7. Meminta Maaf

3K 310 1
                                        

NASHA bangkit dari sujud terakhirnya. Ketika sampai pada waktu berdoa. Nasha menangis.

"Yaa Tuhan, Nasha minta maaf. Nasha minta maaf karena udah sakitin Mama. Nasha sayang sama Mama. Tadi pagi Nasha ga bermaksud tinggalin Mama. Tapi Nasha marah karena Mama bandingin Nasha sama Naja, Tuhan." Nasha menangis dibalik tangan yang ia tengadahkan pada Yang Kuasa.

Namun, ada yang membuat Nasha makin menangis. Ia ingat bayang masa lalunya, masa kecilnya yang indah.

Dan terbayang pula kata Naja yang terngiang ditelinganya.

"Kalo soal perbandingan, gue udah makan itu sejak dulu, Sha. Seharusnya lo ga selemah ini. Lo cuma sekali dicetusin Mama, ga sebanding dengan yang gue tanggung seumur hidup gue, sampai sekarang. Dan perbandingan yang gue dapat adalah dari banyak orang, bahkan dari Mama juga. Setiap hari, Sha. Setiap hari."

Dan semakin ia merasa malu pada dirinya, dirinya yang kurang bersyukur.

Kesinisannya semalam bukan karena ia marah, tapi hatinya tertohok mendengar kata-kata Naja. Dan malu mendapati kenyataan bahwa ternyata Naja lebih dewasa.

Ia juga sadar, sejak kecil dulu, dibanding Naja ia lah yang selalu mendapatkan apa yang ia inginkan, dan Naja selalu mengalah.

Nasha menatap pintu kamarnya, mungkin ia bakal diam-diaman sama Naja beberapa hari, sambil menunggu siapa yang mengalah dan bakal minta maaf duluan.

Dan dibalik pintu, seseorang menempelkan telinga. Mendengar apa yang Nasha keluhkan pada Tuhan.

***

"Kenapa muka lo keruh gitu?". Tanya Reja. Naja datang dengan wajah mirip nenek lampir, dan ada lingkaran hitam disekeliling mata bulatnya.

"Keruh keruh, lo kira kolam lele pake keruh segala?". Sambar Naja kesal. Reja terkekeh.

"Oh iya, lo dicari anak-anak sekelas." Perkataan Reja membuat Naja memucat.

Pikirannya mulai melambung kemana-mana. Sebelumnya Naja sama sekali tidak pernah dicari-cari. Apakah karena ia pernah melakukan sesuatu yang memalukan dan sekarang mereka mau mem bully  dirinya? Atau mereka ada rencana mau ngerjain Naja rame-rame? No no no, mereka ga mungkin sejahat itu. Naja hanya terbayang kilas kenangan saat ia dibully rame-rame oleh teman sekolahnya.

Naja menggeleng-gelengkan kepalanya dengan kuat, mencoba mengusir prasangka macam-macam di kepalanya. Namun Reja bisa melihat kecemasan di wajah Naja.

"Lo kenapa? Sakit?". Tanya Reja yang kini cemas melihat perubahan raut wajah Naja.

Naja menggeleng, "Ngga ada apa-apa kok, mereka dimana?"

"Di taman fakultas, lagi ngumpul. Mau kesana?".

"Ya, barang kali ada yang penting. Yuk." Naja berjalan cepat menuju taman fakultas, disusul Reja yang berjalan tepat dibelakangnya.

***

"Kalian cari gue?". tanya Naja pelan saat ia menemui kerumunan teman sekelasnya ditaman fakultas. Reja yang cowok langsung berbaur dengan mereka yang duduk membentuk lingkaran.

"Iya, Na. Kami pengen ngeles sama lo." Sahut Irkan. Lalu diangguki berjamaah oleh yang lainnya.

Dahi Naja berkerut seperti Tango, ratusan lapis banyaknya, "Ngeles apaan? Ngeles makan?".

"Yeee, elo mah! Nilai lo almost perfect, bahkan di pelajaran Pak Helmi, rancangan mesin. Ga nyangka kalo ternyata ga cuma badan lo doang yang gede, otak lo juga!". Sahut Wandi, dan dipuji begitu membuat pipi Naja memerah. Sial.

Me & Fat BurnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang