12. Bencana (Part 1)

2.8K 259 8
                                    

PESTA yang diadakan di hotel ternama di kota mereka itu tampak mewah. Membuat segar mata siapapun yang datang dan memandang.

Namun tidak dengan Naja. Gadis gendut itu cemberut karena sejak dari rumah dan dimobil, Reja sama sekali tidak berkata apapun dan menutup mulutnya rapat-rapat.

Pesta diadakan di outdoor hall lantai 10 yang ditengahnya terdapat kolam renang. Kolam renang itu sendiri penuh hiasan bunga dan lilin yang mengapung diatasnya. Ditengah kolam renang terdapat podium mewah dan panggung berukuran sedang.

Dan tergantung lampion berbagai macam warna yang cantik, memberikan suasana remang-remang.

Serta diiringi musik slow yang menambah kesyahduan pesta. *eeaa

Naja melihat pemandangan Kota Batam yang berkelap-kelip dibawah sana. Serta cahaya dari lampu jalan dan kendaraan.

Jika saja tempat ini sepi, dan bukan pesta, maka Naja bakalan betah dan tidak mau pulang. Seperti hobinya bersama Reja yang sering nongkrong di rooftop kampus dan mall.

Beralih ke suasana keramaian, penuh sekali dengan pria dan wanita berpakaian serba mewah. Naja menunddukan kepalanya, sifat mindernya perlahan kambuh.

Jantungnya berdegup. Napasnya kini memburu. Tanpa sadar Naja meremas tangan Reja yang berjalan disampingnya dengan kuat.

Dan Reja menoleh kearah Naja, "Lo gak papa, Na?".

Naja mengangguk. Sambil mencoba menetralisir degup jantungnya.

Reja memandang Naja lekat-lekat, "Jangan takut, gue ada disini. Dan gue bisa pastikan gaada yang bisa nyakitin lo." Lalu Reja menggenggam tangan Naja lembut. Menyalurkan rasa nyaman agar gadis itu merasa tenang.

Naja mengalihkan pandangannya dari Reja, karena kini detak jantungnya makin menjadi-jadi saja, "Thanks." bisiknya lirih.

Sekilas ia mengingat kata-kata Nasha sebelum berangkat tadi.

"Jangan minder! Lo itu cantik, tapi ketutup sama rasa minder lo yang berlebihan!".

Naja tidak tahu apa kata-kata Nasha itu benar, namun diam-diam kata-kata Nasha itu juga memberikan suntikan rasa semangat di hati Naja.

***

Naja menggenggam gaunnya erat, dirinya kini berada di tepian balkon. Sementara Reja sedang mengambil kode reservasi meja mereka.

Naja melongok kesana sini, mencoba mencari keberadaan Nasha. Katanya Nasha bakal nyusul, tapi sampe sekarang belum kelihatan batang kupingnya.

Tenang, Naja! Tenang!

Katanya pada diri sendiri.

"Halo, Naja." suara lembut dibelakangnya membuat Naja berbalik.

Naja memucat. Kenapa... Kenapa dia harus bertemu Mak Lampir itu disini?

"La-lauren?". Naja terbata.

Lauren...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Me & Fat BurnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang