Hari Jum'at pagi, kesibukan di keluarga Brian mulai terlihat. Elvi bangun kesiangan dan belum menyiapkan sarapan apapun di meja. Sementara Brian dan Brendan kesiangan bangun. Samuel sendiri sudah rapi dengan seragam kerjanya dan duduk di meja makan sambil membaca koran pagi.
"Kak! Cepetan! Udah siang!" teriak Brendan.
"Bentar doang. 10 menit lagi." teriak Brian.
"Gue masuk nih." ancam Brendan.
"Masuk aja. Nggak gue kunci kok pintu kamar mandinya." teriak Brian.
"Jijik! Cepetan udaahh!" Teriak Brendan gemas. Tak lama, Brian keluar dan Brendan menyerobot masuk. Setelah berseragam, Brian turun ke bawah, duduk di samping Papanya.
"Pa, motorku udah bener belum ya?" tanya Brian.
"Nanti kamu cek. Terakhir kemarin baru diperbaiki lampunya. Papa udah ngecek kemarin." kata Samuel.
"Oke," Brian mengangguk. Ia mengeluarkan HP nya, ada sebuah pesan dari orang yang tidak ia harapkan. Sinta.
Sinta : Brian, Papa nyuruh keluarga lo buat dinner nanti malam
Brian menunjukkan pesan itu pada Samuel.
"Bisa. Nanti malam kita kesana." Samuel mengangguk.
"Aku nggak bisa Pa. Ada project sama Aan Rio." kata Brian.
"What kind of project?" tanya Samuel.
"Pokoknya project Pa. Kayak karya ilmiah gitu. Pulang sekolah langsung ke rumah Aan, terus maybe sampe malem. Brian nggak bisa." kata Brian.
"Brian, kok gitu sih. Kemarin aja mereka udah kemari lho. Kok kamu nggak mau kesana gantian?" tanya Samuel.
"Ya masalahnya aku nggak bisa. Batalin aja udah." kata Brian. Samuel geleng-geleng kepala.
"Brian, apa kamu nggak bisa tunda itu?" tanya Samuel. Brian menggeleng cepat-cepat.
"Wah udah siang. Nanti kalo perlu WhatsApp Brian aja. Udah siang kasihan Nayla nunggu." Brian mengambil kotak makan di dapur, membawa 5 roti tawar, berpamitan, lalu keluar rumah.
Brian masuk ke mobil. Ia tidak mau terlibat argumen dengan Papanya pagi itu. Apalagi menyangkut Sinta yang memang tidak ingin dia bahas. Brian membuka kotak makannya, ingin makan sambil mengemudi. Tapi sialnya, ia melihat titik-titik hijau kebiruan di atas roti tawar itu.
"Shit! Jamuran." Brian menutup kotak makannya lagi. Ia lupa kalau roti di meja sudah kadaluarsa dua hari lalu. Mamanya pasti lupa membuang roti itu. Brian akhirnya terpaksa berangkat dengan rasa lapar yang menggerogoti perutnya.
Brian menepi di rumah Nayla. Nayla sudah menunggu, lalu berlarian ke arahnya.
"Udah siang! Kemana aja sih?" Nayla menutup pintu mobil, dan Brian melajukan mobilnya.
"Maaf kesiangan." katanya.
"Duh bisa telat," Nayla melirik jam tangannya.
"Masih ada setengah jam buat jam masuk. Dan kita cuma butuh lima belas menit." kata Brian, tersenyum lebar, lalu langsung melajukan mobilnya dengan sangat cepat, menyalip beberapa kendaraan dengan ugal-ugalan, lampu merah langsung ditebras begitu saja oleh cowok itu. Hello, ini masih pagi untuk terkena serangan jantung.
"Brian hati-hati." Teriak Nayla.
"Nggak apa-apa, sayang." kata Brian santai.
"Nggak apa-apa pala lo! Brian awas." Nayla panik saat sebuah sepeda melintas di depan, dengan spontan Brian membanting stir dan melewati sepeda itu dengan ekstrim.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bitter Sweet [Season 1 dan 2]
Teen Fiction[SLOW] JANGAN LIHAT COVER. BACA AJA CERITANYA :) NEW COVERRRR!!!! Nayla adalah seorang cewek yang terkenal sangat judes, pendiam dan dingin. Semua orang sulit untuk meluluhkan hatinya. Di samping itu, ia begitu ditakuti karena merupakan ketua dari o...