57. Mulai Terang

755 70 3
                                    


BOLA basket yang Narya shoot ke ring, terpental kembali kelapangan.

Stevan yang berada didekatnya heran,
"Sejak kapan shoot Naryanda pernah gagal?"

Narya tersenyum lemah, "Ya hari ini lah."

Stevan tersenyum maklum, ia memahami ekspresi Narya yang memang keruh beberapa hari ini. Pasti cowok berkulit putih itu sedang banyak pikiran.

"Bro, kalo lagi gak pas, istirahat aja deh. Supaya gak kacau. Kalo permainan tim kacau sih gak papa, yang gue takut lo ntar ketimpuk bola karena gak fokus." Nasehat Stevan.

"Gue pulang deh ya. Lo tenang aja, mungkin cuma kecapekan aja." Narya menepuk pundak Stevan dan berlalu dengan gontai.

***

"Gue kesel banget sih. Si Deka itu ya, bentar bersikap manis, bentarnya lagi cuek, bentarnya lagi ngilang. Tapi sialnya ya kan, gue selalu luluh." Curhat Ciya panjang lebar, dengan amarah yang meletup-letup.

Yang dicurhatin, malah natap kosong ke depan. Curhatan Ciya cuma numpang lewat aja. Bahkan masuk ke telinga pun tidak.

"Yol? Yoli?" Ciya menepuk tangan Yoli yang ia letakkan dipahanya. Mereka sedang duduk dipinggiran lapangan.

"Eh, iya. Kenapa, Ya?"

"Lah, jadi gue curhat lo gak denger?" Ciya nepok jidat.

"Emang lo curhat apaan?" Tanya Yoli dengan muka linglung.

Ciya cuma menghela napas, "Udah deh. Gue ulangnya kapan-kapan aja. Lo kayaknya lagi kacau. Ngelihat ke arah lapangan mulu. Liatin Narya, ya?"

Yoli melihat ke arah yang disebut Ciya, "Gak papa kok. Cuma lagi banyak pikiran aja."

Ciya cuma manggut-manggut, tidak berniat bertanya lebih lanjut. Yoli bukan tipe yang hobi menceritakan masalah pribadinya. Bahkan paling tertutup diantara teman-temannya.

Yoli lebih nelangsa lagi ketika melihat Narya perlahan meninggalkan lapangan dengan langkah gontai. Ia tahu sejak tadi, Narya tidak fokus pada permainan.

Narya si MVP sekaligus top scorer  bertahan gagal nge-shoot dari jarak dekat?

Pasti Narya beban pikiran soal kecelakaan kakaknya. Kebimbangannya pasti berhubung dengan Naja, dan bahaya yang tidak mungkin tidak akan mengintai Naja di lain kalinya.

Gue gak bisa khawatirin Naja, yang gue khawatirin ya kakak gue.

***

"Woi, muka lu kenapa kayak tahanan bakal digantung gitu?"

Narya terperanjat, baru aja masuk udah ditegur oleh Nasha pake suara ala geledeknya.

"Gue stres. Mikirin Naja. Pengen nonjok yang jahatin dia, tau. Nah elu, kok hari ini happy?"

Nasha tersenyum bangga, "Ya gue happy dong. Gue udah tau alamat yang pasti buat cakaran gue ntar."

Narya mengerjap, "Lo udah tau siapa orangnya, Sha?"

"Yup, belum pelaku sih. Masih terduga aja. Tapi gue rasa gue bisa dapat info pasti soal si pelaku dari dia."

"Alhamdulillah, Ya Allah Ya Tuhanku. Tunggu apalagi? Ayo, kita gebukin." Mata Narya kelihatan bercahaya lagi. Kelihatan bersemangat bagai algojo yang siap merajam pelaku pemerkosaan.

"Lah, gue bilang terduga, goblok. Bukan pelaku. Masa iya lo mau gebukin? Barbar amat."

Narya terkekeh, "Perasaan tadi lo duluan yang mau nyakar deh."

Me & Fat BurnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang