50. Muncul (Lagi)

1.1K 114 7
                                        

HAMPIR aja Naja teriak kalo misalnya ga keburu ngeliat siapa yang ngebekep mulutnya dan narik badan montok Naja ketembok.

"Noni! Gue kira gue bakal diculik agen rahasia." Naja memukul dada Noni hingga cowok jangkung itu kesakitan.

"Waaah, ternyata tenaga lo lumayan! Udaahh dong, sakittt!"

Naja mendengus keras-keras, "Lo kemana aja sih?"

"Cieee, kangen gue yaa?" Noni mengedipkan mata genit ke Naja.

"Gak. Tapi gue kayak anak ilang, gaada yang ngurusin. Kakak gue ampe ngamuk."

"Kakak lo?" Noni menelan ludah.

Naja mengangguk, "Iya, doi marah banget. Gue juga sih."

"Yaudah, yuk ke lokasi?"

"Lokasi mana? Gue baru aja siap pelatihan lho, mau cari makan dulu rencananya."

"Lokasi pemotretan lo."

"Eeee tapi kemarin kakak gue ada beli baju lho, ntar gimana tuh? Kan bajunya ditanggung peserta, karena masih amatir, dan untuk melihat ide dari peserta sendiri." Jawab Naja persis seperti yang dijelaskan Nasha tempo hari.

"Yaya, gue yakin pasti tuh baju udah diserahin sama Nasha ke penata busana. Jadi tunggu apalagi? Yuk!" Noni menarik tangan Naja untuk segera bergegas.

"Tunggu."

Noni dan Naja serentak melihat kebelakang mereka.

"Gue ikut." Niko tersenyum.


***


Selama di perjalanan, Naja bungkam seribu bahasa. Kecuali Noni dan Niko yang bercakap-cakap. Dari pendengaran Naja, lebih banyak Noni yang bertanya pada Niko, kemudian Niko akan menjelaskannya dengan senang hati. Sementara Noni terkesan berhati-hati dan sedikit sekali membicarakan tentang dirinya sendiri.

"Gue tuh temen Naja dari SMP, lho." Niko mencolek pundak Noni sok akrab, kemudian menyempil di celah kursi penumpang depan. Naja membuang pandangannya ke jendela, yang ia rasa lebih baik ketimbang memandang wajah Niko yang tak jauh dari dirinya.

"Oh, ya? Pantesan akrab banget." Sambung Noni ceria.

Pala lu akrab, gue pernah dijorokin ke kobangan tau!

Naja merutuk-rutuk dalam hati mengingat Niko yang memaksa untuk ikut, dengan alasan untuk pengamatan, karena adiknya pingin jadi model juga. *lah apa hubungannya -,*

Naja juga keki karena keliatannya Noni lebih merestui jika ia berteman dengan Niko daripada Reja. Cuih, Noni pikir dia siapa? Berani-beraninya julid-in persahabatan indah bagaikan kepompong antara Naja dengan Reja.

"Niko lebih manusiawi." Begitu kata Noni saat itu.

Emangnya Reja itu makhluk primitif?

"Naja, kok diem aja sih? Senyum dong, latihan ekspresi. Kan nanti mau difoto." Tegur Niko sok imut sok baik sok lembut, ya pokoknya sok-sok an lah.

"Apaan sih?" Sergah Naja jutek dan akhirnya seisi mobil terdiam.


***


"Kita sampaaaaaiii." Noni menginjak rem, mengganti persneling dan menarik rem tangan dalam hitungan detik.

Niko ampe hampir nyungsep ke depan, untung aja kehalang sama bahunya yang bidang dan lebar itu, jadi ga nyungsep beneran.

Naja terkikik tanpa suara, menyukuri Niko yang kelihatannya pengen nonjok Noni, tapi takut.

Me & Fat BurnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang