LAUREN menghilang.
Kabar mengejutkan yang Naja dapatkan saat ia sampai di kantor agensi siang ini.
Terlebih wajah staf dan orang-orang yang berkeliaran dikantor nampak keruh, karena kebagian 'semburan neraka' dari Pak Yosa sejak pagi.
Pak Yosa berang karena seisi kantor tidak ada yang tau kemana Lauren pergi. Kabarnya Lauren pergi dari rumah sejak pagi kemarin.
Sebenarnya Naja kekantor bukan karena berniat bertemu Pak Yosa, atau bertandang kemari, namun diajak Noni yang katanya mau mengambil barang yang tertinggal.
Anehnya Noni terlihat biasa-biasa saja saat mendengar kabar itu.
"Heh, anak bos lo ilang, Non!"
"Terus?" Tanya Noni santai dengan alis terangkat.
Naja tidak habis pikir, Naja tahu Lauren memang menyebalkan dan selalu membuat kesal orang disekelilingnya, tapi masa iya Noni sampai tidak sepeduli itu?
Tapi, Naja juga tidak tahu, Noni sendiri tidak pernah mengenal Lauren. Kalo gak kenal, apa pedulinya pada Lauren?
Namun Noni tidak mengatakan apapun pada Naja selain itu saja.
Membuat Naja menghentakkan kaki karena kesal dan meninggalkan Noni untuk segera menuju ruangan Pak Yosa.
Ia harus tahu sesuatu tentang ini!
***
Ketika Naja menemui Pak Yosa, orang tua itu sedang menutup wajah dengan kedua tangannya yang berteku pada meja.
"Pak, ada apa dengan Lauren?" tanya Naja hati-hati.
Pak Yosa menengadahkan wajah, menghela napas, panjang sekali. Seolah mengumpulkan kekuatan untuk mengatakan yang sebenarnya.
"Dia pergi dari rumah kemarin. Tidak membawa mobil, tidak membawa hape, tidak membawa pakaian." Katanya dengan suara bergetar.
Naja yakin, jika Pak Yosa perempuan, maka iya akan menangis meraung-raung sekarang. Tapi berhubung dia laki-laki, tentu saja menangis bakal membuat harga dirinya jatuh. Dan memilih untuk menahan sakit didalam rongga dadanya. Tanpa berniat melepaskan dengan tangisan.
Naja terdiam. Bingung harus berkata apa lagi. Karena ini murni masalah intern keluarga mereka. Naja tidak punya kapasitas untuk bertanya lebih lanjut.
"Kamu kan temannya juga, tolong bantu ya. Siapa tau ketemu, kemudian dia mau terbuka sama kamu." Pinta Pak Yosa dengan nada memelas.
Naja tidak punya pilihan lain selain mengangguk mengiyakan. Meski ia juga tidak yakin.
Teman? Naja tidak tahu pasti apa benar ia adalah teman bagi Lauren. Tapi, Naja juga tidak pernah menganggap Lauren sebagai musuh. Karena menurut Naja, Lauren hanya usil. Meski Lauren sering menjahatinya, semua itu belum cukup untuk menjadi alasan Naja menganggap Lauren musuh.
Naja segera permisi, mencoba menjernihkan pikirannya dengan kabar baru yang mengejutkan ini.
***
Setelah Naja keluar dari ruangan Pak Yosa, cepat-cepat ia menghubungi Reja.
Reja yang tadinya sedang merapikan posisi bantal dan guling untuk tidur siang, cepat-cepat mencampakkan bantalnya ke sembarang arah saat tahu siapa yang menelepon.
"Apa, Ndut?"
"Lauren hilang!"
"Kok bisa? Tuh anak gatau jalan pulang?"
"Yee, si kampret. Serius gue. Lauren pergi dari rumah pagi Minggu semalam." Naja berkata sambil menggertakkan gigi, geram dengan Reja yang sempat-sempatnya bercanda.

KAMU SEDANG MEMBACA
Me & Fat Burner
ChickLitIni kisah Naja yang berdiri diantara orang sempurna. Kakaknya yang perfect dan bekerja sebagai model, adik laki-lakinya yang tampan dan cool sebagai pemain basket kawakan. Masalah Naja hanya satu, ia gendut. Kelebihan berat badan. Dan membuatnya keb...