping David. "Nald, gue masih gak ngerti kenapa Aldi ngelakuin ini dan kenapa dia ninggalin gue setelah memberikan benda yang gue sendiri gak tau apa." Ucapnya lirih. "Apa dia emang udah gak mencintai gue?"
Renald menggeleng kuat setelah mendengar kalimat terakhir yang diucapkan Liana. Liana tidak akan tahu semuanya jika dia tidak mencoba melihat isi benda-benda yang diberikan Aldi kepadanya. "Lo salah, Na. Aldi itu mencintai elo, bahkan sangat." Ucapnya dengan yakin.
"Kalo iya, kenapa Aldi pergi gitu aja kaya gini. Gue juga gak ngerti karena selama ini dia gak pernah ngomong apapun." Timpa Tama yang juga bingung.
Renald menghela napasnya. Karna hanya dia yang tahu masalah Aldi, jadi dia lah yang harus mencoba memberi pengertian kepada mereka semua. Namun Renald tidak akan bertindak jauh, dia hanya akan mengatakan poinnya saja. "Dia punya alasan untuk gak cerita hal ini sama kalian, gue aja tau masalah ini satu hari sebelum keberangkatannya. Dan kalian harus tau kalo selama ini Aldi itu nanggung beban yang gak pernah kalian liat."
"Beban apa yang lo maksud?" Vero bertanya penasaran. Dia yang berperan sebagai sahabat dan saudara Aldi juga sama sekali tidak tahu masalah yang dialami Aldi.
Lagi-lagi Renald menghela napasnya pelan. "Kalian, khususnya Liana juga akan tau setelah liat isi flasdick yang dikasih Aldi ke Liana. Sorry gue cuma bisa ngomong itu." Katanya dengan menatap mereka semua secara bergantian.
Kemudian tatapan Renald tertuju kepada Liana yang matanya sudah berkaca-kaca."Na, asal lo tau kalo Aldi itu mencintai elo. Dia gak mencintai Kinara seperti apa yang lo pikirin selama ini. Selama ini, dia juga ngerasain apa yang lo rasain, rasa sakit, rasa hancur, sedih, dia juga ngerasainnya, Na. Tanpa lo tau, sebenarnya penderitaan Aldi itu lebih besar dari lo. Disaat dia terus buat lo nangis, itu udah menjadi hal yang menyakitkan buat dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Youth [SELESAI]
Jugendliteratur[ BELUM PERNAH REVISI ] SMA Garuda menjadi saksi bisu kisah antara Liana Clairin Nathas dan Aldian Zikry Kivilcim. Mereka memiliki kepribadian yang bertolak belakang hingga menimbulkan perdebatan dan kebencian,namun di tengah-tengah perdebatan itu m...