61. Hal Yang Lebih Penting (Part 3)

1.4K 74 10
                                    

RASA kantuk yang baru saja menyerang Naja mendadak hilang, diusir oleh bunyi dering ponsel Naja yang memekakkan telinga.

Naja menggerutu dan mengeluarkan benda ramping itu dari saku kemejanya.

"Whoa, si nenek sihir." Gerutunya.

Begitu diangkat, terdengar suara Nasha yang menggelegar sekaligus melengking(?).

"Lama amat angkat telpon woi!" Teriak si Nasha.

"Sabar cuk, sabar. Gak pake salam segala lagi." Gerutu Naja.

Diliriknya manusia disampingnya, Fiona masih menyandar di bangku dengan wajah mendongak, tertutup sapu tangan yang kebetulan dibawanya.

Kalau betul-betul didengarkan, terdengar dengkuran halus. Dasar manusia kalong.

"Kekantor sekarang! Penting!"

"Gila lo ya? Gue lagi ada urusan di Disnaker, soal magang gue. Kan lo tau. Lagian mau ngapain sih?" Kali ini suara Naja agak pelan, takut membangunkan Fiona.

"Ada pemotretan lomba 20 menit lagi. Lo harus kesini. Atau Pak Yosa nuntut janji lo."

"Aduh, seriusan lo? Gue gak bawa motor." Naja auto panik, melihat kekiri dan kekanan. Mencari petunjuk atau sesuatu yang bisa membantunya.

"Iya, lo harus kesini ya! Terserah gimana solusi lo. Kalo gue jemput, dengan traffic jam segini ga akan tembus dalam 10 menit. Untungnya lokasi di studio kantor. Gue usahain lo dapet nomor awal, jadi sempat balik lagi ke Disnaker. See u. Ganbatte."

Klik. Telepon ditutup.

Naja tertegun.

Bagaimana ini?

Bagaimana?

Masa iya sih, dia dihadapkan pada dua pilihan seperti ini?

Kalau dia tetap disini, Nasha yang bakal nanggung akibat perbuatan Naja tempo hari, alias ganti rugi.

Kalau Naja kesana, kemungkinan kecil dia bisa balik kesini lagi, mengingat waktu perjalanan dan persiapan pemotretan bukan kayak persiapan mandi doang, yang repotnya naudzubillah.

Masa depan pemagangannya yang cerah di negeri asal manga dan anime itu bisa berantakan.

Tapi, disana adalah tanggung jawab, dan Nasha tidak pantas menanggung akibat atas kesalahan Naja. Bukan tidak mungkin karir Nasha terancam.

Jika memang magangnya gagal tahun ini, mungkin ia bisa coba tahun depan. Atau sepulang pemotretan, dia bisa mengejarnya lagi ke sini.

Dengan mantap, Naja bangkit dari duduknya dan melangkah keluar dari area kantor Disnaker. Nyamperin para tukang ojek yang mangkal sambil gosip, dan salah satunya langsung nyamperin motornya ketika Naja sampe dipangkalan. Seolah paham akan keinginan Naja.

"Bang, anterin saya ya. Ngebut!"

Si tukang ojek pun mengangguk.

Setelah Naja duduk dengan nyaman, motor pun melaju, bersama harapan Naja yang mengambang.

***

Niko yang sedang ngumpul bersama temannya tak jauh dari Naja tadi heran karena Naja tiba-tiba berlari seperti dikejar setan. Dan naik ojek yang jalannya juga terlihat buru-buru.

"Bentar ya." Niko menjauhi temannya dan nyamperin Fiona, yang omong-omong, masih ngorok dengan setia.

"Fio!" Niko menepuk pundak Fiona sampai cewek itu terperanjat, sapu tangan diwajahnya terjatuh.

Me & Fat BurnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang