Liana tengah berbincang bersama Aliya, Bela, dan Tiara di kelas Liana karena bel masuk belum berbunyi membuat Tiara masih berada di kelas sahabatnya itu.
Bela menghembuskan napasnya kasar dengan wajah yang tiba-tiba menjadi layu. "Gak terasa yah, bentar lagi kita bakalan jadi anak kelas dua belas."
Liana dan Aliya mengangguk, mereka juga tidak menyangka waktu berjalan sangat cepat. "Iya, rasanya baru kemarin gue diterima sekolah disini." Ujar Aliya membenarkan.
Tiara berdehem keras, dia ingin menggoda sahabatnya itu. "Kayanya ada yang bakal kehilangan nih kalo udah naik ke kelas dua belas." Ucapnya dengan melirik Bela dan Aliya.
Kedua gadis itu menatap bingung kearah Tiara yang tengah duduk di meja Liana. Liana yang mengerti maksud Tiara pun menganggukan kepalanya.
"Iya nih, bakalan ngrasa kehilangan banget kayanya."
"Lo berdua ngomong apa sih?" Tanya Bela kesal karena kedua sahabatnya itu bicara entah kearah mana.
"Lo bakalan kehilangan sosok kak Hima kan, kalo mereka udah lulus dan lo Aliya, lo juga pasti udah mikir gimana hari-hari lo kalo gak ada kak Bagus kan?" Goda Tiara dengan tersenyum.
Mereka berdua yang di goda tersenyum malu-malu kearah Liana dan Tiara. "Lo berdua apa-apaan sih?" Ucap Aliya.
Liana tertawa melihat tingkah kedua sahabatnya yang malu-malu. "Tapi bener kan?"
Mendapat pertanyaan dari Liana membuat Aliya dan Bela hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Kalian tau mereka mau lanjut kemana?" Tanya Tiara sambil memosisikan duduknya agar lebih nyaman.
"Kata kak Hima sih, bakalan di Indonesia aja."
"Kak Bagus juga bakalan di Jakarta aja, tapi belum tau dimana tepatnya." Jawab Bela dan Aliya bergantian.
Tiara tertawa menyadari hubungan mereka memang semakin dekat meskipun sampai sekarang dia belum mendapat kabar bahwa mereka sudah berpacaran. "Cie, yang tambah deket sampai tau mereka mau kuliah dimana." Ledek Tiara.
Liana ikut tertawa, dia menatap Clara yang sejak tadi hanya diam. "Cla, kalo kak Andre mau kuliah dimana?"
Mereka menunggu jawaban dari Clara, tapi ternyata Clara hanya diam saja sepertinya gadis itu tengah melamun.
"Clara." Panggil Liana dengan menepuk lengan gadis itu.
Terlihat jika Clara terlonjak kaget dengan tepukan itu, menandakan jika Clara sejak tadi memang melamun. "Apa Na, lo tadi tanya apa?"
Liana menghela napasnya, ditatapnya Clara dengan tenang. "Lo ngelamunin apa sih, apa ada masalah?"
Clara menggelengkan kepalanya dengan tersenyum yang sedikit dia paksakan.
"Kalo emang ada masalah cerita aja kali Cla." Ucap Aliya.
"Gue gak papa kok, cuma gak tau kenapa akhir-akhir ini perasaan gue jadi gak enak."
"Lo sakit?" Tanya Bela dengan segera bahkan dia sudah meletakan punggung tangannya ke dahi Clara.
Clara berdecak, dia menepis kasar tangan Bela. "Bukan karena sakit Bela, pinteran dikit kenapa".
"Kenapa lo jadi sewot sih, gue tanya baik-baik juga."
Clara tidak menjawab lagi, dia menidurkan kepalanya ke meja dengan kedua tangan yang tertekuk sebagai bantalannya.
"Semua pasti baik-baik aja, mungkin lo kecapean kali." Tutur Liana.
"Gue gak tau."
Seorang lelaki menghampiri mereka tanpa suara hanya langkah kakinya yang terdengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Youth [SELESAI]
Teenfikce[ BELUM PERNAH REVISI ] SMA Garuda menjadi saksi bisu kisah antara Liana Clairin Nathas dan Aldian Zikry Kivilcim. Mereka memiliki kepribadian yang bertolak belakang hingga menimbulkan perdebatan dan kebencian,namun di tengah-tengah perdebatan itu m...