Part 76

652 27 0
                                    

Liana menghela napasnya pelan menatap Tiara yang terus saja menyembunyikan wajahnya di lipatan tangannya sendiri. Tangan Liana yang sejak tadi berada dipunggung Tiara juga tidak ada henti-hentinya untuk mengusap punggu yang sejak tadi bergetar itu.

Matanya menatap sekilas Aldi yang baru saja masuk kedalam kelasnya. Aldi juga sempat menatap Liana seolah menanyakan sesuatu lewat tatapan matanya yang dibalas Liana yang mengangkat bahunya tidak tau.

Aldi meletakan tas yang tadi dia sampirkan disebelah bahunya pada mejanya kemudian dia menarik sebuah kursi disamping meja Liana sebagai tempat duduknya.

"Ra, sampai kapan lo diem kaya gini dan gak mau cerita?" Liana bertanya yang sudah untuk keberapa kalinya.

Clara dan Bela yang memosisikan duduk dimeja belakang meja Liana saling tatap satu sama lain. "Apa masalah Tama?" Tanya Clara dengan hati-hati.

"Ra, lebih baik lo ngomong biar kita tau lo kenapa gak kaya gini ngambil kesimpulan yang gak ada ujungnya." Timpa Bela.

Aldi yang duduk disamping Liana hanya menatap Tiara dengan pikiran yang menuju beberapa hari yang lalu tentang percakapannya dengan Tama.

"Al, apa Tama bicara sesuatu sama kamu? Siapa tau curhat atau apa gitu?"

Aldi diam membuat Liana menunggu jawaban darinya. Sepertinya dia mulai mengingat sesuatu.

Belum sempat Aldi berucap, namun kepala Tiara sudah dia tegakan dengan mata yang menatap Aldi. "Jawab Al, apa yang Tama omongin sama lo!"

Aldi menghela napasnya pelan. Dia tidak mau ikut campur dalam masalah orang lain. "Kayanya lo lebih tau dari gue."

Kepala Tiara kembali direbahkan diatas meja tanpa dia tutupi dilipatan tangannya. "Gue gak tau jalan pikiran dia." Ucapnya lesu. "Dia minta putus begitu aja dengan alasan yang menurut gue sangat lucu." Lanjutnya dengan terkekeh kecil.

"Cuma karena mau lanjut di luar negri dia rela putus sama gue karena dia tau gue tipe orang yang gak bisa LDR. Keputusan bodoh, belum juga dicoba." Tiara bergumam dengan air mata yang terus mengalir membasahi pipinya.

Liana menatap Aldi, dan Aldi mengangguk pelan menandakan jika apa yang dikatakan Tiara memanglah apa adanya.

"Kalo lo berjodoh sama Tama, pasti akan ada jalan buat mempertemukan lo sama dia lagi." Ujar Liana yang diangguki oleh Clara, Bela, dan Aliya yang sejak tadi hanya diam.

***

Meja yang berada dipojok kantin tersebut terlihat sunyi, tidak ada keributan-keributan yang biasanya terjadi. Bahkan Vero yang biasanya memulai sebuah keributan juga kini hanya diam dengan memakan mie ayam yang tadi dia pesan.

Suasana semakin sunyi disaat mereka yang duduk dimeja tersebut melihat Tama yang berjalan memasuki kantin.

Aliya yang duduk disamping Tiara menepuk bahu gadis itu pelan. Seolah mengatakan semuanya akan baik-baik saja.

Kepala Tiara menunduk karena dirinya baru saja melihat Tama yang memilih duduk disebuah meja yang berada cukup jauh dengan mejanya. Untuk pertama kalinya mereka duduk terpisah saat di kantin.

Liana menghela napas melihat mereka berdua yang saling menghindar, lebih tepatnya hanya Tama lah yang memcoba menghindar dari Tiara. "Mungkin Tama butuh waktu, Ra." Ujarnya pelan.

"Tapi gak gini juga!"

Sendok yang akan masuk kedalam mulut Vero, dia letakan kembali ketika mendengar nada suara Tiara yang kental akan kesedihan. "Gue kenal Tama, dia gak akan ngambil keputusan tanpa mikir panjang."

My Youth [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang