13. Bencana (Part 2)

2.6K 261 24
                                    

TEPUKAN Naja pada tangan Reja yang tergeletak dimeja memecahkan lamunannya.

"Woi! Ngelamun ya lo?".

Reja menggeleng, "Gue lagi seneng. Duduk diantara 2 bidadari."

"Bisa aja lo, kuda nil!". Naja menoyor kepala Reja.

"Yee ngaca dong! Elo tuh yang kuda nil!". Balas Reja tak terima.

"Duuhh! Kalian tuh gabisa apa sehari aja ga ribut? Gue kawinin kelar dah lo berdua!". Sergah Nasha kesal.

Tiba-tiba terdengar suara dari panggung, "Perwakilan dari Aneuk Jaya Shoes Shop selaku salah satu sponsor kami yang terbesar, dipersilahkan kata-kata dan selayang pandangnya."

Reja kaget, karena di susunan acara ia mendapat giliran ke 8 dari keseluruhan sponsor yang ada. Tapi tadi baru saja mukadimah, Reja sudah dipanggil.

Untungnya Reja sudah latihan dirumah, tentang seluk beluk Shoes Shop miliknya.

Reja segera pergi menuju panggung, meninggalkan Naja dan Nasha yang sibuk bermain smartphone.

***

Si pengintai menyeringai, "Satu penjaga lo udah ninggalin lo, Na. Bentar lagi tu obat bereaksi dan lo bakal ngacir ke toilet." lirihnya.

Namun, ekspresi si pengintai berubah, tatkala ia melihat Nasha yang kelihatan meringis sambil memegang perutnya.

Siall!

Rutuknya dalam hati. Ia lupa memperhitungkan kenyataan bahwa Nasha dan Naja memakai baju berwarna yang sama, pasti si mas tadi salah kira.

Bahkan ia lupa menyebutkan bahwa si cewek gendut lah yang harus menerima gelas itu.

Otaknya segera berputar, mencari rencana lain, dan muncul lampu neon menyala dikepalanya saat ia lihat Nasha menjauh sambil terus memegang perutnya.

Lauren menutup telepon dengan senyum puas, dan ia keluar dari persembunyiannya.

***

"Hai, Na! Lo sendirian?".

Naja mendongak dan terkejut mendapati Lauren dengan senyum manis yang jarang ia tunjukkan pada Naja.

"Ma-mau lo apa?". Tanya Naja. Naja melirik ke kanan dan kiri, berharap Nasha segera kembali.

"Gue mau ngomong sama lo. Tapi ga disini. "

Naja melirik lagi ke sekelilingnya, "Disini aja ga bisa?".

Lauren menggeleng, lalu memasang wajah mendung, "Gue mau ngomong berduaan sama lo. Ini soal pertemanan kita."

Naja memicingkan matanya. Tidak mungkin Mak Lampir itu tiba-tiba ngomong baik-baik padanya + senyum manis 2 ribuan yang ia sunggingkan. Pasti Lauren punya maksud tersembunyi!

"Lo pernah jahat sama gue. Jadi maaf, gue ga percaya kata-kata lo." Baiklah, Naja mungkin harus sedikit berani. Ia sudah mempersiapkan sejak tadi.

Dulu mungkin Lauren bisa menindasnya dengan ancaman Lauren yang anak donatur yayasan sekolah SMA mereka, bisa meminta papanya untuk mengeluarkan Naja.

Tapi sekarang, Naja bukan lagi anak SMA. Meski Naja terkadang masih hobi makan dan kekanakan, Naja bukan lagi siswa SMA dimana Lauren bisa berkuasa.

Lauren tertawa sinis, "Oh, jadi si gentong culun udah berani ya?".

Naja menatap Lauren dengan tatapan menantang.

Meski hatinya ketar ketir mengingat trauma karena perbuatan Lauren, ia harus berani. Harus.

Me & Fat BurnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang