Penjelasan

2.2K 116 7
                                    

"Aku tidak percaya dengan semua kata-katamu. Tapi bodohnya aku yang terus menganggapmu yang terbaik, dan aku tidak bisa melepaskanmu."
~ Nayla Arvina Permata ~

***

Hari berikutnya, Nayla masih tidak berangkat. Brian ingin sekali menjenguk tapi sore itu juga ada pertandingan basket di SMA Bhakti. Akhirnya, ia mengurungkan niatnya. Sebaliknya, Hera sudah stay di depan rumah Nayla sambil menunggu pintu dibuka.

"Hera." panggil Dewi. Hera tersenyum.

"Eh, Tante." Hera berdiri dan cipika cipiki dengan Dewi.

"Nayla ada ?" tanya Hera. Dewi mengangguk.

"Ada tuh di kamar. Dia nggak mau keluar dari tadi malem. Mana belum sarapan juga, makan siang juga belum kesentuh." kata Dewi.

"Aduh Tante. Nayla sakit apa sih ?" tanya Hera.

"Nggak tau, Ra. Kamu masuk dulu aja yuk. Tante panggilin Nayla." kata Dewi. Hera mengikuti langkah Dewi.

"Nayla sayang ! Dicari Hera !" panggil Dewi. Tidak ada jawaban. Dewi terus mengetuk pintu, sampai Nayla membukanya. Ia mempersilakan Hera masuk ke kamarnya.

Hera duduk di kasur Nayla. Ia menoleh kesana kemari, berserakan. Tisu dimana-mana, kertas bertebaran, bantal dilempar ke lantai, almari baju terbuka, seprei acak-acakan, serta penampilan Nayla yang compang camping. Ia mengenakan kaos hitam panjang, rambut tidak tersisir rapi, serta celana yang kebesaran. Nayla duduk di kursi belajarnya, menghadap Hera.

"Mau apa ?" tanya Nayla. Hera tersenyum.

"Well, jengukin elo." kata Hera.

"Oh." Nayla mengangguk kecil.

"Udah ketemu gue kan ? Lo bisa pergi sekarang." kata Nayla ketus.

"Nayla, aduh lo galak amat. Ya gue mau main sekalian dong." kata Hera.

"Main sama Brian aja." timpal Nayla.

"Idih kok lo sensi banget ?" Hera geleng-geleng kepala heran. Nayla diam.

"Jadi, kedatangan gue kesini, gue mau lurusin semuanya." kata Hera. Nayla diam saja. Ia benar-benar tidak mau diganggu hari itu.

"Gak perlu. Semua udah lurus." kata Nayla. Hera menggeleng kecil.

"Nay, nggak gitu. Lo dengerin dulu. Si Hermes nggak setega itu kali sama elo. Lo izinin gue jelasin dulu dong." kata Hera.

"Nggak." kata Nayla.

"Nay, gue bisa jelasin semuanya. Elo itu cukup dengerin aja ya ?" tanya Hera.

"Nggak ada yang perlu dijelasin lagi. Semua udah jelas kok. Udah sekarang, lo pergi aja deh." kata Nayla.

"Nay." Hera masih tidak mau beranjak.

"Gue bilang pergi !" bentak Nayla. Air matanya merembes lagi. Hera memeluk Nayla, dan Nayla berontak.

"Sooner or later, you will know the truth. Gue tau lo nggak mau dengerin gue, tapi fakta pasti akan terbuka kok." kata Hera. Nayla diam saja. Hera lalu keluar dari rumah Nayla.

Nayla diam mematung. Ia tidak mau berurusan lagi dengan Brian ataupun Hera. Sudah cukup sakit rasanya.

Keesokan harinya, Nayla berangkat sekolah diantar oleh Petra. Petra memang over protective terhadap Nayla setelah kejadian kemarin. Nayla mencium tangan Petra, lalu masuk ke lingkungan sekolah. Tim tata tertib sudah berjaga, dan Nayla izin untuk tidak mengikuti tim tata tertib hari itu.

Bitter Sweet [Season 1 dan 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang