Gue merasa bahagia, terharu meskipun Ada sedikit rasa kecewa terhadap Woojin. Kenapa dia bisa hampir jatuh kedalam wanita lain disaat gue sendiri ga bisa ngebuka hati ke cowo lain.
"Maafin aku buat kamu menunggu begitu lama" ucap Woojin.
"Kamu memang pantas untuk minta maaf Jin" sahut gue.
"Apa sekarang aku bisa kembali bersender dibahumu saat ku bersedih?" tanya gue."Bahu ini memang milik mu Maudy" ucap Woojin.
"Jika memang milikku, kenapa wanita itu juga pernah memiliki nya meski sebentar tapi sama saja Jin" ucap gue.
"Dia hanya meminjam nya sebentar, dan pemilik bahu-ku yang sebenarnya adalah kamu Maudy, wanita ku" ucap Woojin.
"Apa boleh aku cemburu kepada wanita itu?" tanya gue.
"Itu hak mu untuk cemburu, tapi kenapa kamu harus cemburu padanya?"
"Aku cemburu mengapa dia bisa memiliki tempat bersender waktu dia bersedih, sedangkan aku tidak memiliki tempat bersender saat menangis karena terlalu merindukan mu" ucap gue yang kini bersender dibahu Woojin.
"Maaf karena membuat mu menangis" ucapnya dan gue nganggut.
Apa bisa waktu berhenti sekarang?
Rasanya hal-hal yang gue lewati bersama Woojin terlalu Indah untuk berlalu.
Gue merindukannya, dan saat ini lah gue harus melepaskan rindu itu.
"Woojin jangan tinggalkan aku lagi"
"Maudy, apa kamu ingat tempat pertama kita bertemu?" tanyanya.
"Taman belakang sekolah saat hari pertama ku sekolah, itu kan?" tanya gue balik.
"Bisakah besok kita bertemu disana?"
"Apa bisa? Kan kita sudah bukan siswa sana lagi"
"Datang sajalah, pasti bisa" ucapnya.
Setelah melepas rindu lama, gue dan Woojin makan malam bareng lalu akhirnya diantar pulang ke hotel oleh Woojin.
Rasanya sulit bagi gue untuk berpisah dengannya, gue ingin pagi datang dengan cepat kali ini.
Besok paginya gue dapat pesan dari Woojin untuk bertemu, lalu gue berangkat ke sekolah gue dulu waktu di Korea.
Benar katanya tidak perlu susah untuk masuk kesekolah ini lagi.
Meski gue bukan siswa sini lagi tapi gue masih punya akses bebas untuk masuk ke sekolah.
Tanpa pikir panjang gue langsung menuju ke arah Taman belakang sekolah atau basecamp nya Woojin dulu.
Saat tiba disana gue menemukan sosok Woojin yang duduk manis dibawah pohon besar itu seperti layaknya seorang siswa bernama Park Woojin duduk disitu saat jam pelajaran berlangsung dulu.
"Woojin" panggil gue, lalu dia berbalik dan senyum ke arah gue. Gue tau, ga akan pernah ada orang lain yang mempunyai senyum semanis dia, senyum dengan gingsulnya yang hanya dimiliki oleh dia.
Gue duduk disampingnya. Rasanya seperti mengulang kembali masa-masa sekolah. Sudah lama sekali tidak duduk disini.
"Maudy" panggilnya.
"Hmm"
"Kenapa kamu tidak mencari lelaki lain saat aku tidak ada?"
"Aku sudah mencobanya Jin, tapi itu tidak bisa"
"Terimakasih"
"Untuk?"
"Untuk segalanya, terimakasih sudah mau menunggu ku, terimakasih karena masih mencintaiku. Dan maaf karena sudah membuat mu menangis, dan merindukan ku" ucap nya sambil memandang ke arah gue.
"Tolong jangan buat aku menunggu seperti dulu lagi Jin"
"Aku berjanji tidak akan Maudy"
"Hmm" sahut gue ngangguk.
"Maudy" ucapnya lagi tapi kali ini lebih serius.
"Ada apa?" sahut gue.
"Will u marry me?" ucapnya yang kin i sedang memegang satu kotak cincin dengan berlian yang begitu cantik.
Kali ini bukan dipantai dengan lilin membentuk hati yang mengelilingi suasana romantis ini. Tetapi hanya pemandangan sederhana, pemandangan sungai yang sedang mengalir tenang, dengan suasana rindang dibawah pohon besar ini lah yang menjadi saksi Woojin melamar gue hari ini.
Karena gue yakin Woojin adalah lelaki yang dinanti hati gue, akhirnya gue ngangguk sambil natap dia dan tersenyum, senyum yang paling bahagia yang pernah gue miliki.
Woojin memeluk gue begitu erat setelahnya.
"gomawo Maudy, saranghae"
Gomawo everyone🎉
Author update lagi sepagi ini sebelum berangkat kerja,dan harus kembali ke rutinitas biasanya lagi:(
KAMU SEDANG MEMBACA
New Life | PARK WOOJIN
Fiksi Penggemar"Aku tak punya alasan untuk mencintai mu. Rasa Cinta itu datang entah dari mana, dan aku hanya bisa mencintai mu seorang" Woojin. "Begitupun dengan ku, aku juga tak punya alasan untuk mencintaimu. Hatiku tak memperdulikan siapa kamu, hatiku hanya t...