26. What The..... (Part 2)

2.6K 260 19
                                        

WAKTU beberapa detik menunggu kata-kata yang akan dikeluarkan Naja terasa seperti bertahun-tahun bagi Mama dan Nasha.

"Pak Yosa nawarin Naja jadi model, Ma." Kata Naja.

Satu detik. Tiga detik. Lima detik.

"Serius?". Tanya Mama.

Naja mengangguk, dan Nasha ternganga dengan suksesnya.

Kejutan seperti apalagi yang akan ia dapatkan hari ini?

"Se-serius lo?". Tanya Nasha akhirnya.

Naja mengangguk sekali lagi.

Mama menghela napas panjang-panjang, "Tunggu dulu. Ini awal mulanya gimana? Kok bisa gini?". Mama mengusap dadanya perlahan. Mencoba menetralkan rasa bingung yang membuncah.

Naja yang merasa solusi sudah ditemukan, dengan berani menceritakan segala insiden yang terjadi kemarin-kecuali insiden dicium Reja-yang juga tidak diketahui oleh Nasha.

"Maafin Naja, Ma. Naja takut kalau seandainya Pak Yosa nuntut ganti rugi Mama bisa pusing cari uang untuk nebus kesalahan Naja. "

Mama membelai rambut Naja, "Jangan takut cerita apapun, sayang. Itulah tugas Mama sebagai orangtua, tempat kalian anak-anak Mama untuk berkeluh kesah."

Mama memandang kearah Nasha, "Kamu juga ya, Sha. Cerita sama Mama apapun yang terjadi. Mama bakal sedih kalau kalian nutupin suatu hal dari Mama. Ngerti?".

Nasha menahan airmatanya, Nasha tertohok akan kata-kata Mama. Dalam hati ia meminta maaf pada Mama. Ada suatu hal yang besar, yang ia tutupi selama ini, bukan dari Mama saja namun Naja dan Narya juga. Rahasia besar yang ia putuskan untuk disimpan sendiri, cukup ia dan Tuhan saja yang tau.

"Terus, kamu terima?". Tanya Mama lagi.

Naja menggeleng, "Naja belum kasi jawaban, Ma. Karena ada syaratnya."

"Apa syaratnya?".

Naja menghela napas perlahan, seolah mengumpulkan beban yang hendak ia keluarkan.

***

"Kenapa Bapak suruh mbak-mbak itu dandanin saya?".

"Saya hanya ingin melihat, sejauh mana kecantikan kamu terpancar. Jadi model itu bukan hanya tampang yang cantik, tapi juga aura kebaikan yang membuat kamu bersinar. Inner beauty, mengerti?". Jelas Pak Yosa panjang lebar.

Naja cuma mengangguk, mengamini kata Pak Yosa yang ada benarnya juga.

"Nasha memang cantik, tapi bukan itu saja aspek penilaian saya saat menerima dia di agensi saya. Namun ada pertimbangan lain. Seperti yang saya bilang tadi. Tampang bukan lah hal utama. Nasha punya attitude dan pembawaan diri yang baik. Pemikiran yang cerdas dan terbuka."

Naja tersenyum. Iya, memang benar. Nasha cerdas.

"Kalau kamu tidak percaya, kamu bisa lihat model asuhan saya yang sekarang taraf kerjanya sudah internasional. Dia sudah sampai di New York Fashion Week tahun lalu. Namanya Gista Sativa. Kenal?".

"Iya Pak, Nasha sering menyebut namanya." Naja ingat, Nasha sering menyebut Gista sebagai role modelnya yang terdekat.

"Dia dua tahun diatas Nasha usianya, sifatnya mirip sekali dengan Nasha. Pekerja keras. Saya dengar Nasha dan Gista dekat sekali."  Sambung Pak Yosa.

Naja mengangguk lagi, diam-diam ia iri pada Nasha yang berteman dengan model-model taraf nasional dan internasional.

"Tapi... Menjadi seperti mereka tidak mudah, Nazalea. Memang kecantikan itu sudah ada, namun kita harus memolesnya dan membuatnya jadi lebih bagus lagi. Ya seperti kamu."

Me & Fat BurnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang