Part 80

697 27 0
                                    

Liana tersentak kaget disaat Aldi tiba-tiba berada di hadapannya dan membentaknya membuat seluruh pasang mata yang ada disekitar sini menatap mereka dengan penasaran. Yang lebih mengejutkan lagi adalah Aldi yang menarik tangan Kinara untuk berdiri disampingnya secara paksa.

"Al."

"Please, Na!" Suara Aldi terdengar tajam hingga sesuatu yang tak kasat mata lagi-lagi menghantam tepat direlung hati Liana.

Mata Liana nampak berkaca-kaca. Apa dirinya sesalah itu dimata Aldi disaat dirinya akan menjawab pertanyaan Kinara dengan jujur?

Beberapa detik kemudian mereka saling terdiam. Tatapan Liana juga nampak berganti menjadi tatapan tajam kearah Aldi.

"Lagi dan lagi kamu buat aku seperti gak ada dihidup kamu, Al!" Suara Liana terdengar berat. Siapapun yang mendengarnya tahu pasti jika Liana sangat terluka dengan bentakan dari kekasihnya sendiri.

Aldi menghela napasnya, tangannya yang terbebas juga nampak mengepal kuat sampai otot-otot lengannya terlihat. Kini dia tengah menahan emosinya sendiri, dia tidak mau semakin menyakiti Liana dengan ucapannya yang bisa saja tidak terkendalikan. "Aku lagi gak mau berdebat sama kamu, Na."

Liana tertawa, tawa terpaksa dengan kedua bola matanya memutar malas. "Kamu kira cuma kamu doang? Tapi aku bisa apa Al saat aku sendiri lihat kamu lebih mementingkan cewek lain, disaat kamu lebih memilih orang lain tapi juga gak mau melepaskan aku, kamu pikir jadi aku itu enak?" Ucap Liana yang dilanjutkan dengan menarik napas sedalam-dalamnya seolah gadis itu ingin mencurahkan seluruh perasaannya kepada Aldi.

"Setelah apa yang kamu lakukan ke aku, apa aku harus cuma diam seolah gak terjadi apa-apa? Aku yang terluka disini, Al tapi kenapa kamu seolah gak peduli!" Suara Liana meninggi. Kaki kirinya juga dia hentakan sangat keras ditempatnya berdiri sedangkan tangan kanannya mendorong dada Aldi sekali.

Aldi terdiam, ketakutannya selama ini ternyata terjadi juga. Dirinya yang menyakiti Liana sampai di titik puncak, titik kesabaran yang selama ini gadis itu pertahankan.

Liana mendongakan kepalanya untuk menahan air matanya agar jangan sampai keluar disini, didepan beberapa siswa siswi yang menatap kejadian ini. Liana hanya tidak mau dianggap sebagai gadis lemah, meskipun pada kenyatannya saat ini Liana sangat lemah dan rapuh.

Mata Liana kembali menatap mata coklat Aldi yang masih saja menatanya dalam diam. Dulu, mungkin mata Liana akan berbinar disaat melihat mata coklat itu tapi sekarang yang ada hanya pancaran kekecewaan, kesedihan, dan kemarahan yang ditunjukan oleh mata Liana untuk Aldi.

"Kalo kata 'kita' gak lagi berguna, lebih baik kamu lepasin aku!."

"LIANA!"

Bentakan dari Aldi kembali terdengar menembus gendang telinga Liana membuat gadis tersebut hanya mampu memejamkan matanya rapat-rapat. Dia merasakan kembali rasa sakit dihatinya yang belum mengering, membuat rasa sakit itu bertambah berkali lipat dari sebelumnya.

Liana rasa kini hati dan pikirannya berlawanan arah. Otaknya memilih untuk mundur sedangkan hatinya memilih untuk terus bertahan disaat lidah Liana ingin mengatakan kalimat keramat didalam hidupnya, namun lidahnya terasa kelu membuat hanya kalimat itu saja yang terucap dari mulutnya.

Dibawah sana, tangan Aldi semakin terkepal kuat mendengar ucapan Liana. Dia tidak marah kepada Liana, tapi dia marah kepada kondisi dan dirinya sendiri. Dirinya yang terlihat brengsek kali ini, yang karena keegoisannya membuat gadis yang paling dicintainya setelah mamah dan kakaknya menangis berulang kali karenanya.

Tangan Aldi yang menggenggam tangan Kinara ingin dia lepaskan untuk meraih tangan gadis didepannya yang masih menundukan kepalanya. "Li_"

"Kak_ke-kepala_sa-sakit." Ucapan Aldi terpotong seketika ketika mendengar suara Kinara yang terputus-putus.

My Youth [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang