MOBIL Expander hitam milik Noni sudah bertengger didepan pagar rumah Naja saat Naja sedang memakai sepatu kets kebangsaan miliknya. Naja merutuk, ternyata Noni tidak main-main dengan kata-katanya semalam.
"Hai." Sapa Noni singkat sebelum kembali menjalankan mobil.
"Lo tuh niat banget ya?"
"Ini demi lo juga. Gue harus nempelin lo terus untuk mastiin lo ga ngelanggar pantang makanan yang udah gue tetapin." Sahut Noni santai.
Naja mencebik, mengingat rincian aturan, pantangan dan bla bla yang dikirimkan Noni via WA semalam. Ah, bahkan Noni memaksa Naja untuk menggunakan aplikasi pengirim sosial yang harus pake paket internet itu. Dengan alasan, lebih murah dan efisien. Dasar pelit.
"Lo ngejajah gue, tau?"
Noni hanya terkekeh.
"Mulai hari ini panggil gue pake nama cowok ya?"
Naja memilih diam, kemudian membuka tas dan mengeluarkan kotak bekalnya. Roti selai keju yang dibuatkan Mama tadi.
Sayang, tiba-tiba Noni merenggut roti itu sesaat sebelum Naja melahapnya.
"Hei! Balikin! Itu roti gueeee!" Seru Naja tak terima. Kini tangannya mencoba menggapai roti yang digenggam Noni ditangan kanannya.
"Gak boleh! Ini keju, lemaknya banyak! Mulai hari ini semuanya harus udah jalan!"
"Tapi itu sarapan gue, plis ya? Sekali iniiii ajaaa..." pinta Naja dengan memelas akhirnya.
Namun Noni tetap menggeleng dengan mantap. Lalu memasukkan roti itu kedalam mulutnya dengan wajah tanpa dosa.
Jika pada normalnya saat melahap sesuatu kita akan merasakan efeknya pada indra pengecap rasa, berbeda dengan Noni yang merasakan sesuatu pada hatinya. Rasa ini... rasa makanan ini membangkitkan rasa rindu yang telah lama terkunci didalam hatinya.
"Loh kok lo yang makan sih? Curang!"
Noni tetap membisu, kunyahan yang terhenti, serta indra perasanya yang terhubung dengan otaknya yang kini memutarkan rangkaian kenangan.
Naja yang tadinya hendak mengomeli Noni jadi diam, dan kini mengamati perubahan raut wajah cowok disampingnya itu.
"Kenapa? Rotinya gak enak ya? Noni?"
Noni menggeleng cepat, "Ah enggak. Tadi pusing aja. Rotinya enak kok."
Naja kembali mengerucutkan bibirnya, masih kesal dengan perebutan roti secara paksa oleh Noni.
Setelah ini? Bisa Naja pastikan kehidupan konsumsinya bakal berantakan!
***
NONI TIDAK MAIN-MAIN.
Tulisan itu tercetak jelas dijidat Noni besar-besar, sayangnya hanya Naja yang bisa membaca dan melihatnya.
Noni mengintilinya sepanjang hari dikampus, membuat Naja akhirnya mengenalkan Noni ke Reja (yang berhubung hari ini mukanya keruh banget, terlebih saat mendengar wacana bahwa Noni akan mengikuti Naja setiap hari), tampang Reja makin keruh melihat Noni yang bersikap protektif terhadap Naja.
Tak lupa Naja akhirnya juga mengenalkan Noni pada Fiona yang tadinya menatap Noni kagum sejenak, sebelum Naja menyebutkan nama Noni.
Dan seperti yang sudah diduga, hari Naja berubah sejak kehadiran Noni. Seperti sekarang ini.
Ketika Reja dan Fiona sedang melahap batagor Mang Asep dengan syahdunya, Naja cuma mesen teh manis hangat. Lalu sayuran selada yang biasanya selalu menjadi pendamping ayam penyet kesukaan Naja, kini menjadi makanan utama untuk Naja. Didampingi sedikit garam yang ditaburkan diatasnya. Dipesan khusus oleh Noni langsung kepada Bu Asih, penjual ayam penyet kantin kampus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me & Fat Burner
Literatura FemininaIni kisah Naja yang berdiri diantara orang sempurna. Kakaknya yang perfect dan bekerja sebagai model, adik laki-lakinya yang tampan dan cool sebagai pemain basket kawakan. Masalah Naja hanya satu, ia gendut. Kelebihan berat badan. Dan membuatnya keb...