56. Mulai Seperti Biasa

1K 86 4
                                    

SUASANA  hening diruangan pelatihan makin membuat aura keseriusan mencuat dari masing-masing makhluk yang mendiami ruangan itu.

Hanya suara tenaga pelatih dari Disnaker dan perusahaan penyedia yang bergantian menjelaskan didepan.

"Jepang bukanlah suatu negara maju yang tidak memiliki budaya. Mereka sangat berpegang teguh pada budaya dan aturan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Salah satu yang sangat mereka junjung adalah profesionalitas, banyak aspek yang berhubungan dengan profesionalitas, contohnya...."

Dan penjelasan selanjutnya didengarkan dengan seksama oleh seluruh peserta, tak terkecuali Naja, Niko dan Fiona. Berulang kali mereka menganggukkan kepala, dan bolak balik mencatat poin-poin penting ke dalam buku.

Saku Naja bergetar, menandakan pesan masuk. Tapi, Naja biarkan saja. Minggu kemarin, ada salah satu peserta yang gak sengaja buka ponsel dilaci meja, langsung di tegur dengan tegas. Belum di Jepang sudah gak profesional, begitu katanya.

Sementara, ditempat lain, Nasha mengetuk ngetuk ponselnya yang malang ke setir mobil.

"Nih anak kemana sih!?" 

Kembali ia membuka pesan dari Pak Yosa tadi.


Nashandy, Nazalea lulus seleksi. Fotonya sedang dicetak bersama finalis lain untuk berita ke majalah. Saya baru bisa bocorin sampe sini. Untuk tanggal kapan, belum bisa saya pastiin.


Ah, iya. Nasha lupa. Naja kan lagi pelatihan. Ya sudah, mending ia pulang saja dulu kerumah. Jarang-jarang bisa pulang kerumah siang-siang begini, karena jadwal kuliahnya hari ini yang cuma satu mata pelajaran saja.

Siapa tau Mama udah bikin makanan enak,

Atau, Narya yang membawa berita baru.

Atau...........

Nasha benar-benar merasa idiot kali ini, baru ingat siapa yang harusnya ia temui. Orang yang ia cari, ternyata berada satu lingkaran dengannya.



***


Mungkin sudah saatnya Narya membuang impian muluknya yang pengen jadi agen FBI kayak di film-film action kesukaannya. Pekerjaan intai mengintai ternyata tidak seindah, tidak semudah dan tidak sekeren yang ia bayangkan.

Tapi tunggu, jangan kasih tau ke dua kakaknya kalau cita-cita Narya itu sebenernya jadi agen. Pertama, dia bakal diejekin abis-abisan. Kedua, Narya memang berniat mendelete impiannya itu, jadi gak usahlah gembar gembor sana sini.

Beberapa hari ini ia memata-matai Yoli, karena Yoli lah informan yang memberi tahu kejadian itu.

Sebenarnya Nasha nyuruh Narya buat nanya langsung ke oknumnya, dan Narya juga setuju. Tapi saat mau nyamperin Yoli, sifat pengecut Narya langsung nongol tanpa permisi.

Mau lewat WhatsApp atau telpon, gak pantes gitu rasanya. Apalagi, setelah hari itu, baik Yoli, mau notif chat dari Yoli, semuanya kembali membisu seperti sebelumnya.


***


Reja mengetuk-ngetukkan jarinya ke kaca spion motor. Mengingat-ingat informasi apa yang bisa ia ingat dari kejadian kemarin. Siapa tau saja bisa dapat petunjuk kan?

Reja berharap Tuhan menganugerahinya bakat ingatan fotografis secara mendadak saat ini.

Atau ia harus menanyai Naja secara langsung?

Me & Fat BurnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang