"Hey princess kapan selesai berdandan" ucapnya yang kini memegang bahu gue dari belakang dan menatap gue dicermin.
"Sebentar tinggal lipstik saja" sahut gue.
"Mau lipstik alami?" tawarnya.
"Mulai lagi" ucap gue memandang tajam kearahnya, lalu dia tertawa dengan gingsulnya itu.
Kami sudah tiba disebuah rumah yang sangat besar dan berhadapan langsung dengan pantai. Rumah ini bernuansa sangat damai dengan cat putihnya dan interior yang sangat mewah.
'Woojin oppa'
'Ahh oppa'
Gue melihat wanita-wanita kecil sampai yang lumayan besar berlarian menghampiri Woojin dan memeluk lengan Woojin kiri dan kanan.
Seandainya itu bukan keluarga Woojin, mungkin gue sudah ambil tindakan melihat tangan suami gue dipegang-pegang.
Woojin terlihat sangat terkenal dikalangan keluarganya, dia seperti magnet yang membuat orang datang satu persatu dan menyapanya.
"Akhirnya kau datang juga" ucap salah satu wanita paruh baya.
"Ini istrimu" tunjuj salah satu wanita lain ke arah gue.
"Perkenalkan ini istriku Maudy" ucap Woojin.
"Annyeonghaseyo" sapa gue sopan.
"Ahh Maafkan kami tak hadir diacara pernikahan kalian ya, kami semua dalam perjalanan bisnis pada saat itu" jelas salah satu dari mereka.
"Eonni" panggil salah satu anak kecil, gue jongkok untuk menyamakan tinggi badan dengannya.
"Wae?" tanya gue sambil tersenyum memandangnya. Dia benar-benar masih kecil dan sangat lucu.
"Kau sangat cantik" ucapnya lalu mencium gue dan dia berlari meninggalkan gue, gue hanya tertawa melihat tingkah anak kecil itu.
"Maudy, ku tinggal sebentar ya" ucap Woojin.
"Heyy anak-anak ajak istri oppa jalan-jalan disekitar rumah" suruh Woojin kepada sepupu-sepupunya yang sedari tadi ada dilengannya.
Setelah mendengar perintah Woojin anak-anak itu kini menarik tangan gue menuju dapur rumah ini.
"Eomma" panggil salah satu anak ke ibu-ibu yang sedang sibuk memasak.
"Ada apa jen?" tanya ibu-ibu itu.
"Ini Eonnie istri oppa" ucapnya dengan bahasa korea yang masih seadanya karena sepertinya dia sedikit blasteran.
"Ahh istri Woojin?" tanya ibu itu ke gue.
"Annyeonghaseyo" sapa gue.
"Oh hai perkenalkan saya tante nya Woojin, ibu dari Jeni. Kau sangat cantik" ucap ibu itu mencolek hidung gue.
"Terimakasih, kau juga cantik" balas gue.
"Jeni-ya ajak Eonnie ini ke kamar nenek" suruh ibu itu.
"Halmeoni?" tanyanya memastikan.
"Yes!" sahut ibunya lalu Jeni mengajak gue untuk kekamar nenek yang lumayan jauh dari dapur.
Tok
Tokk
"Hello Halmeoni" sapa nya saat pintu kamar terbuka.
"Hey Jeni ku" sahut nenek.
"Wahh ini Maudy, masuk masuk" suruh nenek.
"Wahh nenek benar-benar bahagia Woojin mau datang ke acara ini dan mengajakmu" ucap nenek sambil tersenyum bahagia.
"Aku merindukanmu nek" ucap gue lalu memeluk tubuh nenek yang sudah semakin menua dibanding pertemuan pertama kami dirumah sakit sewaktu SMA.
"Maafkan nenek tidak berkunjung kerumah baru kalian setelah menikah" ucap nenek.
"Tak apa nek, kami yang harusnya berkunjung kesini lebih sering" sahut gue.
"Kau mau melihat kamar Woojin dulu?" tawar nenek dan sesegera mungkin gue mengangguk.
Lalu kami berjalan menuju salah satu pintu kamar besar yang depannya bertulis kan 'ini kamar Park Woojin, cucu kesayangan yang punya rumah' gue sedikit tertawa melihat betapa lucunya dia memasakan tanda pengenal kamar dengan isi tulisan seperti itu.
"Woojin benar cucu kesayangan mu nek?" tanya gue.
"Nenek menyayangi semua cucu nenek tapi Woojin lah yang paling dekat dengan nenek" jelas nenek.
"Ceritakan padaku tentang Woojin nek" ucap gue semangat.
"Sebenarnya orang tua Woojin itu menikah karena perjodohan. Ayah Woojin adalah anak pertama jadi setelah kakek meninggal dan keadaan perusahaan menurun drastis pada saat itu ayah Woojin langsung mengambil alih semuanya, meski perusahaan mulai pulih, tapi masih mengalami banyak kerugian. Dan akhirnya ayah Woojin mendapat tawaran dari teman bisnisnya untuk mendapat keuntungan, dan tawaran itu dia harus menikahi wanita yang akan menjadi penerus salah satu perusahaan besar. Ayah Woojin sempat berpikir panjang tentang itu, tetapi karena demi perusahaan dia menerima perjodohan itu. Dan akhirnya ayah Woojin menikah dengan ibunya Woojin" cerita nenek.
"Lalu mereka sudah saling menyangi?" tanya gue sekarang dan nenek menggeleng kan kepalanya.
"Mereka berdua benar-benar menikah hanya demi perusahaan" lanjut nenek.
"Lalu kenapa bisa mereka membuat Woojin" tanya gue.
"Karena mereka harus membuat keturunan agar perusahaan tak jatuh ketangan orang lain, oleh karena itu Woojin mendapat banyak saham dari ayahnya, meski perusahaan yang Woojin jalankan sekarang adalah perusahaan miliknya dari nol tapi banyak juga perusahaan lain yang sebenarnya dia pegang" terang nenek.
"Pantas saja Woojin seperti ti-" belum selesai gue ngomong sudah dipotong sama nenek.
"Yaaa Woojin seperti tidak mendapat Kasih sayang, karena orang tuanya saja tidak saling menyayangi. Bahkan setelah Woojin dilahirkan dia langsung diantar ke Busan dan dirawat di sini sampai dia mengijak usia 10 lalu orang tua nya memintanya untuk dibawa ke seoul lagi" ucap nenek.
"Dia pernah bilang padaku nek, hanya Busan yang mencintainya Seoul tidak. Sekarang aku baru mengerti apa maksudnya" ucap gue.
"Yaa benar, orang-orang Busan sangat menyayangi nya, kami semua menyukainya. Dia bisa membuat orang Busan tertawa dan dirinya sendiri tertawa disini, tapi mungkin jika di Seoul semua tentang Woojin terbalik" ucap nenek dan gue menyetujuinya.
Woojin Busan dan Woojin Seoul benar-benar berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
New Life | PARK WOOJIN
Fanfikce"Aku tak punya alasan untuk mencintai mu. Rasa Cinta itu datang entah dari mana, dan aku hanya bisa mencintai mu seorang" Woojin. "Begitupun dengan ku, aku juga tak punya alasan untuk mencintaimu. Hatiku tak memperdulikan siapa kamu, hatiku hanya t...