"Sayang bangun" gue menepuk-nepuk kecil pipi Woojin yang masih tertidur.
"Hhhhh" gumamnya.
"Ayo siap-siap kita harus ke Busan kan" ucap gue mengingatkan.
"Oh ya aku lupa" sahutnya yang kini sudah membuka mata.
Setelahnya Woojin langsung bersiap-siap untuk mandi, sedangkan gue langsung menyiapkan sarapan.
Setelah lagi sibuk membuat bumbu tiba-tiba Woojin memeluk gue dari belakang dan seperti biasanya dia hanya mengenakan handuknya dibagian bawah jadi lagi dan lagi baju gue jadi ikut-ikutan basah karenanya.
"Woojinnnn" dengus gue yang kini berbalik menatap wajahnya,dia hanya tertawa kecil lalu mencium bibir gue sekilas.
"Maudy jangan tinggalkan aku" ucapnya dengan tatapan datar.
"Tak akan" sahut gue.
"Aku bermimpi buruk tadi malam" ceritanya.
"Mimpi buruk? Tentang apa?" tanya gue penasaran.
"Tentang kau yang pergi meninggalkan ku karena sudah bosan " sambungnya cerita.
"Aku? Bosan padamu? Tak akan" sahut gue percaya diri.
"Aku berharap seperti itu. Tapi mimpi itu terasa sangat nyata bagiku, aku bekerja jauh pergi meninggalkanmu, bahkan sulit bagiku untuk menghubungimu, sampai akhirnya kau mulai lelah menunggu ku, dan sakitnya dimimpi itu ada seorang lelaki yang senantiasa menemanimu saat ku tak ada" ceritanya panjang.
"Woojin percayalah padaku aku tak akan meninggalkan mu, kau sendiri tahu bahwa aku menunggu mu setelah bertahun-tahun kau meninggalkan ku tanpa kabar" sahut gue.
"Gomawo" balasnya lalu mencium bibir gue sekilas dan dia berlalu pergi ke kamar untuk bersiap.
Setelah menyelesaikan beberapa sarapan gue langsung pergi mandi, setelahnya gue selesai mandi gue mendapati sosok Woojin yang sedang asik memainkan ponselnya dimeja makan.
"Hey apa yang kau lakukan dengan ponselmu" goda gue saat melewatinya .
"Aku sedang mencari penginapan Bagus diBusan" ucapnya sedikit teriak karena gue sudah mulai menjauh dari posisi meja makan.
Setelah selesai berpakaian dan berdandan gue langsung menuju meja makan, kesian Woojin sudah menunggu sedari tadi.
"Kita akan menginap?" tanya gue disela-sela aktivitas makan kami.
"Hmm sekalian honeymoon" sahutnya.
"Honeymoon?" tanya gue memperjelas.
"Yaa Honeymoon, meski kita sudah melakukan malam pertama tapi kita belum honeymoon kan sayang" sahutnya.
"Yasudah terserahmu saja, habiskan cepat nanti kita ketinggalan kereta"
Gue dan Woojin sudah tiba distasiun kereta setelah diantar oleh taxi.
Kami hanya membawa satu koper dan koper itu disiapkan oleh Woojin, karena awalnya gue gatau kami akan menginap jadi gue tidak mempersiapkan apapun, tapi ternyata Woojin mempersiapkan nya tadi malam setelah gue tertidur.
"Maudy kau duluan ya ini tiketnya, aku mau bertemu sekertaris ku dulu karena aku harus meninggalkan kantor untuk beberapa hari" titah Woojin lalu gue masuk lebih dulu kedalam kereta.
Gue duduk ditempat yang sesuai dengan tiket yang gue pegang, koper masih dipegang sama Woojin jadi gue ga bawa apa-apa selain tas kecil yang gue selempang kan ditubuh gue.
Tiba-tiba saat gue lagi nunggu Woojin, seorang pria duduk disamping gue.
