SEPANJANG perjalanan pulang, menjadi berat bagi Nasha. Sebisa mungkin ia menahan kehendak hati dan mulutnya untuk mengatakan hal yang sebenarnya ia ketahui.
"Kok dari tadi diem aja?" Naja heran juga melihat Nasha yang dari tadi menutup mulutnya rapat-rapat.
Nasha menggeleng, "Kecapekan gue."
"Menurut lo gue bisa berhasil ga, Sha?" Tanya Naja, dengan nada berharap.
"Kalo lo fokus dan tetap pendirian, pasti bisa kok."
Naja tersenyum mendengar perkataan Nasha, yang menyiratkan bahwa kakaknya itu juga mendukung apa yang sedang ia jalani sekarang.
***
Terpaan angin senja menerpa rambut Lauren, gadis berkulit eksotis itu kini sedang berdiri diatas balkon ketinggian 32 lantai.
Di sebelah sana, nampak Raja Langit yang perlahan berpindah tugas ke belahan bumi yang lain.
Wajahnya menghangat, dialiri air mata yang kini perlahan menetes. Lauren tak pernah menyangka ia akan berada dititik serendah ini dalam hidupnya.
Ia lelah akan topeng angkuh yang ia pasang setiap harinya, senyum dingin nan licik yang membuatnya wajahnya pegal, dan membuat hatinya makin retak setiap hari.
Sama sekali bukan seorang Laurenza Drizella, gadis periang dengan pipi bersemu merah, dan dulunya menebarkan semerbak energi positif kemanapun ia pergi.
Sekarang ia adalah Lauren si angkuh, yang membuat siapapun kesal dan benci padanya.
Meski ia berusaha menumpahkan amarahnya pada seorang Nazalea yang menjadi pusat semua kemarahannya, itu semua belum cukup untuk mengisi relung kosong yang ntah kapan akan tertutup.
Namun ia juga tak menyangka, disaat semua orang bisa menjadi penolongnya, kenapa harus Nasha yang muncul dihadapannya?
Nasha pasti sudah tau perlakuan Lauren pada Naja, namun tetap ingin memberikan pertolongan pada Lauren.
Lantas, apa yang harus Lauren lakukan sekarang?
Haruskah ia membeberkan alasan mengapa ia membenci Naja?
Lauren menggelengkan kepalanya sendiri, belum. Belum saatnya. Ini semua belum cukup. Naja masih harus merasakan beberapa kejutan listrik lagi darinya.
Tidak semudah itu, hanya dengan pertolongan Nasha ia akan melupakan perlakuan Naja padanya? BIG NO!
***
Setelah men-drop Naja dirumah, Nasha pergi lagi. Naja sendiri tidak tahu kemana kakaknya itu pergi. Naja mengucapkan salam dan membuka pintu rumah yang ternyata tidak terkunci.
Pasti ada Mama dirumah, Narya mah jangan ditanya, sudah pasti jawabannya hanya 1 hal dan 1 tempat, BASKET dan LAPANGAN BASKET!
"DOOOORRRR!"
"Eh ayam, ayam." Latah Naja sembari mengusap dadanya karena terkejut.
Mama cekikikan, "Mana ayamnya?"
"Yeee, Mama. Untung aja Naja ga refleks nonjok Mama. Biasanya kalo Reja yang kayak gitu Naja tonjok loh!" Cerocos Naja sambil cemberut.
Mama masih cekikikan juga, "Tonjok di pipi?"
"Di ginjalnya, Ma!" Sahut Naja kesal.
"Pulang sama siapa tadi?"
"Nasha."
KAMU SEDANG MEMBACA
Me & Fat Burner
ChickLitIni kisah Naja yang berdiri diantara orang sempurna. Kakaknya yang perfect dan bekerja sebagai model, adik laki-lakinya yang tampan dan cool sebagai pemain basket kawakan. Masalah Naja hanya satu, ia gendut. Kelebihan berat badan. Dan membuatnya keb...