NAJA ketar ketir ketika Nasha berkata padanya bahwa atasan Nasha, atau lebih tepatnya bokap Lauren, memanggilnya kekantor agensi mereka.
Naja sudah menebak, pastilah bokap Lauren ingin membahas kerugian yang ia alami karena kekacauan yang dibuat oleh Naja. Impossible kalau mau ngontrak Naja jadi model. Kalo pun iya, Naja pasti menjadi model mereka untuk proyek bertema Gajah, atau paling manusiawi ya proyek ibu hamil, maternity, dan kawan-kawannya itu yang identik dengan perut buncit.
Ia kira Nasha yang bungkam dan tidak menyindir-nyindir kejadian pesta itu sudah melupakan, tanpa Naja tahu sebenarnya otak Nasha lagi berputar maksimal memikirkan cara untuk menyampaikan pesan Pak Yosa pada Naja.
Sesuai dugaan Nasha, Naja panik sekarang.
"Doi mau minta ganti rugi, Sha? Duh, mati gue!". Naja menepuk jidatnya. "Lagian lo kenapa sih baru bilang sekarang?".
Nasha yang sedang menyetir menghela napas, "Gue mikir dulu, supaya lo ga panik kayak gini.Maafin gue, tapi kita harus kesana sekarang. Gue udah terlanjur janji sama Pak Yosa hari ini."
Naja memandang Nasha tajam, "Jadi lo cuma bohong pas ngajakin gue nonton tadi? Pantesan lo mau jemputin gue ke kampus!".
"Gue ga sepenuhnya bohong. Gue emang pengen ngajakin lo nonton setelahnya. Gue gatau maunya Pak Yosa apaan, tapi pokoknya dia mau ngomong sama lo."
Naja mengetuk-ngetuk dashboard dengan jari, sembari melihat kearah jalan.
Ia cemas, ia bimbang. Jika Pak Yosa memang berniat ingin meminta ganti rugi, apa yang bisa Naja berikan pada Pak Yosa untuk membayar hutang? Beaty, yang bahkan adalah pemberian Mama? Atau lemak yang menumpuk ditubuhnya ini? Mama bakal pusing jika Naja memberi tahu Mama.
Naja menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Gawat darurat sekarat muncrat. Lupakan segala langkah diet konyolnya yang belum terselesaikan, masalah yang ia alami lebih rumit daripada sekedar berat badan.
"Kalo misalnya gue ga bisa ganti rugi, gue bakal dipenjarain kan, Sha?". Tanyanya dengan suara bergetar. Naja ingin menangis.
Bukan hanya karena kebodohan dirinya malam itu, tapi membayangkan reaksi Mama jika tahu Naja berulah segawat ini. Naja gak mau Mama susah. Mama sudah cukup mengurus mereka sendirian, Naja tidak mau menambah beban terlalu banyak pada Mama.
"Ga mungkin Pak Yosa penjarain lo, segitu kerugian gada artinya buat dia. Lagian kalo misalnya dia minta ganti, gue siap ganti rugi, meski dengan tabungan gue, mobil gue, bahkan seluruh royalti gue di agensi. Gue siap bantuin lo, Na." Perkataan Nasha membuat Naja tersentuh.
Naja memang tidak melihat ekspresi wajah dan mata Nasha secara langsung karena Nasha menatap kedepan untuk fokus pada jalanan, tapi Naja bisa merasakan bahwa Nasha mengatakannya dengan tulus.
"Gue udah cukup nyusahin kalian. Ga perlu, Sha. Gue bakal kerja, karena itu tanggung jawab gue," Naja menghela napas, "Lo cukup menguatkan gue dengan doa lo. Itu udah lebih dari cukup."
Nasha terdiam. Dari kecil hingga sekarang, Naja masih sama. Tidak pernah mau menyusahkan orang lain. Dan hari ini, mata Nasha terbuka. Ia bisa melihat, Naja punya hati yang indah, juga sikap yang dewasa.
***
"Masa sih? Keliatannya Kak Naja baik kok." Yoli menyeruput mocca float miliknya, kemudian melanjutkan tawanya yang tadi terputus.
"Yeeee, lo ga percaya sih! Dia tuh makannya banyak, terus nyebelin, sering bully gue. Barengan sama Nasha. Pokoknya gue selalu jadi bulan-bulanan Mama sama kakak-kakak gue deh. Nasib, dirumah gue cuma gue yang cowok. Selalu salah." Cerocos Narya tanpa rem.

KAMU SEDANG MEMBACA
Me & Fat Burner
Chick-LitIni kisah Naja yang berdiri diantara orang sempurna. Kakaknya yang perfect dan bekerja sebagai model, adik laki-lakinya yang tampan dan cool sebagai pemain basket kawakan. Masalah Naja hanya satu, ia gendut. Kelebihan berat badan. Dan membuatnya keb...