Tubuh Liana bergerak tidak nyaman dikasurnya terlebih disaat hawa dingin tiba-tiba menyeruak kedalam kulitnya, serasa Liana tidak memakai selimutnya disaat tidur.
Mata Liana tiba-tiba memelotot, namun yang dia lihat kali ini hanya hitam tanpa cahaya lain yang masuk diindra matanya. Mulut Liana ingin berteriak keras memanggil mamah atau papahnya, tapi disaat itu juga mulut Liana tidak bisa terbuka sama sekali seperti ada sesuatu yang menutupinya.
Sekarang rasa takut menyeruak didalam hati Liana. Dirinya sadar jika mulutnya dikasih sebuah lakban hitam dengan matanya yang juga ditutupi kain. Tangan Liana juga bergerak, mencoba melepaskan penutup matanya tapi dia merasa ada sebuah tangan lain yang menghalanginya.
"Emmm." Suara Liana terdengar tertahan seperti gumaman kecil, dan Liana semakin menjerit dibalik lakban yang menutupi mulutnya disaat tubuhnya terangkat keudara setelah kedua tangannya seperti diikat.
Liana tidak tau dia akan dibawa kemana rasanya air matanya juga mulai mengalir karena rasa takut yang menghantuinya. Liana juga mencoba melepaskan diri dari seseorang yang membopongnya, tapi rasanya semua itu percuma karena kekuatannya tidak seberapa.
Liana hendak berlari ketika kakinya menginjak tanah, namun sebuah tangan segera menghentikannya.
Kaki Liana bergetar merasakan sebuah tangan yang memegang tangannya. Dia tidak tau siapa dan mau apa orang itu sampai membawa pergi Liana entah kemana, namun rasanya Liana berada tidak jauh dari rumahnya karena orang yang membopong Liana tersebut tidak berjalan lama keluar dari kamar Liana bahkan tidak sampai menggunakan kendaraan untuk membawa Liana.
Dengan tangan bergetar, Liana mulai melepaskan sebuah kain yang ada dimatanya setelah merasakan dengan ikatan dipergelangan tangan Liana terlepas.
Gelap, itulah yang pertama kali Liana lihat. Dia benar-benar tidak tau berada dimana karena yang terlihat hanya langit malam saja.
Dengan air mata yang mulai meluruh, Liana melepaskan lakban hitam dimulutnya.
"A-apa ada orang?" Liana berteriak dengan nada gemetarnya. Tubuhnya juga berputar untuk mencari setitik cahaya disini yang hasilnya ternyata tidak ada sama sekali.
"Si-siapapun, to-tolong!" Liana mulai terisak melihat tidak ada siapapun disini, bahkan Liana juga tidak melihat batang hidung orang yang membawanya ketempat sepi seperti ini.
Tubuh Liana merosot seketika, membuatnya dalam keadaan jongkok. Wajahnya juga disembunyikan diantara lututnya, dirinya kini benar-benar menagis.
"Gu-gue ta-takut." Lirih Liana dengan isakannya.
Ceklek
Liana dapat mendengar sebuah suara kecil yang saling menyahut diikuti dengan sebuah cahaya yang menyusup lewat celah lengan dan jari Liana.
Dengan perlahan wajah Liana mendongak untuk menatap kesekelilingnya. Betapa terkejutnya Liana saat melihat banyak lampu yang mengelilinya, dan tempat ini sangat dikenal Liana. Liana tidak salah jika kini dia berada di taman samping rumahnya sendiri.
"Liana."
Tubuh Liana memutar delapan puluh derajat ketika mendengar sebuah suara tepat dibelakangnya.
Mata Liana membulat seketika melihat seorang yang membawa sebuket bunga cukup besar itu kini memperlihatkan wajahnya.
"Aldi."
Liana berlari menghampiri Aldi yang tersenyum manis kearahnya. "Jadi kamu yang lakuin ini, kamu gak tau apa aku takut?" Serbu Liana dengan pertanyaan-pertanyaan yang diiringi dengan sebuah pukulan didada bidang Aldi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Youth [SELESAI]
Dla nastolatków[ BELUM PERNAH REVISI ] SMA Garuda menjadi saksi bisu kisah antara Liana Clairin Nathas dan Aldian Zikry Kivilcim. Mereka memiliki kepribadian yang bertolak belakang hingga menimbulkan perdebatan dan kebencian,namun di tengah-tengah perdebatan itu m...