SORE itu Reja kedatangan tamu spesial di kosannya, tepat saat Reja hendak pulang kerumah Umi Abinya karena telah tiba waktu akhir minggu.
"Hey." Sapa si tamu kikuk.
"Kenapa, Na?" tanya Reja datar.
Ya, lantas, apa lagi yang bisa diberikan Reja sebagai reaksi? Meski tak dipungkiri, Reja saat ini pengen banget guling-guling, senang bukan main karena Naja mau-maunya nyamperin dirinya, ke kosan pula, yang pernah cewek itu sebut sebagai kandang buaya.
"Gue pengen ngajak lo jalan." Naja menundukkan wajahnya, kemudian mengusap spion Beat kesayangannya.
Reja melangkah perlahan mendekati Naja, "Kenapa lo ga nelpon dulu?"
"Jadi timing nya ga pas ya? Maaf. Gue tau lo mau balik ke rumah-"
Reja sudah menutup mulut Naja dengan bekapan tangannya, "Diem. Gue bisa balik nanti. Tapi gue malu nih. Berasa cewek di cerita teenfiction gitu gue dijemput duluan."
Naja mendengus, melepaskan bekapan tangan Reja, "Lo tuh ya, ga bisa apa sehari aja ga bikin gue kesel?"
"Gak. Itu udah tugas gue." jawab Reja dengan cengir kuda.
"Yaudah, naik Beat gue?"
"Lo ngejekin gue ya? Atau lo mau lebih cepet kembali ke asal?" rutuk Reja sebal.
"Gantian deh, gue ngeselin lo. Biar impas. Rata. Adil."
Kekehan Naja tak lama berganti menjadi teriakan, saat Reja menjitaknya lumayan keras. Jitakan yang ia rindu.
Naja, jitakan kok dikangenin?
***
Akhirnya mereka mengendarai motor sendiri-sendiri dulu, mengantar Naja kerumahnya, izin dengan Mama dan pergi menaiki motor Reja.
Tujuan pertama mereka adalah tempat nongkrong sederhana diatas bukit, dengan pemandangan kelip lampu kota dibawah sana. Tempat ngobrol yang pas, ditemani pula dengan tiupan angin senja yang mendamaikan jiwa.
Reja dan Naja mengambil posisi tempat duduk didekat pagar pembatas, tepat menghadap arah matahari yang sedang on the way untuk pindah tugas ke belahan bumi lainnya.
"Maafin gue, Ja."
"Lho, maaf kenapa?"
Naja menatap Reja, "Gue ngerasa kita jauh banget akhir-akhir ini. Gue tau kok, ini semua ulah gue."
"Kenapa lo ngerasa gitu?"
Naja kembali mengalihkan pandangan ke depan.
***
Meski Nasha tidak mendengar langsung kesaksian dari sumbernya, mata Nasha tidak buta untuk melihat perubahan adik perempuannya beberapa waktu terakhir ini.
Naja sering bengong, sering ngelupain makanan (bayangin guys, seorang Naja ngelupain makanan!), bahkan sering kali menghela napas panjang-panjang. Terakhir kali ia lihat Naja begitu saat makan malam kemarin, saking panjangnya napas yang ia hela, Naja sampai tersedak mie laksa buatan Mama.
Gimana engga? Ngehela napas sambil makan?
Ya, sebenarnya malam itu juga Nasha sama Narya ketawa habis-habisan untuk Naja, wajah Naja memerah dan mengeluarkan air mata. Sadis memang, tertawa diatas kesedakan orang lain.
Nasha tidak tahu laksa buatan Mama sepedas apa, karena dirinya makan makanan kambing kebangsaannya, namun melihat ekspresi Naja, pasti adiknya itu merasa pedih sekali di tenggorokannya.
Eh kok jadi bahas kesedak? Oke, kembali ke laptop.
Akhirnya Nasha nyamperin Naja kekamarnya yang kala itu sedang memandangi fotonya bersama Reja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me & Fat Burner
ChickLitIni kisah Naja yang berdiri diantara orang sempurna. Kakaknya yang perfect dan bekerja sebagai model, adik laki-lakinya yang tampan dan cool sebagai pemain basket kawakan. Masalah Naja hanya satu, ia gendut. Kelebihan berat badan. Dan membuatnya keb...