RUMAH bercat hijau itu tampak asri, dengan pagar kayu yang dicat kilat, sederhana.
"Ini rumahnya?" Narya mengamati rumah itu lekat-lekat.
"Yup. Yuk, Pir. Turun."
"Pir? Lo kira gue tapir? Satwa?" Narya manyun.
"Supir, bego." Jawab Nasha judes. Narya makin manyun.
Narya menarik persneling ke huruf P, dan menyusul Nasha yang terlebih dahulu sudah sampai dipekarangan.
"Kira-kira sopan nggak ya kerumah orang malem-malem gini? Terus pasti gak nih, oknumnya ada apa enggak? Apa gak esok hari aja?" Bisik Narya pelan. Tapi tetap bawel.
"Ya sopan dong. Yang gak sopan tuh kalo ngerampok. Gue yakin ada, dikantor bisa lari. Disini gak bakal deh. Ini kan rumahnya."
Nasha mengetuk pintu, "Assalamu'alaikum."
Dua kali, tiga kali. Hingga pintu dibuka oleh seorang mbak-mbak yang wajahnya manis, sambil menggendong bayi.
"Wa'alaikumsalam, cari siapa ya?" Mbak itu melirik Narya dan Nasha dari ujung kepala ke ujung gang, eh-ujung kaki.
"Cari Mas Adi, mbak. Saya teman kantornya, dan ini adik saya." Jawab Nasha sopan, sementara Narya cuma senyum-senyum idiot.
"Oh ya ya, silahkan masuk. Duduk dulu."
Nasha dan Narya kemudian duduk dengan manis di sofa tamu berwarna coklat tua itu.
"Kebetulan suami saya lagi keluar, ke minimarket. Sebentar lagi pulang. Mbak sama Masnya mau minum apa? Sambil menunggu saya buatkan dulu, pasti capek." Si Mbak ternyata ramah banget.
Bikin niat dua kakak beradik itu untuk menggebuki Mas Adi jadi sedikit berkurang, jadi pengen nabok doang, gak sampe gebukin.
"Mbak gausah repot-repot saya cuma-"
"Es teh ya, Mbak. Makasih udah pengertian, tau aja deh kami haus. Hehehehe." Narya nyengir kuda. Sementara Nasha mendelik tak terima, karena dialog sopannya keburu dipotong.
Si Mbak pun mengangguk dan tersenyum, kemudian pamit membuat minum.
"Lo tuh gak sopan banget. Request segala, lo kira restoran? Kita bertamu, bego!"
"Lah, si Mbaknya nanya, mau minum apa. Untung ya gue gak jawab jus alpukat, atau cappucino segala." Jawab Narya santai, kemudian nyandar di sofa.
"Itu basa-basi."
"Muke lo basi." Ledek Narya, sebelum mengaduh kesakitan karena pinggangnya dicubit kakak sulungnya itu.
"Assalamualaikum. Eh ada tamu-loh, mbak Nasha?"
Mas Adi sudah pulang. Dan cuma berdiri mematung di pintu, walau akhirnya mencoba bersikap santai dan duduk juga dihadapan dua orang itu.
"Ada apa, Mbak? Sampe repot repot kerumah."
Narya menegakkan tubuh, "Gini, Mas-"
"To the point aja ya, Mas. Saya mau tanya sama Mas. Saya gak bakal marah, tapi saya mau Mas jujur."
Mas Adi tersenyum pahit. Narya tersenyum masam, kesal dipotong Nasha.
Nasha kemudian berbisik ke arahnya, "Lo diem aja. Gue aja yang ngomong."
Istri Mas Adi mengantarkan air minum, yang tampak segar sekali. Es teh, sesuai permintaan si-tamu-gatau-diri-garis-miring-Narya.
"Mbak Nasha mau tanya soal apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Me & Fat Burner
Chick-LitIni kisah Naja yang berdiri diantara orang sempurna. Kakaknya yang perfect dan bekerja sebagai model, adik laki-lakinya yang tampan dan cool sebagai pemain basket kawakan. Masalah Naja hanya satu, ia gendut. Kelebihan berat badan. Dan membuatnya keb...