Gue pikir itu kursi milik Woojin, tapi jika kursi itu bukan milik Woojin, masa iya Woojin pesan kursi jauh dari kursi gue.
"Permisi, ini benar kursi anda" tanya gue sopan kepada pria yang barusan duduk disamping gue.
Pria itu menatap gue dengan tatapan mesum, karena sekarang posisi gue disamping jendela, gue sudah ga bisa gerak kemana-mana dan wajah pria itu sudah terlalu dekat dengan gue. Bahkan bau busuk nya seolah-olah tak mandi satu minggu sangat tercium dihidung gue, pengen muntah.
Disaat seperti ini dipikiran gue cuman manggil satu orang 'Woojin cepat datang'.
Bukkkk
Woojin datang dan saat dia melihat pria ini seolah-olah akan berbuat sesuatu pada gue, tanpa pikir panjang Woojin langsung menarik orang ini dari belakang dan menamparnya beberapa kali sampai akhirnya pria itu tak sanggup berdiri. Jangan lupa bahwa dulu Woojin adalah seorang petarung.
Tapi setelah selesai memukuli pria itu, Woojin ,gue dan pria itu dibawa ke kantor yang ada distasiun ini untuk pertanyaan lebih lanjut mengenai perkelahian barusan.
Disana gue menceritakan semua yang terjadi dari awal, ditengah-tengah gue cerita gue dengar Woojin berucap pelan 'maafkan aku meninggalkanmu maaf maaf maaf' berulang kali dia mengatakan itu saat gue sedang menceritakan kejadian kepada petugas.
Bahkan gue dapat menyadari bahwa sekarang Woojin sedang dalam keadaan emosi yang memuncak, mungkin jika tidak memikirkan ada gue disampingnya gue dapat membayangkan Woojin akan memukuli pria itu sampai benar-benar tak sadarkan diri.
Setelah urusan selesai kami langsung berangkat ke Busan menggunakan kereta selanjutnya, karena kereta pertama sudah berangkat saat kami didalam kantor.
Woojin masih tak berbicara sampai saat ini, dia hanya menunduk kan kepalanya dan mengucapkan kata maaf berulang kali meski berulang kali juga gue bilang gue sudah memaafkan dan itu bukan salah dia, tetap saja dia masih mengucapkannya.
Saat sudah didalam kereta Woojin menatap lesu dan tatapan bersalah kearah gue.
"Maudy maafkan aku" ucapnya tak berdaya.
"Kau tak salah Woojin" sahut gue.
"Seharusnya aku tak membiarkanmu sendirian" ucapnya lagi.
"Bodohnya aku" lanjut nya lalu memukul-mukul kepalanya, gue berusaha keras untuk menahan tangannya untuk tidak menyakiti dirinya sendiri.
Gue peluk tubuhnya dari samping dan dia membalas pelukan gue, sekekali dia mengucapkan kata maaf lagi.
"Woojin tenang lah, kau tak bersalah" ucap gue mencoba untuk menenangkannya.
"Tapi aku merasa sangat bersalah, bagaimana bisa seorang suami membiarkan istrinya digoda oleh pria lain" ucapnya.
"Tapi kau tak membiarkannya kan dan kau sendiri tak tau itu akan terjadi" sahut gue.
"Tapi aku membiarkanmu masuk sendirian kedalam kereta berbahaya itu. Bodohnya aku" ucapnya.
Tak henti-hentinya gue mengelus punggungnya, gue peluk dia, gue genggam erat tangannya agar dia bisa merasa tenang dan tak menyalahkan dirinya akan kejadian barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
New Life | PARK WOOJIN
Fanfiction"Aku tak punya alasan untuk mencintai mu. Rasa Cinta itu datang entah dari mana, dan aku hanya bisa mencintai mu seorang" Woojin. "Begitupun dengan ku, aku juga tak punya alasan untuk mencintaimu. Hatiku tak memperdulikan siapa kamu, hatiku hanya t...