Brian terduduk lemas di kursinya. Nama yang disebutkan Satya sungguh tidak terduga. Apalagi, fakta bahwa keempat orang di depannya juga menyembunyikan hal itu rapat-rapat.
"Yaudah kamu denger dulu semua yang disampaikan Satya ya?" tanya Nayla.
"Gak ada yang mau gue sampaikan. Yang gue butuh cuma face to face sama Giovanni ganteng itu." kata Satya.
"Bro, kita berdua ini emang udah kerjasama sama Satya lama banget. Cuma elo aja yang gak tau, dan kita emang benar-benar terlihat masa bodo dengan urusan elo, padahal yang punya kunci jawaban ya kita berdua plus Rebecca." Aan mulai menjelaskan.
"Terus?" tanya Brian yang dipenuhi seribu tanda tanya di kepalanya, yang menantikan jawaban dari mereka yang ada di dekatnya saat ini.
"Waktu awal ada surat kaleng, kita berdua mungut surat di tempat sampah yang dibuang sama Nayla. Kita satu-satuin, kita baca-baca, kita gak nemu klu apapun. Ternyata ada informasi dari Brendan kalau kunci ada di awalan kalimat. Jadi, kita baca aja. Waktu awal-awal, semua awalan sama, cuma kata-katanya yang beda, bro. Jadi kalau 'hai', ya 'hai' semua. Begitu deh. Sampai akhirnya Nayla stop buang-buang surat itu dan menyelidiki. Lo bego sih soalnya cari jalan keluar bareng Gio waktu itu kan? Lo pake grup 'Mystery Case' yang isinya elo, Nayla, Gio, sama Hera. Gio tentu aja beruntung karena jika dia masuk ke dalam grup itu, bagaimanapun bau busuknya gak akan tampak, Brian. Lo paham kan maksud gue?" jelas Aan.
"Terusin." kata Brian.
"Kalo lo perhatiin, Gio itu tingkahnya aneh, Her. Lo gak tau kan dia kepo banget sama hubungan elo sama Nayla. Dia kepoin kita berdua, dan kita berdua tutup rapat soal itu. Kita tau kok lo sama Nayla sering cerita ke dia tanpa ada sedikitpun rasa curiga. Dia kasih info itu ke Sinta." kata Aan.
"Dan dengan distraction yang lain, seperti yang pernah gue bilang. Sedikit sedikit lo mikir surat, terus kadang mikir perjodohan, terus mikir teror. Udah terstruktur." kata Satya.
"Terus? Selama ini apa Gio yang melakukan teror itu? Yang lempar pot, yang lempar tanah, yang kunciin Nayla. Apa itu ulah dia?" tanya Brian.
"Yap. Kita tau kok waktu itu dia mau lempar si Nayla. Makanya gue tolongin. Eh jadi gue yang dituduh." kata Rio.
"Sorry bro." kata Brian.
"Masih banyak yang belum lo tau. Makanya besok bawa Gio, jangan bawa si kembar sial ini." kata Satya.
"Oke." Brian mengangguk.
"Tadi dia juga mau teror kalian lagi. Lo tau gak tadi dia isi botol pake batu? Itu rencananya mau dilempar ke elo atau gak ke Nayla. Tapi, rencana itu batal soalnya kita berdua udah mengamankan barang itu. Dan kemungkinannya kecil kalo dia bakalan lempar ke elo soalnya lo ada disana kan waktu dia isi botol itu?" kata Aan. Brian mengangguk.
"Ada banyak hal yang belum kita tau." kata Satya.
"Gimana dengan ancaman Papa gue?" tanya Nayla.
"Dia cuma gertak kayaknya." jawab Satya.
"Syukur deh." Nayla merasa lega. Brian menatap Nayla dengan sedikit cemas. Bagaimana jika Sinta membuktikan ucapannya dengan memecat Papa Nayla? Bisa berabe.
"Tapi Sinta itu orangnya nekat. Jadi lo hati-hati aja." kata Satya pada Nayla. Nayla mengangguk.
"Dan Sinta juga lagi gak baik hubungannya sama keluarga gue." kata Brian.
"Kenapa? Soal rekaman itu?" tanya Satya.
"Rekaman? Kok lo tau? Apa udah gue kasih tau?" tanya Brian.
"Brendan." jawab Satya.
"Great. Bahkan orang rumah gue juga kerjasama sama elo." kata Brian.
"Iya lah. Itu aib terbesar Sinta. Jadiin bumerang. Kalo bisa, pas perjodohan elo sama dia, lo puter itu keras-keras." kata Satya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bitter Sweet [Season 1 dan 2]
Genç Kurgu[SLOW] JANGAN LIHAT COVER. BACA AJA CERITANYA :) NEW COVERRRR!!!! Nayla adalah seorang cewek yang terkenal sangat judes, pendiam dan dingin. Semua orang sulit untuk meluluhkan hatinya. Di samping itu, ia begitu ditakuti karena merupakan ketua dari o...