Haluna Mega Putri, biasa di panggil Luna atau sebut saja dia Ratu Halu. Namanya memang aneh, seaneh yang memberikan nya nama. Maya Saputri Mega, dia adalah mama nya Haluna. Sifat Haluna yang aneh bisa di bilang itu berasal dari mama nya. Yang sudah kenal baik dengan keluarga ini pasti beranggapan , Haluna dan Maya itu seperti saudara kembar. Sifat dan sikap nya sebelas-duabelas. Entah kejadian apa saat Maya melahirkan anak perempuan nya sehingga nama itu bisa tercipta.
Haluna mempunyai kakak laki-laki yang sifat nya menurun ke papa nya. Baik itu fisik yang tampan,otak yang cerdas, pribadi yang baik,itu semua di wariskan ke kakak satu-satunya itu. Jadi, papa nya pilih kasih atau ini memang takdir?
"Lun bangun! Udh pagi kan mau sekolah." ucap Fasha-kakak nya Haluna.
"Bentar dulu bang Aca,Luna belom mau bangun." Haluna menarik selimutnya sampai menutupi seluruh tubuh nya.
"Kenapa? Begadang lagi?"
Haluna berdehem pelan.
"Kan udh abang bilang jangan begadang, ngaca tuh !mata udh kaya panda gitu. Makin jelek aja lo de." Fasha tersenyum geli,Haluna tak menggubris.
Fasha terlihat berfikir sejenak "mau bangun apa nggak?"
"Nanti-nanti."
"Yaudh klo gak mau bangun. Padahal nanti abang mau mampir ke konter dulu terus mau beli kuota, niat nya mau beliin Luna juga eh Luna gak mau yaudh abang sendiri aja." Fasha berjalan keluar.
Haluna langsung bangun dan beranjak dari kasur nya. "Iya-iya, Luna mandi dulu. Abang tunggu bawah." Fasha tersenyum sekilas lalu pergi meninggalkan kamar Haluna.
Setelah mandi dan memakai seragam, Haluna langsung menggendong tas nya dan menenteng sepatu. Ia harus cepat-cepat menghampiri abang nya itu sebelum dia berubah pikiran, bisa-bisa kuota gratis nya hilang begitu saja.
brukkk!
"Aduhh" Haluna meringis seraya mengusap lutut nya yang habis mencium salah satu anak tangga.
Maya, Putra, serta Fasha menghampiri Haluna dengan cepat dan berusaha membantu nya berdiri.
"Yaampun Luna! Hati-hati dong kalo jalan! Kebiasaan banget kamu tuh ya jatoh mulu di tangga. Udh mama bilang berapa kali, pelan-pelan kalo jalan jangan ceroboh!" Omel Maya.
"Mamaaaa,Luna gak apa apa ko. Cuma jatoh kaya biasa aja." Ujar nya dengan santai. Padahal sedari tadi lutut nya nyut-nyutan ngebet.
Selama sarapan hari ini Maya terus berbicara tanpa henti, Haluna hanya mengangguk-anggukan kepalanya seolah paham dan patuh tapi sebenarnya ia tak tahu apa yang mama nya itu bicarakan. Putra-papa nya itu pernah bilang jika mama nya berbicara panjang X lebar, jangan di sahutin itu akan menambah panjang daftar perkataan yang diucapkan. Otomatis, durasi akan lebih panjang. Jadi Haluna hanya mengangguk-anggukan kepala nya saja.
"Ayo cepetan!" ucap Fasha yang membuat lamunan nya buyar.
Haluna dan Fasha bersekolah di tempat yang sama, jadi pergi dan pulang Haluna selalu bersama dengan Fasha. Kecuali jika salah satu diantara mereka ada urusan pribadi.
Mereka berpamitan dan mencium punggung tangan kedua orang tua nya. Setelah itu Fasha melajukan motor nya dengan kecepatan normal.
"Lun?" Haluna berdehem pelan.
"Ngelamun mulu lo ,kesambet ntar!" Haluna hanya tersenyum sinis.
"Ada masalah?" tanya Fasha.
"Hah? Apaan? Gak kedengeran bang, jalanan rame banget." Haluna mengalihkan pembicaraan.
Fasha memberhentikan motornya di salah satu konter hp di dekat sekolah.
"Turun lo!" suruh Fasha.
"Ngapain?" ucap nya Haluna polos.
"Gak mau beli kuota yaudh."
"Eh iya lupa dedek." Haluna terkekeh.
Setelah membeli kuota, Fasha kembali melajukan motornya menuju sekolah. Sesampainya di parkiran, Haluna langsung turun dan berniat segera pergi ke kelas nya,tapi Fasha malah menahannya.
"Aduh apaan lagi si bang Aca? Luna mau ke kelas ngerjaiin pr ini."
"Semalem begadang bukannya ngerjain pr, kalo ada yang susah tanya sama abang bukan malah jadi gak ngerjain pr gini. Terus jadi semalem ngapain begadang?" Fasha mulai mengintrogasi.
"Ituu.. Anuu.. Eeee.." Haluna menggaruk tengguk nya yg tidak gatal.
"Apa?"
"Semalem Luna ngestalkin Ig Dimas, dia mau nikah bang." Haluna memasang wajah sedih nya. Fasha hanya menggeleng lalu pergi meninggalkan nya sendiri.
"Tadi nahan Luna, so-soan introgasiin Luna eh tapi malah nyelonong duluan." Batin nya.
****
"Lunaaa..." teriak Nata.
Haluna hanya tersenyum dan berjalan menghampiri nya.
"Lo tumben dateng nya agak siangan gini." tanya nya.
"Iya, tadi bang Aca beliin Luna kuota dulu."
"Enak banget si punya abang kaya Fasha, yaampunn jadi makin sayanggg." Ucap Vika.
"Najis,Luna punya kakak ipar kaya Vika. Amit amit deh." Haluna memutar bola matanya malas, Vika mengerecutkan bibir nya kesal. Nata hanya terkekeh geli.
"Suttt! Diem-diem,Amii dateng. Gila-gila ganteng bangetttt." Haluna tersenyum ke arah Fahmi, Fahmi hanya menatap nya sinis.
Irwan menyenggol sikut Fahmi, "Mi liat noh Luna senyum sama lo, masa lo cuekin gitu."
"Udh lah biarin aja, cewek halu kaya dia mah jangan di ladenin. Gak penting." Fahmi duduk di bangku nya. Tanpa merasa canggung, Haluna langsung menghampiri Fahmi
"Amii, nanti Luna ke rumah ya."
"Ngapain? Gak nerima tamu." ucap Fahmi ketus.
"Mau ketemu nenek." rengek Haluna.
"Nenek gue bukan nenek lo!"
"Ih Amiii."
"Fahmi, Halu! Bukan Ami."
"Yaelah Mi, lo kaya baru kenal dia aja. Kan dia mah nama orang di ganti ganti mulu." sambung Galih.
"Apaan si galah, nyambung aja." protes Haluna.
"Tuh kan Mi." Fahmi mengusap wajah gusar. Dan mereka hanya terkekeh melihat wajah depresi Fahmi.

KAMU SEDANG MEMBACA
HALUNA (END)
Novela JuvenilMencintai bukanlah perihal waktu, Bosan tidak nya itu urusan ku. Karena di cerita ini kalian akan mengenalku dengan 'gadis yang tak kenal waktu' Maksudnya, bukan karena aku tidak mengetahui setiap jam nya ya! Jam tetaplah tolak ukur waktu. 1 jam te...