4. Friend(ship)date

3.6K 371 30
                                        

NAJA baru aja mau melangkah kekantin saat Reja menghampirinya sambil tergopoh-gopoh.

"Ngapa lu? Kita ga ada ajang lomba sprint kan? Ngapain lu sprint di kampus? Apa dikejar penagih utang?" Tanyanya saat Reja sampai tepat didepannya.

Reja yang mengumpulkan napas mengibaskan tangan didepan wajah Naja.

"Nilai lo, Na. Nilai lo."

"Nilai gue napa? Nilai yang mana? Lo ni, ah. Ngomong yang bener!". Sergah Naja.

Kini jantungnya berdebar juga.

Reja sialaaaann!

"Lo inget test sama Pak Helmi dua minggu lalu? Nilai lo-"

"Dimana pengumumannya?". Potong Naja.

"Di mading fakultas."

Naja pun berjalan cepat kearah gedung fakultas.

Jantungnya berdebar-debar, jika ada sound effect pasti bunyi jantungnya tak kalah dengan yang ada di sinetron Uttaran, tung-tala-tung-tala-tung , kesukaan Mama yang pas tayang kemarin bikin Naja sama Mama berantem gara-gara rebutan remote.

"Nazalea......" gumam Naja saat mencari deretan namanya.

"Nilai lo paling bagus diantara kelas yang diajar sama Pak Helmi." Suara seseorang dibelakangnya mengejutkan Naja.

"Lo.... Niko kan?". Si cowok mengangguk.

Anehnya, setelah itu Naja seolah cuek dan malas menatap Niko yang sebenernya lumayan manis itu.

"Waahhh gue dapat nilai nyaris sempurna. Alhamdulillah."
Naja menengadahkan tangan lalu mengusap wajah tembemnya.

"Selamat ya, Na." ujar Niko pelan.

Naja berlalu tanpa mengindahkan Niko.

Hatinya sakit saat menatap Niko.

***

"Cepet amat lo datang. Gue belum sempat makan. " kata Naja saat membuka pintu rumahnya. Saat ini baru pukul 5 sore.

Reja cuma nyengir,
"Kita harus berangkat cepet. Sebelum kena macet."

"Kenapa macet?" Naja melongok ke depan rumah, nampak motor Satria FU coklat hitam kesayangan Reja terparkir, "Kita kan pake motor, ngaco lo!".

Reza menggelengkan kepalanya dengan khidmat, "Ada yang beda hari ini. Pake baju sana lo."

"Lo buta apa gimana? Lo ga liat gue udah pake baju?". Sanggah Naja.

Reja menepuk jidatnya, "Baju jalan, bego! Itu mah baju tidur!". Naja masih diam ditempat, kemudian Reja menoyor kepalanya dengan telunjuk, "Sana pergi ganti!".

"Iya-iya!". Naja pergi dengan menghentakkan kakinya. Reja tertawa melihat kelakuan Naja.

***

"Tau gini mending gue gamau pergi tadi! Capek, Ja!". Keluh Naja.

Mereka sedang jalan kaki dari rumah Naja ke halte depan perumahan. Jaraknya lumayan, sekitar 800 meter karena rumah Naja berada di cluster paling dalam.

Mama sendiri tadi cuma ketawa-ketiwi saat Naja pamit dan bilang mau jalan kaki ke halte.

Jalan kaki adalah salah satu hal paling dibenci Naja, karena badannya yang berat ini merupakan beban.

"Ya kan mau nyoba gaya baru, Na. Naik angkot keliling Batam!". Reja tertawa puas, melihat Naja yang mengelap keringat berulang kali.

"Tadi mending bawa motor ke halte, terus parkir di halte. Bukannya kayak gini. Tunggu bentar..." Naja merunduk dan memegang lutut. Mengumpulkan nafas.

Me & Fat BurnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang