NASHA dan Narya keki berat.
Terbukti dari wajah mereka yang murung beberapa hari ini.Capek-capek nyatronin rumah orang malam-malam, eh gak dapet apa-apa.
Mas Adi menutup mulutnya rapat-rapat. Dia bersikeras bahwa yang kemarin memang insiden salah-setel-kamera. Tidak ada unsur apa-apa dibaliknya.
Saat Nasha bertanya kenapa cuma giliran Naja aja, dengan muka santai Mas Adi menjawab, "Nasib kan gak tertebak, Mbak. Emangnya Mbak bakal tau ntar pulang nanti tabrakan?"
Dan muka santai Mas Adi membuat Nasha makin kesal.
Seandainya ia bisa membuat segalanya lebih mudah, seperti saat masa sekolah dulu.
Gak suka sama orang, datengin, labrak, jambak, dan hanya berakhir diruang BK.
Kalo kemarin benaran ia menjambak Mas Adi, sudah pasti Nasha bakalan nginap secara cuma-cuma di hotel prodeo, alias lapas, ditemani bapak-bapak sipir nan tampan, namun tak berperasaan.
Mau nuduh juga gak ada bukti. Tapi mereka tetap yakin, pasti ada udang dibalik bakwan-eh batu.
Narya juga sama betenya. Terlebih ia sudah disuguhi es teh manis dan istri Mas Adi sudah beramah-tamah pula padanya. Mana mungkin Narya tega?
"Lupain aja deh." Kata Nasha akhirnya pada sore itu.
Narya yang asyik memantulkan bola ke lantai gazebo melotot sampai matanya sebesar bola basket, "Enak aja. Mana bisa dong gue lepas gitu aja."
Nasha mengibaskan rambutnya, "Bukan apa sih, kan Naja udah sehat juga. Ngapain lagi sih dipusingin? Ikhlasin aja deh, dendam pun gak bikin tenang."
Diam-diam, ada yang menguping pembicaraan mereka dibalik jendela. Tapi si penguping tetap diam ditempat, ingin menyimak lebih lanjut.
Tapi karena posisi si penguping kurang sip, Narya yang tak sengaja memandang kearah jendela langsung waspada.
Dia memberi kode pada Nasha yang mengerjap goblok.
"Paan? Lo denger gak gue bilang? Kita tuh gausah dendam-"
"AAAOOOWWWWW"
"LO GILA YA? HANCUR PALA GUE, PE'A!"
"Ada nyamuk tadi dijidat lo, Sha! Nyamuk Aedes Aegypti, yang bikin sakit muntaber." Jawab Narya sekenanya, karena ia sambil melirik ke jendela.
"Terus lo nepoknya pake bola basket? Bunuh nyamuk atau bunuh gue?" Nasha mengutuk dan mengomel.
"Lagian sejak kapan nyamuk Aedes Aegypti bikin muntaber? Pencernaan sama nyamuk mana ada hubungannya, goblok."
Nasha masih sewot sambil menggosok jidatnya yang sedang proses menuju benjol.
Narya mengangkat bahu, "Lo tuh. Gue udah kode ke lo suruh diem. Tadi ada Naja dibalik jendela nguping. Lo nya masih nyerocos. Ya gue gaplok pake bola. Gimana? Enak?"
Nasha mengacungkan kepalan tinju, "You'll pay for this. One day, lil bro."
Naja sudah pergi dari balik jendela. Nyaris saja ketahuan. Walaupun harus ada pengorbanan, berupa jidat Nasha yang mau tidak mau mendapat benjol nan aduhai.
***
Tu anak dua ngobrolin apaan sih? Bikin gue curiga aja.
Naja mencoba mengalihkan pikirannya. Ada yang lebih penting, yang harus ia pikirkan.
Sekarang ia harus bersiap-siap karena sudah janjian, mau kerumah Fiona.
Beaty sudah melambai-lambai cantik, seolah meminta untuk dinaiki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me & Fat Burner
ChickLitIni kisah Naja yang berdiri diantara orang sempurna. Kakaknya yang perfect dan bekerja sebagai model, adik laki-lakinya yang tampan dan cool sebagai pemain basket kawakan. Masalah Naja hanya satu, ia gendut. Kelebihan berat badan. Dan membuatnya keb...