Part 58

690 29 0
                                    

Orang-orang disana terlihat menggunakan pakaian serba hitam dengan payung-payung hitam yang melindungi tubuh mereka dari hujan.

Pagi ini pemakaman Andre dilakukan. Setelah jasat Andre sudah dikebumikan dengan tiba-tiba pula awan yang tadinya hitam kini mulai menurunkan rintikan air hujan seperti alam juga tau dan merasakan kesedihan yang sedang dialami mereka.

Setelah memanjatkan do'a bersama untuk ketenangan Andre, mereka mulai meninggalkan pemakaman setelah mengucap turut berduka cita kepada pihak keluarga Andre.

Disana Liana beserta para sahabatnya masih menemani Clara yang belum ingin meninggalkan pemakaman. Sejak tadi sebenarnya Liana menahan tangisnya disaat dirinya melihat Clara yang terus mengusap batu nisan Andre dengan tatapan kosongnya.

Disamping Liana ada Aldi yang memeluknya dari samping dengan tangan yang satunya memegang payung untuk melindungi tubuhnya beserta Liana dari hujan.

Dibalik kaca mata hitam yang digunakan Liana, dia akhirnya meneteskan air matanya tanpa diketahui oleh mereka disaat Clara mulai memeluk batu nisan dengan nama Andre Juliano.

"Kak, kenapa kamu ninggalin aku secepat ini? Apa aku punya salah sampai kamu gak mau nemenin aku lagi?" Racau Clara.

Vero yang sejak tadi hanya memayungi Clara kini mulai ikut berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan gadis itu. "Jangan kaya gini Cla, atau dia gak akan tenang lihat lo yang terus kaya gini."

Memang sejak semalam Clara selalu merenung, sesekali juga dia tiba-tiba menangis memandang sebuah binglai foto dikamar Andre, bingkai yang terdapat foto dirinya dan Andre.

Semalam juga mereka, sahabat Liana serta sahabat Aldi memilih bermalam di kediaman Andre karena Clara yang menolak untuk pulang membuat mereka memutuskan untuk menginap juga disana untuk menemani gadis itu.

"Gue gak tau, gue salah apa Ver sampai dia jahat gini sama gue."

Liana yang mendengar itu dengan cepat menghapus air matanya perlahan setelah dirasa air mata itu meluruh kembali. "Cla, dia gak akan bahagia kalo liat lo yang kaya gini. Apa yang lo lakuin itu buat dia kesulitan disana Cla." Ujarnya menasehati.

"Gue tau itu Na, tapi perasaan gue gak bisa bohong kalo gue bener-bener hancur. Lebih baik gue putus sama dia daripada dia ninggalin gue untuk selamanya kaya gini Na." Ujar Clara pelan menahan air matanya.

Liana diam, dia juga sudah kehabisan kata-kata untuk menghibur Clara. Vero yang ada didekat Clara hanya bisa mengusap bahun gadis itu pelan, berharap dia bisa lebih sabar menghadapai ini.

"Gue udah berusaha untuk gak nangisin kepergiananya, tapi itu sulit. Gue harus gimana? hikss." Air mata Clara akhirnya terjatuh membuat Vero dengan sigap memeluk tubuh mungilnya.

"Dia, dia ninggalin gue, ninggalin gue, hiksss."

"Cla gue mohon jangan kaya gini." Tutur Tiara.

"Dia udah tenang, kita hanya bisa mendo'akannya dari sini Cla bukan terus-terusan menangisi kepergiannya. Lo harus belajar ngikhlasin dia." Lanjut Bagus menimpali ucapan Tiara.

Vero melepaskan pelukannya kepada Clara. Tangannya menangkup sebelah pipi Clara yang masih dibasahi air matanya dan mengusapnya perlahan. "Jangan nangis lagi, lebih baik kita pulang hujannya makin deras."

Clara hanya mengangguk, dia mebiarkan begitu saja Vero yang memegang bahunya untuk membantu dia berdiri.

Setelahnya, mereka pergi meninggalkan makam Andre yang terus dibasahi air hujan.

Langkah Liana terhenti membuat Aldi juga menghentikan langkahnya. Liana menengok makam Andre kembali dengan air mata yang luruh lagi di pipinya.

"Yang tenang kak, kita semua coba ikhlasin kepergian lo. Kita akan jaga Clara, lo tenang aja. Dan lo harus tau kita disini menyanyangi lo kak. Sampai jumpa lagi kak."

My Youth [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang