SEBENARNYA Naja males banget harus kesini, terlebih sekarang adalah malam minggu, dan lebih lebih lagi, dirinya sedang asyik masyuk bareng Reja.
Jika Naja lupa bahwa Noni asisten dietnya, Naja dengan senang hati memaki Noni yang berani menjajah waktu malam minggunya.
"Kok cemberut, Na?" tanya Noni dengan senyum manis seperti tak merasa berdosa.
"Laper." Jawab Naja sambil berusaha menyembunyikan nada kesal dalam suaranya.
"Oohh, laper? Tuh ada sate, sate kambing Pak Umar. Tau kan?"
Mata Naja seketika berbinar saat melihat ke atas meja Noni. Tak disangka, jawaban bohongnya membawa rezeki. Memang, rezeki anak sholehah.
"Buat gue? Eh. Buat Naja?"
Noni tersenyum tulus, "Iya. Itu emang Noni pesen buat Naja."
Naja buru-buru menghampiri meja, senyuman Noni berubah menjadi seringai.
"Puasin aja dulu makan enaknya ya, Na. Saat pembantaian akan ada didepan mata!" Serunya.
Sate yang hendak meluncur ke mulut Naja terhenti di udara, "Bodo amat, Ni! Bodo!"
***
"Perhatiin baik-baik nih. Ini susunan program diet kita. Susunan pertama adalah mengetahui, memahami, dan menaati peraturan Noni. Harus, wajib, kudu."
Naja mengangguk lesu sambil menyandar di sofa, sembari mengusap perut buncitnya yang malang.
"Aturan pertama, apapun yang terjadi, harus denger kata Noni, berhubung dengan segala macam kebutuhan dan kepentingan Naja sendiri."
"Iya."
"Denger gak? Paham gak?"
"Iya, iya."
"Kedua, Naja harus siap sedia kapanpun saat Noni panggil."
"Kalo gue-eh Naja lagi kuliah gimana?"
"Ya habis kuliah langsung meluncur! Noni ngerti, itu tetap prioritas."
"Kalo boker? Mandi? Sakit?"
Noni mengibaskan tangan, "Gausah ngaco, Na. Pokoknya yang bisa ditoleransi cuma kuliah."
"Wah, lo ngelanggar hak asasi manusia dong. Boker kan termasuk hak asasi manusia."
"Makanya nanya tuh pertanyaan berbobot dikit napa? Udah ah, Noni ngambek nih."
Naja akhirnya mengangguk khidmat, "Lanjutkan."
"Berasa lagi kampanye ya?" tanya Noni dengan tampang bego.
"Bukan, Ni. Lagi ngelatih dokter kecil." Jawab Naja kalem.
"Ketiga, harus fokus dan serius. Jangan coba ngelanggar peraturan diet. Paham?" kali ini Noni bertanya dengan nada serius.
Naja mengangguk cepat-cepat sebelum bencong dihadapannya ini ngamuk-ngamuk.
Tiba-tiba hening.
Membuat bulu ketek Naja jadi merinding saja.
"Terakhir, kemanapun Naja pergi, Noni bakal ikutin. Supaya semuanya berjalan lancar. Mulai besok, Noni yang nganterin Naja kemana-mana. Dari pagi kuliah, hingga malam pulang kerumah."
Mata Naja terbuka dengan lebar seketika, diintilin Noni? Kemana-mana?
Noni menyerahkan secarik kertas, disana tertulis data Naja dan Noni lengkap dengan nomor KTP, alamat, pekerjaan bahkan hobi segala, dibubuhi materai pula.
"Paan nih?" Naja melotot ketika melihat judulnya, "Surat Perjanjian?"
Noni mengangguk dengan mantap, "Jaga-jaga aja, siapa tau diantara kita ada yang berniat melanggar aturan."

KAMU SEDANG MEMBACA
Me & Fat Burner
Literatura FemininaIni kisah Naja yang berdiri diantara orang sempurna. Kakaknya yang perfect dan bekerja sebagai model, adik laki-lakinya yang tampan dan cool sebagai pemain basket kawakan. Masalah Naja hanya satu, ia gendut. Kelebihan berat badan. Dan membuatnya keb...