Part 21

1.1K 39 0
                                    

Kedua siku lelaki itu menopang tubuhnya pada besi pembatas balkon kamarnya.Suara hembusan napas kasar sesekali terdengar dari lelaki itu.

Matanya menatap lurus kedepan yang sebenarnya itu adalah tatapan kosong.Sejak tadi suara hujan terdengar,namun di telinga lelaki itu hanya ada suara tangisan gadis yang disayanginya yang mendominasi.

Perasaan bersalah,sedih,kecewa,serasa semua itu kini menjadi satu perasaan yang benar-benar menyakitkan lubuk hatinya.

Satu kesalahan,hanya satu kesalahan saja bisa membuat semuanya berbeda,meninggalkan penyesalan pada akhirnya.

Andai semuanya bisa diulangi,lelaki itu mungkin tak akan kehilangan gadisnya,tak akan membuatnya bersedih karenanya.Andai saja kata andai itu nyata.

Lelaki itu masih ingat betul kebersamaannya dengan gadisnya satu tahun yang lalu.

Flashback on

Suara mesin motor yang dimatikan terdengar,dan diikuti dengan seorang lelaki yang membuka helmnya dan mencabut kunci motornya dengan gerakan yang bisa dibilang tergesa-gesa.

Dengan cepat lelaki itu turun dari jok motornya dan berlari menuju cafe yang berada dihadapannya persis.

Matanya menyapu seluruh sisi cafe tersebut untuk mencari seseorang disana.Sampai akhirnya matanya menangkap seorang gadis tengah duduk sendiri,gadis yang memakai gaun selutut berwarna putih berlengan.

Dengan langkah lebarnya lelaki itu menghampiri gadis tersebut.

Sesampainya dihadapan gadis tersebut,lelaki itu memperlihatkan sebuket bunga mawar putih,bunga yang memang sangat disukai oleh gadisnya."Maaf".Lirih lelaki tersebut.

Gadis itu memandang sebuket bunga tersebut kemudian menatap lelaki yang menypdorkannya tanpa berniat untuk mengambilnya ataupun mengucapkan sepatah katapun.

Hembusan napas kasar terdengar dari lelaki itu,dan akhirnya dia memilih meletakan bunga yersebut dan duduk tepat di hadapan gadisnya.

"Liana aku minta maaf karna aku lupa sama janji kita hari ini".

Lelaki itu memang Liana,tapi Liana hanya melirik jam tangan yang melingkar sempurna di perkelangan tangan kirinya kemudian menatap lelaki itu lagi." Satu jam".

Tepat satu jam Liana duduk di cafe tersebut untuk menunggu lelaki itu,dan sekarang dia menjelaskan bahwa dia lupa,waw hebat sekali.

"Maaf,tapi beneran aku lupan.Aku gak ngangkat telepon kamu karna aku keasikan main basket sama yang lainnya dan karna itu pula aku lupa ada janji sama kamu". Jelas lelaki itu dengan harapan bahwa Liana akan mengerti.

Liana tau betul akan itu karna dia sudah menghubungi sahabat lelaki itu yang juga tengah bermain basket bersamanya.Liana menghubunginya hanya untuk memastikan keberadaan lelakinya itu dan ternyata lelaki itu tengah bermain basket bersama yang lainnya.

Sahabat lelaki itu sebelumnya ingin memanggil lelaki itu untuk mengingatkannya bahwa dia ada janji dengan Liana,namun Liana melarang dia untuk memberitahukannya.Liana pikir jika lelaki itu sendiri yang mengungatnya itu akan lebih baik.

Menunggu selama satu jam memang rasanya melelakan dan lelaki itu sepertinya harus dikasih sedikit pelajaran dari Liana.

"David,kamu tau gimana rasanya menunggu seseorang tapi orang itu justru asyik sama orang lain?". Tanya Liana dengan nada seriusnya.

" Maaf,aku gak ada maksud buat kamu nunggu Na".Tangan David meraih tangang Liana yang berada diatas meja dan digenggamnya dengan erat.

"Kalo kata maaf bisa merubah segalanya mungkin gak akan ada seseorang yang merasakan luka Dave".

My Youth [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang