REJA merasa lontong yang ia makan tadi saat sarapan ingin keluar begitu saja, ketika ia lihat Naja... Datang bersama Niko!
Dari kejauhan tampak Naja yang bete, serta Niko yang menyeret-nyeret gadis itu untuk jalan bersamanya. Gak salah? Yang bener? Apakah ini mimpi?
Mereka mendekat dan memasuki fakultas, hampir melewati Reja jika Naja tidak melihat Reja yang berada di pilar depan fakultas.
"Rejaaaa!" Serunya sambil melambaikan tangan, dan dengan paksa gadis itu melepaskan genggaman Niko ditangannya yang lain. Reja tersenyum tanpa sadar, diam-diam menikmati wajah bete Niko yang ditinggalkan Naja.
"Halo, nduuutt!" Dirangkulnya Naja ketika gadis itu sudah sampai didekatnya.
"Hei, sini sama gue. Gue kan pengasuh lo!" Panggil Niko dengan nada kesal tak tertahan.
"Lo kira gue bayi? Jajahan lo cuma ditempat gym, tau? Disini gue udah merdeka!" Naja menjulurkan lidahnya pada Niko, disambung tawa Reja yang membahana, meski dirinya juga bingung, ada apa gerangan antara Niko dan Naja?
Niko mendecak lalu pergi, biar sajalah, jika Naja makin dilarang, makin jadi. Wajahnya memerah, ia pergi diiringi tawa Naja dan Reja.
***
"Gue sebel sama Noni tau gaaaakk? Masa seenaknya aja dia nyuruh Niko ngawasin gue? Mana Niko carmuk banget sama Noni sampe Noni percaya sama dia. Nyebelin kaaann?" cerocos Naja tanpa rem. Reja sampai takjub dibuatnya.
Tanpa diminta, Naja menceritakan segalanya, dimulai dari pertemuannya dengan Niko di gym yang berakhir dengan Leo mencampakkan urusan arahan pada Niko, lalu Noni yang mempercayakan Niko untuk mengawasi Naja dan menggantikan tugas Niko untuk sementara, karena tu cowok ada urusan lain yang lebih mustahak daripada urusan Naja.
"Sangat sangat tidak berperikedietan, masa dia ninggalin gue seenaknya ditangan Niko?"
"Jadi dia tadi jemputin lo kerumah?" Reja tidak dapat menyembunyikan cemburu dalam nada suaranya.
"IYA! Kenapa coba dia ga nitipin gue ke lo aja? Gue males banget barengan sama Niko." Naja menghela napas lesu.
Reja tak kalah lesunya, "Ya sudah deh, mungkin maksud Noni baik. Lagian cuma sementara kan?"
Naja mengangguk pasrah.
***
Naja yang tadinya ingin memulai acara makan siang jadi kaget karena piringnya ditarik tiba-tiba, Reja juga kaget karena ia mengira tidak akan ada gangguan selanjutnya.
"Sini makan sama gue aja!" Niko lagi, Niko lagi.
"Emang kenapa sih kalo dia makan sama gue?" Tanya Reja gusar. Risih juga sejak tadi Niko udah kayak penjaga bayi yang ngelarang Naja ini-itu.
"Noni ga separah ini! Dan dia ga pernah larang gue barengan Naja! Lo kira bisa misahin persahabatan kami?" Suara Reja meninggi. Naja mengelus punggung Reja, "Udah, Ja. Malu nih."
Dapat mereka rasakan, kini seisi kantin memandang mereka dan berbisik-bisik tetangga.
Niko masih berdiri didepan mereka, sedikit terkejut karena dirinya hampir tidak pernah melihat seorang Reja sedang marah.
"Udah deh, Nik. Mendingan lo pergi. Iya, gue tau posisi gue sekarang dalam pengawasan lo. Tapi, plis dong. Hargain gue. Gue manusia. Bukan boneka." Kata Naja dengan suara pelan.
"Dia sahabat gue, dan lo ga punya hak buat misahin kami. Lo kira Reja zombie yang bervirus? Atau monyet rabies yang nularin penyakit? Udah deh gausah lebay." Naja mengibaskan tangan, seolah meminta Niko pergi dari hadapannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Me & Fat Burner
Literatura KobiecaIni kisah Naja yang berdiri diantara orang sempurna. Kakaknya yang perfect dan bekerja sebagai model, adik laki-lakinya yang tampan dan cool sebagai pemain basket kawakan. Masalah Naja hanya satu, ia gendut. Kelebihan berat badan. Dan membuatnya keb...