78- Siapa(?)

3.8K 531 33
                                    

"Maudyy" gue dengar secara samar-samar suara orang-orang memanggil gue. Dengan sekuat tenaga gue mencoba untuk membuka mata.

Tapi bukan Woojin yang gue liat pertama melainkan Jihoon.

"ASTAGA!" teriak gue kaget saat melihat Jihoon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"ASTAGA!" teriak gue kaget saat melihat Jihoon.

"Aku bukan malaikat maut jangan terkejut seperti itu" umpatnya.

"Kenapa sekarang kau yang muncul dalam mimpiku?" tanya gue ke Jihoon.

"Mimpi? Hahaha" tawa Jihoon.

"Awwww" ringis gue saat Jihoon mencubit lengan gue.

"Sakit kann. Ini bukan mimpi Maudy" ucap Jihoon penuh penekanan.

"Lalu?" tanya gue dan Jihoon memberikan kode ke gue untuk menengok kesamping.

Keadaan sangat terbalik saat gue menoleh kesamping.

Dunia seolah-olah kembali berwarna.

Kehidupan gue mulai kembali setelah melihat orang itu tersenyum kearah gue.

Ternyata tangan gue digenggam erat olehnya yang juga terbaring dikasur rumah sakit yang sama seperti gue.

Dia memegang erat tangan gue, tersenyum kearah gue meski gue tau dia merasa sangat kesakitan sekarang.

"Woojin-ah" ucap gue. Gue tak sanggup menahan senyum dan tak sanggup juga menahan air mata gue yang mulai berjatuhan.

Woojin sadar.

Dan kali ini bukan mimpi.

Meski dia masih tak mampu banyak bicara atau bergerak tapi setidaknya dia dapat tersenyum.

"Kau baik-baik saja?" tanya gue lalu mencoba bangkit dari tempat tidur namun itu membuat semua orang berteriak.

"Maudy jangan bangun!" teriak mereka.

"Wae?" tanya gue.

"Kau perlu banyak istirahat agar bayi mu baik-baik saja" seru mereka dan gue menoleh kearah Woojin yang mencoba memberi kode ke gue untuk tetap berbaring disampingnya.

Kini gue dan Woojin saling bertatapan. Tak ada dari kami yang mencoba mengalihkan pandangan satu sama lain. Senyum gue tak luntur selama gue bisa melihatnya ada didepan mata gue, begitupun Woojin yang sedari tadi juga selalu tersenyum.

Tapi...

Saat melihat senyum nya seketika dipikiran gue terlintas satu orang. Xie,  wanita yang membuat Woojin mampu bertahan hidup.

Air mata gue lagi dan lagi jatuh karena meski Xie membuat Woojin mampu bertahan hidup tapi gue tak dapat berbohong bahwa sangat sakit untuk harus menerima jika kenyataannya seperti itu.

"Wae?" tanya Woojin pelan lalu dia mengusap air mata gue yang jatuh.

"Kau harus berterima Kasih kepada wanita yang menolong mu" ucap gue,meski sebenarnya sangat sulit untuk mengucapkannya.

"Hahaha" tawa Woojin pelan.

"Kenapa kau tertawa ini tak lucu. Wanita itu harusnya mendapat Cinta yang besar darimu. Bukan aku! Wanita lemah yang tak mampu menolong suami sendiri disaat seperti ini" ungkap gue.

"Gomawo" ucapnya lalu mengelus pipi gue.

"Bukan pada ku tapi pada X-" tangan Woojin menutup mulut gue sampai akhirnya gue tak bisa melanjutkan perkataan gue.

"Xie dipenjara" ucapnya dan gue terkejut. Sangat terkejut.

"Maksudmu?" tanya gue bingung.

"Jihoon-ah" panggil Woojin ke Jihoon dan dengan sigapnya Jihoon berdiri disamping kasur rumah sakit.

"Ceritakan padanya" suruh Woojin.

"Oke jadi begini. Pada saat Xie menawarkan diri dan kau lari keluar, Guanlin datang membawa polisi dan surat perintah untuk menangkap Xie" jelas Jihoon.

"Maksudmu? Bagaimana bisa?" tanya gue bingung.

"Orang yang mengacaukan meeting hari itu adalah orang suruhan Xie. Ini semua adalah rencana Xie untuk merebut hati Woojin darimu" lanjut Jihoon.

"Bagaimana bisa dia tertangkap?" tanya gue lagi.

"Aishh!" dengus Jihoon kesal karena gue selalu bertanya.

"Karena Guanlin tidak terima wajah nya yang tampan itu berbekas karena sayatan pisau yang dibuat oleh orang itu. Sampai akhirnya dia mendapatkan bukti kuat bahwa Xie lah dalang dibalik ini semua" lanjut Jihoon.

"Lalu siapa yang menolong Woojin?" tanya gue lagi. Karena kalau bukan Xie, siapa yang menolong Woojin kan. Pasti seseorang.

"Hahaha" Woojin tertawa seolah-olah pertanyaan gue kali ini lucu.

"Kenapa kau tertawa?" tanya gue serius padanya.

"Aku merasa geli membayangkan bahwa dia menolongku" sahut Woojin.

"Dia? Siapa?" tanya gue.

Perlu waktu bagi Woojin untuk meredakan tawa nya yang nampaknya ini sangat lucu baginya.

"Hahaha Guanlin" akhirnya Woojin berbicara disela gelak tawanya.

"Mwo?! Guanlin? Menolongmu?" sentak gue.

"Hahaha yaa Guanlin yang menolong suami mu. Pada saat dia menangkap Xie, saat itu juga dia menawarkan diri untuk menolong Woojin" kini Jihoon yang menjawab.

"Wahh dunia ini sangat aneh" ucap gue yang masih tak percaya dengan keadaan yang terjadi sekarang.

New Life | PARK WOOJINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang