15. Renungan

2.6K 272 35
                                    

ANGIN malam menyapu rambut Naja yang tergerai, seolah ingin membantu Naja mengeringkan rambutnya yang basah. Reja yang menyetir disampingnya diam saja, menikmati suara hembusan angin yang mendamaikan. Untuk malam ini, Reja membuka jendela dan mematikan AC. Itung-itung sekalian ngeringin badan.

"Lo mau ngajak gue kemana lagi, sih?". Sungut Naja.

"Ngilangin mood  lo yang berantakan. Udahlah diem aja. Sewot!". Naja mencebik dan kembali menyandarkan punggungnya pada jok mobil.

Tiba-tiba saat dijalan yang rada sepi, Reja menepikan mobilnya.

"Eh, eh. Ngapain lo?". Naja yang nyaris memejamkan matanya kembali tegak.

Reja menjawab dengan membuka pintu dan beralih ke bagasi belakang Avanza Veloz hitam miliknya. Tak lama kemudian, Reja membuka pintu kemudi dan melemparkan bungkusan ke pangkuan Naja.

"Ni pake! Ganti baju lo!". Serunya.

Naja melotot, "Ni baju siapa? Dan kenapa gue harus ganti baju? Dan kalo gue ganti baju, masa iya gue ganti baju didepan elo?".

Reja berputar dan kali ini ia berdiri dijendela sebelah Naja, "Eh gendut, bawel, pake aja napa! Itu baju gue, supaya lo ga kedinginan karena baju lo basah. Dan soal ganti baju, gue bakal tutup jendela mobil dan nunggu diluar, tenang aja, gue ga doyan karung beras!".

Naja ternganga, sementara Reja kembali ke pintu kemudi dan menaikkan semua tuas jendela, "5 menit! Lebih dari itu gue tetep buka pintu! Anggap aja rejeki!". Dan Reja menutup pintu. Bersandar pada pohon yang berada di tepi jalan.

Naja ingin protes, namun ia memilih bungkam dan mengikuti kata-kata Reja. Ada benarnya juga, ia mulai kedinginan karena gaunnya yang basah.

Di kantong plastik itu ada celana jeans selutut dan kaos oblong setengah lengan. Set pakaian favorit Reja. Dan syukur lah, ukuran celana dan baju Reja muat ditubuh Naja.

Naja membuka pakaiannya dan mengganti secepat kilat. Ia selesai tepat Reja kembali membuka pintu kemudi.

"Wih! Udah siap, Ndut? Gajadi deh rezeki gue." Reja terkekeh. Kemudian ia membuka jasnya dan meninggalkan kemeja putih yang melekat sempurna ditubuhnya-yang baru Naja sadari ternyata lumayan berotot.

Naja ternganga untuk kedua kalinya.


***


"Hmmm.. Tau aja lo tempat makanan yang rasanya enak!". Oceh Naja sambil menyendokkan kuah bakso lagi dan menyuapkan kemulutnya sendiri.

Reja terkekeh, dan mengacak-acak rambut Naja, "Iya, Ndut. Gue suka makan disini sejak SMP. Tapi semenjak gue SMA terus kuliah, gue jarang lagi lewat jalan ini."

Mereka saat ini duduk disebuah kursi panjang tanpa sandaran. Reja duduk disebelah tengah, dan Naja dipinggir.

"Oh iya, gue ketoilet bentar ya!". Naja mengangguk.

Rupanya itu adalah awal mula celaka yang dialami Naja.

Saat Reja bangun, Naja yang berada ditepi kehilangan keseimbangan dan......

BAAAAAMMM!

Naja terjengkang kebawah beserta kursi yang juga tumbang.

"AAAAAWWWWW!". Ringis Naja dengan suara kuat. Jatuh ditemani kursi, tidaklah indah dibandingkan jatuh cinta pada Sehun.

Reja menepuk jidatnya, melupakan kenyataan bahwa ia lah bandul bagi Naja yang berada di tepi ujung kursi panjang yang tak seberapa kuat menahan berat badan tubuh Naja itu.

Me & Fat BurnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang