49. Jalan Terus

1.1K 106 1
                                        

NAJA segera melompat dari kasur begitu ia mendengar suara mobil Nasha, makhluk yang ia cari-cari dan menghilang sejak pagi.

Naja mengintip melalui jendela kamarnya, Nasha tidak sendiri. Dari kursi penumpang depan, turun....

REJA.

"Tu anak kok bisa bareng Nasha?" gumam Naja sendiri.

Naja cepat-cepat membereskan tempat tidur, dengan sedikit pelan dan hati-hati karena ada Fiona yang lagi ngorok dibalik selimut. Tuh anak lelah juga dari tadi karena belajar sambil nyerocos.

Rencananya sih pengen Naja bangunin, tapi Mama larang, terus Mama telponin orangtua Fiona yang kebetulan nomornya ada sama Naja, kalo Fiona bakal pulang telat dan dianterin. Baik banget dah Mama, coba deh kalo ke Naja, hohohoho, tidak semudah itu, Ferguso!

"Konichiwa... Hm... Ayam penyet desu...."

Naja melonjak kaget saat memegang gagang pintu.

Diliriknya Fiona dengan jengkel, Fiona sedang menggosok hidungnya dengan mata terpejam dan kembali menarik selimut.

"Dudul, ngigo rupanya tu anak."


***


"Wah, wah. Belanja besar rupanya. Eh, Jeng, tumben mau diajak shopping?"

Naja menegur Reja yang mukanya kayak jeruk belum siap dipetik, kecut level dewa.

Nasha dengan bangga membongkar hasil belanjaannya di karpet ruang keluarga, diikuti Naja yang membuka satu persatu tas belanjaan Nasha.

"Ini? Baju boneka gue!" Naja mengangkat sebuah lingerie pink berenda dengan model kain terawang.

"Eh, Naja! Kampret, itu baju tidur gueee!" Nasha merenggut baju itu dengan wajah merah menahan malu, sementara Reja melirik dengan senyum ala-ala psikopat.

"Wah, ini mah dalaman rok kuliah, eh tapi kok kainnya tebel amat?"

Nasha lagi-lagi sewot sambil menyelamatkannya dari tangan Naja, "Itu hotpant tau! Sini!"

Naja akhirnya cuma manyun, "Lo belanja segini banyak cuma buat baju dalaman semua? Heh, useless."

Nasha mengambil sebuah tas belanjaan yang belum terbuka, dan mengeluarkan sehelai baju dari dalamnya.

"Ini jatah lo." Nasha melempar baju itu tepat ke wajah Naja.

"Kalian berdua mau nyuruh gue ke pesta lagi? BIG HELL NO!" Naja melempar kembali baju itu, tapi kearah Reja yang sigap menangkapnya.

"Bukaaaann. Masa manager lo gak bilang? Ini kan termasuk program lomba lo juga. Pemotretan amatir, Neng! Esok lusa!"Nasha melotot sambil teriak dramatis, seolah memaksa Naja mengawini dirinya yang telah dihamili.

Naja cuma mangap, terus garuk-garuk kepala, "Sebenernya gue juga bingung sih. Udah seminggu ini manager gue timbul tenggelem, kadang ngilang, kadang muncul. Gue juga heran, ntar gimana tuh sistem gajinya sama Pak Yosa? Seenaknya gitu."

Reja yang dari tadi cuma diem akhirnya ikut angkat bicara juga.

"Iya, Na. Gue pun heran. Sebenernya tu anak serius apa engga sih ngurusin lo?"

"Lo udah ketemu orangnya?" tanya Nasha memastikan. Reja mengangguk. "Awas tu anak kalo ketemu gue. Dia kira Naja anak ilang apa pake dibiarin gini?" geram Nasha.

"Gue baru tahu soal pemotretannya dari lo. Duh, pemotretan gimana ini, Shaaaa?" Naja yang tadinya kalem berubah jadi panik. Diguncangkannya bahu Nasha sampe suara Nasha seperti bunyi mesin speedboat.

Me & Fat BurnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang