Kayra

2.6K 134 4
                                    

Nayla berjalan cepat menuju ke ruang OSIS pagi itu. Ada berkas yang harus diserahkan kepada Leo.

Saat melewati kelas Brian, momen yang pas saat Brian keluar dari kelasnya. Itu membuat Nayla shock karena hampir menabraknya.

"Pagi, Nayla." sapa Brian. Nayla tidak menghiraukan dan terus berjalan. Brian mengikutinya.

Nayla masuk ke ruang OSIS.

"Leo, berkasnya." kata Nayla sambil menyerahkan berkas yang ia bawa.

"Oh oke Nay. Thanks ya." kata Leo. Nayla mengangguk, lalu keluar. Lagi lagi jantungnya hampir copot saat melihat Brian yang tiba-tiba berdiri di depannya di pintu ruang OSIS.

"Brian !" seru Nayla. Brian tersenyum, lalu mengikuti langkah Nayla lagi.

"Nay, gue mau ngomong sesuatu sama lo." kata Brian. Nayla masih melangkah tanpa memperdulikan Brian.

"Nay, gue serius gue mau ngomong." kata Brian. Nayla menghentikan langkahnya dan berbalik.

"Apa ?" tanyanya. Brian menatap Nayla dengan ekspresi serius, ia maju selangkah.

"Nay.."

Jantung Nayla berdetak kencang.

"Lo dulu dari SMP mana ?" tanya Brian. Perasaan Nayla langsung mencelos.

"Kepo." jawabnya singkat.

"Beneran ihhh." kata Brian.

"Bhakti." jawab Nayla, lalu berjalan pergi. Brian tidak mengikutinya lagi.

Nayla menggelengkan kepalanya berkali-kali. "Apa sih yang ada di pikiran lo ? Nggak mungkin lah Brian mau ngomong serius." gumam Nayla. Nayla berhenti mendadak.

"Ya ampun. Buku sejarah gue ada di Yeni. Jam pertama kan sejarah. Mana Yeni sekelas sama Brian." Nayla gelisah. Antara mau lanjut ke kelas atau mengambil bukunya.

Nayla akhirnya berjalan ke kelas Brian. Brian ada di depan kelas sambil serius menatap layar HP nya.

Nayla berdiri di ambang pintu dan memanggil Yeni. Yeni berjalan ke arah Nayla dan memberikan bukunya.

"Sorry baru gue balikin." kata Yeni. Nayla mengangguk. "Gapapa." katanya.

"Yaudah gue ke kelas dulu." pamit Nayla. Lalu, ia berbalik. Brian meliriknya sekilas. Saat melewati Brian, Brian menarik tangan Nayla.

"Lepasin." Nayla menepis tangan Brian. Brian menarik Nayla hingga duduk di sampingnya.

"Nay, Satya siapa ?" tanya Brian. Nayla tersentak. Ia melirik tajam ke arah Brian.

"Bukan urusan lo." kata Nayla. Ia berdiri.

"Jadi cowok itulah alasan lo jadi judes begini ? Kenapa ?" tanya Brian.

"Kepo." jawab Nayla singkat. Brian hendak menanyakan sesuatu lagi, namun bel masuk membubarkan mereka.

***

Brian mengendarai motornya menuju gerbang. Disana, ada Aan yang sudah menunggunya.

"Yo, bro." kata Brian. Aan membonceng Brian dan mereka segera menuju rumah Kayra yang jauh dari sekolah.

Perjalanan ke rumah Kayra memakan waktu sekitar satu jam. Aan mulai bergerak gelisah di belakang karena pegal pegal.

"Jangan gerak gerak mulu." tegur Brian.

"Capek gue disini terus, Her." kata Aan.

"Mana rumahnya ?" tanya Brian.

"Di belakang mall yang itu." Aan menunjuk ke depan. Brian menambah kecepatan motornya. Aan yang tidak ingin jatuh berpegangan pada Brian.

Bitter Sweet [Season 1 dan 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang