Part 33

910 35 0
                                    

"Na".Panggil Aldi lembut tak seperti saat pria itu berkelahi tadi.

Dari jarak cukup dekat ini Aldi bisa melihat bahu gadis itu bergetar dengan hebat  dan  tubuhnya lemas.  Aldi tau dan sadar jika Liana begitu merasa ketakutan.     

Liana mendongakan kepala,disitu Aldi bisa melihat Liana ternyata menangis."Aldi".Ucap Liana seraya langsung memeluk Aldi erat.

Aldi membalas pelukan Liana,dia mengusap punggung Liana mencoba menenangkan Liana.    

Aldi tak berucap satu katapun,dia membiarkan Liana terus menangis dipelukannya dengan harapan Liana akan merasa baikan setelah ini.

"Aldi".Panggil Liana lirih,terselip rasa takut didalam ucapannya.Liana tetap setia dalam posisinya,menyembunyikan wajahnya dia dada bidang lelaki ini.

"Gue disini,gak usah takut lagi Na".Aldi terus mencoba menenangkan Liana yang terus saja menangis didada bidangnya.

Sesekali Aldi mengusap pucuk rambut Liana dan juga punggung Liana lembut.Aldi berusaha mereda emosinya saat ini,demi Liana,ya hanya demi gadis di dalam pelukannya ini.

"Gu-gue ta-takut".Lirih Liana didalam isakannya.

"Jangan takut".Bisik Aldi.

"Liat kejadian tadi,gue baru sadar apa yang buat Aldi khawatir dan terus jagain Liana.Ternyata ini alasannya".Ucap David dalam hati.

Aldi merasakan bahunya ditepuk,dan Aldi melirik seseorang yang tangannya masih ada di bahunya.

Orang itu tersenyum tipis,senyum yang sulit diartikan oleh Aldi karna antara senyum kecewa dan juga tenang.

David,lelaki itu segera menurunkan tangannya dari bahu Aldi dan segera melenggang pergi dari hadapan mereka secepatnya.Jujur David masih merasa sakit hati ketika melihat gadis yang dulu selalu tertawa dengannya,yang selalu menjadikan dada bidangnya sebagai tempat untuk menangis sekarang melalukan hal-hal itu kepada  orang lain bukan dirinya.

Apapun perasaan David sekarang,yang terpenting kini perasaan Liana yang masih sedikit rapuh akan kejadian tadi.David juga menyadari kedatangannya mungkin akan membuat luka Liana semakin bertambah bukan berkurang.

Setelah kepergian David beberapa detik yang lalu,Liana melepaskan pelukannya dengan Aldi.Tanggisannya sudah mereda hanya tinggal isakan-isakannya saja.

Aldi mengarahkan tangannya untuk menyelipkan beberapa helai rambut Liana kebelakang telinga,kemudian berpindah untuk mengusap bekas air mata diwajah gadis itu.

"Jangan nangis".Liana menganggukan kepalanya pelan.

"Gak ada yang luka kan?".Liana tak menjawab pertanyaan yang terlontar dari Aldi,dia justru mengalihkan pandangan kearah lain.

"Na,ada yang sakit apa enggak?".Ulang Aldi.

Liana menunjukan tangan kanannya ragu kepada Aldi."Cuma ini".

Aldi menatap sekilas pergelangan tangan kanan Liana sebelum mengusaapnya lembut.Ditangan itu,Aldi dapat melihat bahwa ada bekas genggaman tangan yang membuat warna merah itu berada disama.

"Perlu kedokter?".Liana menggelengkan kepalanya tak setuju

"Kenapa gak coba hubungin gue?".

"Maaf,gak kepikiran sampe situ".Jawab Liana sedikit menyesal.

"Lain kali jangan sampai lupa".Liana tak menanyakan lebih lanjut,dia hanya menggangguk saja meskipun masih banyak pertanyaan diotaknya bagaimana orang itu mengenal Liana.Orang itu juga seolah sangat mengenal Aldi,sebenarnya masalah mereka berdua itu apa,kenapa Liana berada diantara masalah mereka?

My Youth [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang