[Season 2] Part 9 : No!

1.6K 78 7
                                    

"Papa udah pulang?" Brian mencium tangan Papanya.

"Udah. Papa nggak banyak kerjaan tadi. Cuma ketemu klien baru." kata Samuel.

"Oh gitu ya. Papa katanya mau ngomong sesuatu?" tanya Brian. Samuel mengangguk.

"Iya." jawab Samuel.

"Soal apa Pa?" tanya Brian.

"Papa sekarang udah diangkat jadi ketua proyek. Biasanya Papa kerja di lapangan, tapi sekarang Papa akan di kantor terus, mendesain bangunan di kantor, tanpa perlu ke lapangan." kata Samuel. Brian tersenyum.

"Selamat ya Papaku sayang. Jadi nggak perlu pergi pergi lagi dong keluar kota lah, kemana lah?" Tanya Brian.

"Ya itu perlu kalo ada meeting." Samuel tersenyum.

"And then?" tanya Brian.

"Papa tadi ketemu klien baru. Ternyata klien itu adalah Bramantyo, temen Papa yang kemarin kesini." kata Samuel. Brian mengangguk kecil.

"Dia jadi klien yang menyumbang modal besar ke perusahaan. Benar-benar beruntung." Samuel tersenyum.

"Syukur deh Pa. Sukses selalu," Brian tersenyum lebar.

"Tapi dia harus melakukan sesuatu terlebih dahulu." kata Samuel. Brian heran. "Apa?" tanyanya.

"Jodohin kamu sama Sinta." jawab Samuel yang seketika membuat Brian terduduk lemas di kursinya.

"Nggak! Nggak mau Pa! Nggak mau!" seru Brian.

"Kenapa? Sayang, ini demi perusahaan Papa." kata Samuel.

"Demi perusahaan Papa dan Papa jual aku ke dia gitu? Papa emang nggak sayang Brian sih." protes Brian.

"Papa nggak jual kamu." kata Samuel.

"Ye terus? Lelangin aku? Nggak ada nggak ada. Aku nggak mau. Sama Brendan aja mending." kata Brian.

"Gini, Brian. Kamu kan tau Sinta anaknya baik, perhatian sama kamu pake ngirim cupcakes kesini, dia pasti cocok sama kamu." kata Samuel.

"Gak bisa. Toh aku udah ada Nayla." kata Brian.

"Siapa tau Sinta juga sebaik Nayla. Mungkin kamu belum tau aja." kata Samuel.

"Pa, ini udah bukan jaman jodoh jodohan. Klasik banget. Aku bilang enggak ya enggak." kata Brian.

"Kamu harus nurut sama Papa. Ini demi keluarga kita juga." kata Samuel tak kalah keras.

"Pa, Papa yang ngajarin aku soal ketegasan memilih dan aku udah pilih enggak. Itu berarti enggak, sekarang dan selamanya. Aku cuma mau sama Nayla." kata Brian.

"Brian, Sinta itu baik. Apa kamu nggak lihat itu?" tanya Samuel.

"Yang aku lihat dia itu cewek matre, manja lagi. Aku sehari sama dia aja nggak akan betah. Apalagi dijodohin. Jadi aku harus sama dia dari SMA dan dinikahin dan selamanya sama dia? Enggak. Nggak bisa bayangin kayak gimana jadinya seorang Brian Hermesta Satria ini jadinya." cerocos Brian.

"Lah dia baik kok. Dia pasti jadi pasangan yang pas buat kamu. Dia berprestasi renang, dance, dan dalam akademik. Dia akan kuliah di luar negeri besok." kata Samuel masih berusaha membujuk anak sulungnya.

"Aku juga bisa kalo cuma kuliah di luar negeri. Itu doang yang dibanggain? Apa dia bakalan perhatian sama aku? Jadi orang yang selalu ada? Aku kira nggak mungkin. Aku lebih pilih Nayla yang udah pasti pengertian sama Brian." kata Brian.

"Nayla itu cuma cewek dari keluarga yang biasa-biasa saja." kata Samuel.

"Terus? Papa lihat dari latar belakang harta? Kok Papa jadi matre juga? Yang penting, yang jelas, Nayla dari keluarga yang baik-baik aja. Beda kayak Sinta yang keluarganya rumit, bapaknya kawin sana-sini." kata Brian. Ia tidak suka dengan perdebatan ini lagi.

Bitter Sweet [Season 1 dan 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang