18. Galau

2.5K 252 26
                                    

KANTONG belanjaan yang berserakan di atas ranjang, tak dipedulikan Naja sama sekali.

Naja hanya menciumi bantal ucuk nya berulang kali. Ucuk itu sebutan Naja pada bantal gulingnya sejak bayi yang masih ada sampai sekarang.

Papa sering bilang bantal busuk, dan Naja yang masih kecil dan belum jago ngomong, bilangnya 'ucuk,ucuk' dan jadilah sampai sekarang sebutan itu masih bertahan.

Reja marah, Naja tahu itu.

"Gue tau gue salah udah nyium lo sembarangan. Tapi nyembunyiin ini? Gue rasa lo lebih tega dari gue, Na."

Setelah berkata seperti itu, Reja pulang, tanpa mengucapkan salam atau apapun.

Naja menatap kertas yang dicampakkan Reja tadi.

Menyesali kebodohannya yang menyembunyikan tentang itu, padahal kan pengumuman si fakultas pasti ada, dan lambat laun bakal sampai ke telinga Reja.

Ah, Naja merasa kepalanya mumet. Program magang, program diet, dan Reja.

Naja sedih sekali saat melihat Reja bersikap segitu jutek, dan itu berarti Reja sangat marah, benar-benar marah.

Tiba-tiba ketukan pintu terdengar, Naja langsung cepat-cepat menyembunyikan barang-barang itu kekolong ranjang.

Tepat saat Mama nongol didepan pintu, "Ada yang datang cari kamu." katanya lembut.

"Siapa, Ma? Reja?". Tanya Naja semangat, ia berharap Reja cuma mengerjainya dan sekarang mau mengejutkan Naja dengan ekspresi menyebalkan andalannya.

Namun Naja melemah ketika melihat Mama menggeleng, "Bukan. Temen kampus kamu juga. Temuin gih. Kasian kelamaan nunggu. Oh iya, Mama ngerasa wajahnya ga asing."

Dan, klik. Mama menutup pintu.

Siapa ya? Masa sih Fiona datang malam-malam gini?

***

"Lo?".

Dan si tamu yang duduk di kursi tamu, mendongakkan kepalanya menatap Naja.

"Ngapain lo kesini?". Tanya Naja ketus.

Naja pun sepertinya tak berniat duduk bersama si tamu.

"Gue mau ngomongin soal program magang itu, Na."Jawab Niko pelan.

"Itu urusan gue. Kenapa lo ikut-ikutan?". Naja masih mempertahankan nada ketus dalam suaranya.

"Karna gue terpilih juga! Dan kita kan partner, gue harap kita bisa saling berbagi tips." Niko tersenyum tipis.

"Nik, program itu masih setahun lagi. Gue masih belum ada bayangan apa-apa." Naja menurunkan nada suaranya.

Perlahan tapi pasti, Naja akhirnya duduk juga di depan Niko.

Diam-diam, Niko tersenyum melihat reaksi Naja yang mulai melembut padanya.

"Tapi Pak Helmi bilang, kita harus belajar dari sekarang." Niko masih bersikeras.

Naja menghela napas, "Lo kok masih inget rumah gue?".

Niko tersenyum, "Gue ga pernah lupa cewek gendut, yang sampe sekarang masih gendut, dan pernah nolong gue pas gue dipaksa makan mie basi pas SMP."

***

"Jangan kamu kira kerugian kita sedikit dengan gagalnya acara itu."

Nasha mengehela napas mendengar penuturan Pak Yosa.

"Bapak tidak tahu kejelasan ceritanya, Pak."

"Sudah cukup jelas saya dengar dari Lauren, adik kamu merusak acara agensi saya!". suara Pak Yosa meninggi.

Me & Fat BurnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang